Seorang fotografer mengabadikan sebuah momen peristiwa yang jarang
terjadi, sebuah air terjun dan sungai yang jernih mendadak berubah warna
menjadi merah seperti sup tomat.
Rochelle Coffey memperhatikan perubahan warna air dari jernih menjadi merah hanya dalam waktu 2 jam.
Ibu dua anak ini sedang mengunjungi Air terjun Cameron, di Alberta,
Canada bersama suaminya. Dia telah biasa mengambil gambar di sungai
tersebut selama enam tahun.
Namun dalam perjalanan terakhir ini, seakan dia tidak percaya yang dia
lihat, warna sungai berubah warna menjadi merah kecoklatan.
Fenomena tersebut disebabkan akibat tingginya curah hujan sehingga
mengikis sedimen berwarna merah yang disebut argolite dan membawanya
dari bebatuan ke air.
Danau Waterton, tempat dimana air terjun terdapat, mempunyai batu
sedimen tertua di perbatuan Canada, yang berusia 1.500 tahun lalu.
Wow!! Sungai di Beirut Lebanon Tiba-Tiba Berwarna Merah Darah!
Sungai Beirut secara misterius berubah menjadi berwarna merah darah pada
pertengahan bulan Februari 2012 lalu, setelah aliran cairan merah tak
dikenal itu mulai mengucur dari tepi selatan sungai di Furn al-Shubbak.
Sumber cairan berwarna merah itu belum diketahui, maka sungai tersebut
terus mengalirkan air berwarna merah darah tersebut ke Laut Mediterania.
Pemerintah dan pejabat lokal bergegas ke tempat kejadian di persimpangan
Chevrolet Furn al-Shubbak dalam upaya untuk menemukan saluran limbah
yang membuang air berwarna merah tetapi mereka tidak dapat menemukan
sumber tersebut. Tuduhan diperdagangkan antara pejabat dari kota di
Hadath, Hazmieh, Sin al-Fil, Furn al-Shubbak dan Shiyah.
Saksi mata yang bekerja di daerah tersebut mengatakan kepada The Daily Star
bukan pertama kalinya sungai telah berubah warna yang berbeda. Beberapa
pemilik usaha di sekitar persimpangan Chevrolet mengatakan bahwa air
berwarna mengalir ke sungai kira-kira setiap dua bulan tapi tidak ada
yang memperhatikannya.
Itu adalah jumlah dan kecerahan cairan merah yang menarik perhatian
banyak orang lewat dan juga para warga yang melewati jembatan yang
berbeda di dalam kota. Menteri Lingkungan Nazem Khoury mengatakan bahwa
sumber air itu mungkin dari wilayah Hazmieh atau Baabda.
“Saya menyerukan kepada kotamadya Hazmieh dan Baabda untuk bekerja sama
dengan cepat untuk menemukan sumber dari polusi dan jenisnya itu,” kata
Khoury dalam sebuah pernyataan.
Sebelumnya pada hari itu, Khoury mengirimkan tim lingkungan ke daerah
itu untuk memeriksa air. Tim yang dipimpin oleh pejabat kementerian
Bassam Sabbagh, mengambil sampel air untuk menentukan komposisi dan
apakah terdapat polutan berbahaya.
Sampel akan diperiksa, karena laboratorium negara sudah ditutup pada
saat sampel itu diambil. “Sampel yang kami ambil akan diperiksa besok
(Kamis) pagi … dan kami akan tahu apakah itu darah dicampur dengan air
atau beberapa jenis zat warna yang dicampur di dalamnya, “kata Sabbagh.
Kejadian serupa pernah terjadi di Cina, yaitu sungai Jian pada Desember
2011 lalu, setelah pabrik membuang pewarna merah ke sungai, yang
terletak di provinsi Cina utara Henan.
Beberapa kota menggunakan pewarna non-toksik untuk
mewarnai sungai pada acara-acara khusus. Di Chicago, sungai diberikan
pewarna hijau setiap tahun dalam perayaan Hari St Patrick.
Menurut Sabbagh, hasil tes akan membantu menentukan apakah ada substansi
yang merupakan polutan kimia atau darah dari rumah pemotongan di
dekatnya.
“Pertama kami pikir itu darah, tetapi tampaknya seperti jenis pewarna
yang dibuang oleh pabrik,” kata Sabbagh, yang juga mengatakan bahwa tes
untuk menentukan jenis kimia akan diambil hasilnya dalam seminggu.
Sabbagh mengatakan kotamadya dan departemen lain harus membantu
Kementerian Lingkungan Hidup dalam penyelidikan. “Kita perlu bantuan
dari pejabat lokal untuk memiliki gagasan yang jelas dari jaringan
limbah di kawasan itu,” katanya.
Menurut Sabbagh, yang memimpin kementerian Polusi Lingkungan dan
Pengendalian, peta dari jaringan limbah akan membantu pejabat menemukan
sumber air berwarna merah itu.
“Setelah menemukan sumber, itu akan menjadi hitungan jam untuk sampai ke
pabrik dan daerah dimana air berwarna itu berasal,” kata Sabbagh
menambahkan bahwa tindakan cepat akan diambil terhadap mereka yang
bertanggung jawab untuk itu.
Saad Elias, penasihat menteri lingkungan, tidak menutup kemungkinan bahwa rumah jagal mungkin berada di balik warna merah.
“Setelah melalui beberapa fase menyembelih di rumah pemotongan hewan,
mereka menyimpan sejumlah besar bagian darah dan hewan dalam wadah dan
mereka mungkin telah membuangnya ke dalam kanal pembuangan kotoran,
“kata Elias.
“Kementerian pasti akan menyelidiki hal ini karena peran kami adalah untuk mencegah polusi,” tambahnya.
Sementara itu, pejabat lokal di daerah ini menyatakan bahwa sebuah
pabrik cat bisa bertanggung jawab atas insiden tersebut. “Ada beberapa
pabrik cat di Hadath,” kata seorang pejabat dari kota Shiyah.
Sebagaian peneliti mencoba menentukan sumber dan sifat substansi di
sungai, jaksa Beirut menugaskan Pasukan Keamanan Internal untuk memulai
penyelidikan atas masalah tersebut.
Menteri lingkungan diberitahu pada Kamis bahwa hasil tes di tingkat
pusat Hadath laboratorium telah keluar dan negatif untuk jejak darah.
Karena keterbatasan teknis di laboratorium Hadath, sampel telah dikirim ke laboratorium American University di
Beirut (AUB) di mana tes bisa memakan waktu hingga seminggu, akan
membantu menentukan apakah sumber dari warna merah adalah industri atau
organik.
Namun para ahli dan pejabat keamanan masih mencoba untuk
mengidentifikasi sumber yang tepat dan sifat dari zat yang mengubah
sungai Beirut menjadi berwarna merah darah, meskipun penyelidikan awal
menunjukkan pewarna menjadi pelakunya.
Sementara kontaminasi berlangsung lebih dari dari 24 jam, pemerintah dan
pejabat setempat tidak dapat menemukan sumbernya, meninggalkan
substansi merah untuk bercampur dengan air sungai dan kemudian mengalir
ke Laut Mediterania.
Menurut sumber keamanan, penyelidikan atas insiden ini akan menantang dan akan sulit untuk menemukan sumber yang tepat dari dumping tersebut. “Pewarna merah itu mungkin dibuang oleh pabrik yang memproduksi kulit,” kata sumber itu kepada The Daily Star.
Setelah bagian dari proyek pembangunan kota, Sungai Beirut telah semakin
menjadi rute kosong untuk limbah pembuangan setelah bertahun-tahun
diabaikan oleh para pejabat.
Selama musim panas, orang dapat melihat air hanya beberapa inci, penuh
dengan limbah. Tapi ketika musim hujan tiba setiap tahun, beberapa
pabrik mengambil keuntungan dari air mengalir untuk membuang limbah
industri tahunan mereka, kata seorang pejabat dariAmerican University di Departemen Kesehatan Lingkungan Beirut.
“Industri menunggu musim dingin untuk melepaskan residu industri mereka
ke laut Mediterania hingga aktifitas mereka berjalan terus tanpa
diketahui ,” kata Mey Jurdi, profesor dan ketua di Departemen Kesehatan
Lingkungan AUB itu.
Jurdi berpendapat bahwa berdasarkan kepadatan cairan yang terlihat di
sungai, jelas bahwa limbah tersebut tidak menjalani pengobatan untuk
menetralisir apapun. “Kontaminasi ini mungkin menjadi tinggi dan itu
bisa memiliki konsekuensi bencana bagi lingkungan sekitarnya,” kata
Jurdi.
Dia mengatakan bahwa setiap industri harus memiliki pengobatan
penetralisir produk limbah sebelum membuangnya. Meskipun Jaksa Beirut
menugaskan Pasukan Keamanan Internal untuk melakukan investigasi atas
insiden yang berlangsung awal pekan itu, upaya pemerintah untuk mencari
biang polusi mungkin telah terlalu lama.
Namun sampai saat ini misteri dari mana atau siapa yang membuat air
berwarna merah di sungai Beirut tersebut, masih belum dapat diketahui.(dailystar/icc.wp.com)
Misteri Warna Sungai Yangtze Berubah Merah
TEMPO.CO, Chongqing--Dengan
nama Terusan Keemasan, tentu aneh bila air sungai Yangtze berwarna
merah. Namun pada Kamis pekan lalu, air sungai itu sewarna jus tomat.
Tak ada yang tahu mengapa Sungai Yangtze berubah warna. Perubahan warna sungai terbesar dan terpanjang di Cina tersebut pertama kali diketahui oleh warga di sebelah barat laut Kota Chongqing.
Perubahan itu tampaknya dimulai dekat Kota Chongqing. Di wilayah itu, Yangtze terhubung dengan Sungai Jialin. Menurut ABC News, meski air merah jingga itu terkonsentrasi di sekitar Chongqing—pusat industri terbesar di barat daya Cina—noda merah itu dilaporkan juga muncul di sejumlah titik sepanjang sungai tersebut.
Para penyelidik belum dapat memastikan penyebab munculnya noda merah itu, tetapi Telegraph melaporkan bahwa petugas lingkungan menduga polusi industri dan banjir di hulu sungai sebagai penyebab warna aneh tersebut.
Salah satu penjelasan alami atas perubahan warna air Sungai Yangtze menjadi merah adalah ledakan populasi mikroorganisme penghasil warna. Namun Emily Stanley, dosen limnologi—bidang ilmu yang mempelajari ekosistem perairan darat—di University of Wisconsin, Amerika Serikat, menepis dugaan itu.
"Ketika air berubah warna menjadi merah, banyak orang langsung menduga bahwa itu akibat red tide," kata Stanley. "Tapi alga yang menyebabkan terjadinya gelombang merah adalah mikroorganisme laut dan bukan kelompok yang hidup di air tawar, sehingga sangat mungkin peristiwa ini sama sekali tak terkait dengan fenomena gelombang merah."
Tetapi bukan berarti perairan darat tak bisa berubah warna. Karena alasan biologis, terkadang sungai dan danau bisa menjadi merah. Musim panas lalu, misalnya, warga Amerika dikejutkan oleh sebuah danau di Texas yang berubah warna menjadi merah ketika mengalami kekeringan.
Stanley mengatakan, umumnya kejadian tersebut dipicu oleh invasi bakteri penghasil warna merah yang memasuki perairan itu ketika kandungan oksigen di danau atau sungai tersebut jauh di bawah normal. Karena air sungai terus bergerak secara konstan, dan bercampur dengan udara di atasnya saat mengalir, nyaris mustahil defisiensi oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri tersebut dapat terjadi.
Setelah mengamati sejumlah foto Sungai Yangtze yang berubah warna menjadi merah terang di Chongqing, Stanley menduga kejadian itu akibat ulah manusia. “Tampaknya ini adalah fenomena polutan,” ujarnya. “Perairan yang menjadi merah dalam waktu singkat di masa lalu terjadi karena orang membuang pewarna ke sungai.”
Tudingan itu bukan tanpa dasar. Desember lalu, limbah pewarna industri terbukti menjadi penyebab sungai Cina lainnya, Jian, berubah warna menjadi merah darah. Petugas yang melacak warna tersebut menemukan bahwa sumber warna itu berasal dari sebuah pabrik kimia yang secara ilegal memproduksi pewarna merah untuk kertas pembungkus kembang api.
Kendati demikian, Stanley mengatakan pihaknya tak dapat mengesampingkan kemungkinan lain yang dilaporkan tengah diinvestigasi oleh para penyelidik, yakni masuknya lumpur ke daerah hulu sungai. Bila memang demikian, tanah liat merah kemungkinan menjadi penyebabnya.
“Cina terkenal memiliki daerah dengan banyak tebing terjal dan menerapkan praktek penggunaan lahan yang memicu erosi tanah. Tanah yang tergerus akan terbawa sungai,” ujar Stanley. “Sungai juga akan berubah sewarna tanah liat yang tak jauh berbeda dengan limbah pewarna yang dibuang ke sungai. Tetapi jika itu penyebabnya, saya kira seharusnya ada badai besar atau tanah liat dalam jumlah luar biasa besar yang masuk ke sungai.”
Namun, melihat perubahan warna Sungai Yangtze dalam sejumlah foto, yang tampak amat mirip warna jus tomat, Stanley menyatakan, “Sepertinya itu disebabkan oleh pewarna industri.”
Tak ada yang tahu mengapa Sungai Yangtze berubah warna. Perubahan warna sungai terbesar dan terpanjang di Cina tersebut pertama kali diketahui oleh warga di sebelah barat laut Kota Chongqing.
Perubahan itu tampaknya dimulai dekat Kota Chongqing. Di wilayah itu, Yangtze terhubung dengan Sungai Jialin. Menurut ABC News, meski air merah jingga itu terkonsentrasi di sekitar Chongqing—pusat industri terbesar di barat daya Cina—noda merah itu dilaporkan juga muncul di sejumlah titik sepanjang sungai tersebut.
Para penyelidik belum dapat memastikan penyebab munculnya noda merah itu, tetapi Telegraph melaporkan bahwa petugas lingkungan menduga polusi industri dan banjir di hulu sungai sebagai penyebab warna aneh tersebut.
Salah satu penjelasan alami atas perubahan warna air Sungai Yangtze menjadi merah adalah ledakan populasi mikroorganisme penghasil warna. Namun Emily Stanley, dosen limnologi—bidang ilmu yang mempelajari ekosistem perairan darat—di University of Wisconsin, Amerika Serikat, menepis dugaan itu.
"Ketika air berubah warna menjadi merah, banyak orang langsung menduga bahwa itu akibat red tide," kata Stanley. "Tapi alga yang menyebabkan terjadinya gelombang merah adalah mikroorganisme laut dan bukan kelompok yang hidup di air tawar, sehingga sangat mungkin peristiwa ini sama sekali tak terkait dengan fenomena gelombang merah."
Tetapi bukan berarti perairan darat tak bisa berubah warna. Karena alasan biologis, terkadang sungai dan danau bisa menjadi merah. Musim panas lalu, misalnya, warga Amerika dikejutkan oleh sebuah danau di Texas yang berubah warna menjadi merah ketika mengalami kekeringan.
Stanley mengatakan, umumnya kejadian tersebut dipicu oleh invasi bakteri penghasil warna merah yang memasuki perairan itu ketika kandungan oksigen di danau atau sungai tersebut jauh di bawah normal. Karena air sungai terus bergerak secara konstan, dan bercampur dengan udara di atasnya saat mengalir, nyaris mustahil defisiensi oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri tersebut dapat terjadi.
Setelah mengamati sejumlah foto Sungai Yangtze yang berubah warna menjadi merah terang di Chongqing, Stanley menduga kejadian itu akibat ulah manusia. “Tampaknya ini adalah fenomena polutan,” ujarnya. “Perairan yang menjadi merah dalam waktu singkat di masa lalu terjadi karena orang membuang pewarna ke sungai.”
Tudingan itu bukan tanpa dasar. Desember lalu, limbah pewarna industri terbukti menjadi penyebab sungai Cina lainnya, Jian, berubah warna menjadi merah darah. Petugas yang melacak warna tersebut menemukan bahwa sumber warna itu berasal dari sebuah pabrik kimia yang secara ilegal memproduksi pewarna merah untuk kertas pembungkus kembang api.
Kendati demikian, Stanley mengatakan pihaknya tak dapat mengesampingkan kemungkinan lain yang dilaporkan tengah diinvestigasi oleh para penyelidik, yakni masuknya lumpur ke daerah hulu sungai. Bila memang demikian, tanah liat merah kemungkinan menjadi penyebabnya.
“Cina terkenal memiliki daerah dengan banyak tebing terjal dan menerapkan praktek penggunaan lahan yang memicu erosi tanah. Tanah yang tergerus akan terbawa sungai,” ujar Stanley. “Sungai juga akan berubah sewarna tanah liat yang tak jauh berbeda dengan limbah pewarna yang dibuang ke sungai. Tetapi jika itu penyebabnya, saya kira seharusnya ada badai besar atau tanah liat dalam jumlah luar biasa besar yang masuk ke sungai.”
Namun, melihat perubahan warna Sungai Yangtze dalam sejumlah foto, yang tampak amat mirip warna jus tomat, Stanley menyatakan, “Sepertinya itu disebabkan oleh pewarna industri.”
Wisata Eksotik 'Sungai Darah' di Skotlandia
Istimewa
Sungai darah di Skotlandia
TRIBUNNEWS.COM - Ada
'Sungai Darah' di Skotlandia. Identik namanya, air yang mengalir dari
sungai ini berwarna merah darah, tapi tidak kental seperti darah
betulan.
Warna darah pada air sungai karena pengaruh geologi.
Ini wisata eksotik di kawasan Mimbar Setan (Devil's Pulpit) terletak sekitar 183 m dari Deerbery Lane, di dasar Sungai Darah.
Formasi ini terbentuk oleh batuan tinggi di bukit curam yang menghadap
ke lembah. Terletak sekitar 150 m di atas permukaan laut, mimbar itu
menjulang sekitar 40 m di tas sungai dan memberikan sebuah pemandangan
yang menakjubkan.
Satu-satunya penanda peradaban adalah menara telekomunikasi di kejauhan.
Beragam pohon bisa dilihat di mana-mana. Bahkan beberapa dari mereka
tumbuh di puncak bebatuan.
Sungai Berwarna Merah Di Tanjung Tinggi
Umumnya warna air sungai
adalah putih jernih seperti kaca namun khusus di pantai Tanjung Tinggi Belitung
disalah satu sisinya warna air sungai tersebut adalah merah ini bukanlah efek
sinar matahari yang membayang saat sunset tetapi warna airnya memang
benar-benar merah warna merah ini didapatkan adanya zat-zat warna merah yang
berasal dari akar dan pohon-pohon yang ada dipinggir-pinggir aliran sungai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar