Benarkah bencana besar yang akan terjadi dapat di deteksi lewat kejadian demi kejadian sebelumnya ?
Agar menjawab ini sebuah artikel yang telah lama dituliskan sebagai bahasa universal, artikel tersebut masih bisa dibaca di .:: Tanda Tanda Sebelum Bencana Besar Terjadi (2) ::.
Namun demikian “Tanda tanda sebelum bencana besar terjadi” yang telah
lama di tayangkan di situs ini perlu diberikan penjelasan lebih detil
dan rinci agar pembaca tidak terjebak pada kesimpulan sempit antara
lain:
Pembahasan di situs ini sifatnya meramal masa depan
Memakai ilmu gotak-gatik matuk (menghubung-hubungkan) yang tidak ilmiah
Memanfaatkan ilmu titen (ilmu jawa niteni/ teliti)
Penulis di sini adalah Pekerjaan orang pengangguran
dsb yang kesemuanya bersifat negatif dan menegatifkan
Situs ini, TIDAK-LAH mengajarkan dan membahas tentang ramalan, ilmu
‘gotak-gatik matuk’, ilmu titen orang pengangguran dsb, situs ini
adalah sebuah situs yang memberikan sharing kepada pembaca dengan
mengajarkan pada agama tauhid yang mengingatkan pelajaran demi pelajaran
dari orang-orang terdahulu yang pernah hadir dan dicatat dalam sejarah
peradaban manusia, dimana tonggak-tonggak penting banyak yang dicatat
dalam kitab suci yaitu al-qur’an.
ALAM SEMESTA ADALAH SARANA PENCARIAN JATI DIRI
Pelajaran terdahulu dimulai dari kisah n. Adam, sampai tercatat bapak
tauhid yaitu n. Ibrahiim, yang terlepas dari pesan tauhid yang benar,
sebagai keturunan n.Adam, sehingga beliau (n. Ibrahiim) mencari tuhan
yang sebenarnya. Sekiranya ‘wasiat’ n. adam sebagai nabi pertama sampai
kepada n.Ibrahiim dengan benar, maka tidak perlu ada kisah pencarian
tuhan yang sebenarnya.
Kisah tersebut tertuang dalam perenungan yang mana saat / jaman itu
adalah kelaziman yang diterima oleh banyak pihak, bahkan ayah beliau
menjadikan patung2x sebagai tuhan. (baca Fenomena ‘Petir’ Allah)
Dan di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar , “Pantaskah
kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku
melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.” (al-an’am :74)
Perenungan beliau akhirnya dibalas oleh Allah swt, yaitu dengan diperlihatkan keagungan alam semesta:
Dan
demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan di
langit dan bumi dan agar dia termasuk orang yang yakin. (al-an’am :75)
Mulanya ketika itu beliau merenung yang dalam akan alam semesta dan
menyangka bahwa tuhan itu bukanlah patung, namun adalah sebuah bintang
di angkasa
Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang dia berkata:
“Inilah Tuhanku”, tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata:
“Saya tidak suka kepada yang tenggelam.”(al-an’am :76)
Setelah mencari bintang, berikutnya beliau menyangka bulan di malam hari sebagai tuhan
Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah
Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: “Sesungguhnya
jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk
orang yang sesat.”(al-an’am :77)
Sampai perenungan yang dalam akan tuhan beliau, muncul dibenak beliau sebuah matahari yang lebih besar sebagai tuhan
Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah
Tuhanku, ini yang lebih besar”. Maka tatkala matahari itu terbenam, dia
berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu
persekutukan. (al-an’am :78)
Dari kesemua alat (bintang, bulan dan matahari) tidak-lah yang dicari
oleh nabi ibrahiim, dan beliau berkesimpulan bahwa semua alat alam
semesta adalah ciptaan:
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang
menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar,
dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan
Tuhan.(al-an’am :79)
Pesan penting dari kisah nabi ibrahiim tentang pencarian tuhan yang
sebenarnya menegaskan pada kita semuanya adalah alat alam semesta adalah
ciptaanNya dan tidak boleh mempersekutukan Allah swt dengan lain.
INSPIRASI KISAH PENCARIAN TUHAN DENGAN TANDA BENCANA BESAR
Alam adalah alat untuk alam semesta, sebuah perenungan yang dalam
dapat pula dilakukan sebagaimana ketika nabi ibrahiim yang melakukan
perenungan karena tidak ‘puas’ dengan keadaan saat itu (menyembah
berhala dan mempersekutukan)
Dan dia dibantah oleh kaumnya. Dia berkata: “Apakah kamu
hendak membantah tentang Allah, padahal sesungguhnya Allah telah memberi
petunjuk kepadaku”. Dan aku tidak takut kepada (malapetaka dari) sembahan-sembahan yang kamu persekutukan dengan Allah,
kecuali di kala Tuhanku menghendaki sesuatu (dari malapetaka) itu.
Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak
dapat mengambil pelajaran (daripadanya) ?”(al-an’am :80)
Pada masa kini, keadaan serupa dapat tampil lagi dalam skala mikro,
masih banyak orang yang mengaku ber-tuhan Allah tetapi juga ‘menyembah’
yang lain. Kejadian ini ditemukan pada kisah sentral dan sosok mbah
marijan,dimana beliau melakukan ritual tertentu sekaligus juga ber-agama
Islam (bertuhan Allah).
(mbah marijan, sumber tvone)
Biasanya setiap tahun mbah marijan melakukan ritual yang disebut
“Labuhan Merapi” , berikut hasil googling dari Labuhan merapi tsb:
(mbah marijan dan ritualnya, sumber tvone)
indosiar.com, Yogyakarta-
Juru Kunci Gunung Merapi Mbah Maridjan Rabu (15/08/07) kemarin,
memimpin prosesi labuhan hajat dhalem Keraton Kasultanan Yogyakarta
dikawasan lereng Gunung Merapi. Labuhan tersebut digelar sebagai bentuk
penghormatan kepada Kyai Sapu Jagat yang diyakini sebagai roh penunggu
Gunung Merapi yang menjaga keselamatan dan ketentraman warga
Yogyakarta………….
…………. Sela ratus atau kemenyan kemudian dibakar sebagai awal
persembahan barang labuhan. Ada beberapa penjaga Gunung Merapi yang ikut
hadir, yakni Empu Rama, Empu Ramadi, Gusti Panembahan Prabu Jagad,
Krincing Wesi, Branjang Kawat, Sapu Angin, Mbok Ageng Lambang Sari, Mbok
Nyai Gadhung Mlati dan Kyai Megantoto……
(mbah marijan dan keris)
Hal ini adalah bentuk kearifan lokal yang berlaku turun temurun di
yogyakarta, namun berubah menjadi luar biasa ketika tahun 2006 yang lalu
gunung merapi meletus. Fokus media banyak menyoroti jejak mbah marijan
yang dipercaya dapat ‘menaklukan’ gunung merapi, salah satunya berita
dari media terkenal (JP):
Pada hari sabtu 20-mei-2006, halaman 3, kolom berita utama dengan
Judul “Tapa Bisu Keliling Kampung”, disebutkan adanya ritual yang
bertujuan untuk meminta keselamatan warga yang terus menerus di hantui
aliran lava dan awan panas yang dimuntahkan merapi. Prosesi itu seakan
tidak aneh dan menjadi salah satu budaya bangsa Indonesia khususnya adat
jawa.
Berita tersebut bersejajar dengan satu muatan
tentang menurunnya aktifitas merapi, sehingga untuk masyarakat awam hal
ini bisa dijadikan mitos atau simbol kesaktian yang melakukan ritual
tersebut. Seakan bertentangan dengan ilmu pengetahuan dimana mbah
marijan (sang guru kunci) di minta mengungsi tidak mau karena memiliki
keyakinan bahwa merapi tidak meletus. Pembenaran ini seakan terus
bergulir di bumbui dengan keselamatan presiden Yudoyono saat berkunjung
ke merapi yang tertuang dalan alinea 1, berita tersebut berbunyi :
“Sleman-Mbah Marijan terus menjadi bintang Merapi. Setelah
naik ke Gapura Srimanganti tatkala Presiden Susilo Bambang Yudhowono
berkunjung ke lereng gunung yang tengah batuk itu, kemarin dia melakukan
ritual tapa bisu keliling desa. Prosesi itu dimulai pukul 21.00 dari
halaman rumahnya di Dusun Kinahrejo, Desa UmbulHarjo, Cangkringan,
Sleman.”
Selain media JP, pada waktu itu, banyak media yang terpantau
menyiarkan aktifitas gunung merapi dengan dibumbui kehadiran sosok juru
kunci, tidak ada yang aneh dalam liputan berita tersebut. Tetapi setelah
kedatangan presiden, maka sosok sang juru kunci cukup sentral, banyak
media terjebak dengan opini pendek tentang kesaktian yang seakan mampu
menurunkan aktifitas merapi, bahkan banyak media yang meliput Tapa Bisu
Keliling Kampung. Ritual tersebut bertujuan untuk meminta keselamatan
warga yang terus menerus di hantui aliran lava dan awan panas yang
dimuntahkan merapi. Prosesi itu seakan tidak aneh dan menjadi salah satu
budaya bangsa Indonesia khususnya adat jawa.
Berita tersebut kadang bersejajar dengan satu muatan tentang
menurunnya aktifitas merapi, sehingga bisa menjadi mitos atau simbol
kesaktian yang melakukan ritual tersebut. Seakan bertentangan dengan
ilmu pengetahuan dimana sang juru kunci di minta mengungsi tidak mau
karena memiliki keyakinan bahwa merapi tidak meletus. Pembenaran ini
seakan terus bergulir di bumbui dengan keselamatan presiden Yudoyono
saat berkunjung ke merapi
INSPIRASI N. IBRAHIIM DENGAN KEYAKINAN MASYARAKAT SAAT INI
Saat kearifan lokal seperti sesajen,umba rampe dsb menjadi fokus yang
terus menerus, dan bahkan menjadi sosok kunci sentral, maka sebuah
inspirasi dari n.Ibrahiim bahwa keadaan tsb tidaklah baik dalam segi
penumbuhan karakter keagamaan. Sebagaimana kisah n. Ibrahiim yang
menyatakan bahwa malapetaka yang akan diperoleh ketika kita
mempersekutukanNya
Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kamu
persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak mempersekutukan Allah
dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujjah
kepadamu untuk mempersekutukanNya. Maka manakah di antara dua golongan
itu yang lebih berhak memperoleh keamanan (dari malapetaka), jika kamu
mengetahui? (al-an’am :81)
Ketika terdapat sebuah malapateka, maka orang ber-iman yang bersih yang akan mendapatkan keamanan
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman
mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan
dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.(al-an’am :82)
BENCANA BESAR YAITU GEMPA YOGYAKARTA 27-MEI-2006 SEBAGAI UJIAN
Inspirasi n. Ibrahiim yang menyatakan akan timbulnya malapetaka
ketika masih banyak manusia yang mempersekutukanNya, merupakan
perenungan yang dalam, ketika saat itu tokoh kunci sentral adalah fokus
pada meletusnya gunung merapi. Sebuah kesadaran akan bahaya dan
malapetaka yang timbul, menjadikan sebuah keniscayaan sebagai sebuah
kisah nyatas sebagai kisah(baca Inilah Kisah Nyata Pembawa Peringatan Sebelum Gempa Yogya 27-mei-2006). Ringkasan Perjalanan Pembawa Peringatan Gempa Yogya 27 mei 2006 Sebelum Terjadinya
SURAT SURAT YANG DIKIRIMKAN KE PETINGGI NEGERI DAN MEDIA MASSA AKAN TERJADINYA GEMPA BUMI
Hampir semua media massa, bahkan MUI di kirimkan surat akan terjadinya gempa di yogya ini, berikut bukti-bukti surat tsb
BUKTI SURAT KE MUI, 5 HARI JELANG GEMPA YOGYA 27 MEI 2006
BUKTI SURAT KE JAWAPOS, 5 HARI JELANG GEMPA YOGYA 27 MEI 2006
Foto Kota Jogja 2 hari Sebelum Gempa
Larut malam sekitar pukul 23 , tgl 24 Mei 2006 malamdi terminal
Bungurasih Surabaya suasana masih tampak hiruk pikuk penumpang menunggu
bis antar kota yang akan ditumpangi untuk pulang kampung, khususnya bis
Patas Jogja yang kosong karena diserbu penumpang (mumpung ada libur
panjang).
Baru sekitar pukul 01.00 pagi kami berempat (rombongan tim penyebar
brosur Jogja) bisa naik bis patas Akas. Perjalanan malam yang
mengasikkan dan bisnya pun enak karena mesinnya mercy. Tak terasa
sampailah di Caruban di rumah makan “Pagi-Sore” pukul 03.00 kami
beristirah makan sambil berfoto-foto (lihat di foto album perjalanan
Jogja -red-).
Perjalanan selanjutnya terasa sunyi senyap karena penumpang pada
tidur, pak sopirpun mengencangkan laju kendaraannya. Sampailah di kota
Solo … Kami pun sholat Subuh dengan tayamum. Setelah beberapa lama
kemudian. bis tiba di Klaten yang sangat Gelap, padahal jam sudah
menunjukkan pukul 06.00 pagi hari, matahari terasa tertutup, jarak
pandang bis kira-kira hanya 100 meter. Laju bis diperlambat sampai 50
km/jam, dijalanan tidak ada orang yang naik sepeda motor (karena mungkin
masih dingin).
(ilustrasi kota yang tertutup kabut,
sumber blogspot)
Perjalanan Di klaten terasa menakutkan bahkan sampai-sampai kita
berencana untuk mengurungkan niat ke jogja dan balik ke Surabaya,
suasana begitu gelap tertutup kabut tebal yang kami kira akibat dari
merapi. Hati dag . .dig . . dug kalau2 merapi meletus dan kami masih
berada di sana. Antara kebimbangan dan keyakinan tak terasa kita berdo’a
agar dilindung oleh Allah. Dan sampailah di Jogja sekitar pukul 08.30
dalam keadaan terang.
Di terminal Umbulharjo Jogja kami kebingungan mau kemana dan
bagaimana ??? cari masjid gak ketemu ? cari nyebar brosur di terminal
koq rasanya gak pas .. akhirnya dalam kebingungan itu, kita putuskan
untuk istirahat di rumah saudara di komplek Wijilan (pusat Gudeg jogja ,
Lihat foto -red -).
Kemudian setelah menyegarkan tubuh dg mandi di rumah saudara.
Semangat kita tumbuh kembali. Dengan berjalan kaki sekitar pukul 10.00
menyusuri benteng alun-alun selatan sampai alun-alun utara. di tiap
perempatan kita berhenti untuk menyebarkan brosur dengan perasaan karena
takut dituduh menghasut.
Perjalanan menyusur benteng terasa sangat jauh, panas, dan melelahkan
dan sampai2 semua tim (kecuali fian tatak) muntah-muntah di perjalanan.
rasa2nya mata sudah berkunang-kunang, dan gak mungkin melanjutkan
perjalanan lagi. tapi setelah meminum sebotol minuman yang membasahi
tenggorokan, semangat kita tumbuh lagi untuk melanjutkan perjalanan.
Foto Sebar Brosur di Jogja
Setelah itu kita bergeser ke malioboro, dan menyebarkan brosur di
sana (di perempatan depan kantor pos besar) hai kami tambah dag dig dug
karena diawasi oleh polisi. Akhirnya kami minta tolong anak-anak di
pinggir jalan untuk membantu menyebarkan brosur dengan Rp 10.000 per
anak.
Dibawah terik yang panas sekitar pukul 11.00 tiba-tiba dari arah yang
tidak diduga-duga dan dalam waktu yang sekejap awan datang menaungi
maliboro tempat penyebaran brosur (lihat file Jogja. avi -red-) akhirnya
kami lega dan seperti ditiupkan angin segar laksana AC.
Setelah itu kita masuk ke pasar bringinharjo, namun diusir satpol PP
karena dianggap menggangu dan kami titipkan brosur ke masjid2 yang ada
di bantu oleh mas Toni (penduduk asli Jogja).
Kemudian perjalanan dilanjutkan ke UGM dengan naik bis kota ASPADA no
4. walaupun tidak ber AC namun suasana tetap dingin. Di UGM kita temui
takmir masjid untuk menitipkan brosur. dan kami berencana menemui mbah
marijan di gunung merapi kaliurang untuk menyadarkan beliau tentang arti
tauhid. namun niat ini kami urungkan dengan pertimbangan masyarakat
biasa saja sudah berpandangan sedikit “aneh” terhadap kita apalagi nanti
mbah marijan.
Akhirnya kita putuskan untuk pulang dengan naik bis EKA ke Surabaya
dann pulang ke rumah masing-masing. Hari jum’at kita jum’atan di
surabaya serasa mengantuk.. karena kelelahan setelah menyebar brosur.
tidur terasa gelisah.
Malam hari terasa panas dan seprtinya banyak nyamuk, radio bersuara kemresek2 (kata pak wo, anggota tim)
TIBA – TIBA Gempa yang tidak diinginkan (yang sudah diprediksi oleh
tim) terjadi. Semua anggota bergetar, merinding, dan tidak tau harus
bagaimana. dan semua merasa bersalah karena tidak berhasil meyakinkan
masyarakat Jogja akan terjadi gempa.
Pada awal korban masih berjumlah 100 kita masih tenang (karena korban
tidak terlalu banyak) ketika menginjak ribuan maka perasaan berdosa
sampai saat ini menghantui anggota tim, Mengutip wikipedia
Foto Sebagaian Kerusakan Akibat Gempa Yogya 27-mei-2006 di Bantul
Awan Berbentuk Wajah Orang Sedih Di Malioboro, Sehari Sebelum Gempa Yogya 27-mei-2006, Lihat Videonya di youtube [http://www.youtube.com/watch?v=AIi22iGK8qA] dan amati sekilas membentuk wajah orang sedih, sebelum gempa yogya
Gempa Bumi Yogyakarta Mei 2006 adalah peristiwa gempa Bumi tektonik
kuat yang mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 27
Mei 2006 kurang lebih pukul 05.55 WIB selama 57 detik. Gempa Bumi
tersebut berkekuatan 5,9 pada skala Richter. United States Geological
Survey melaporkan bahwa gempa terjadi sebesar 6,2 pada skala Richter.
Korban Jiwa yang tercatat cukup besar, Korban: 6.234 tewas.
Kami berharap cukuplah ini dijadikan pelajaran agar dengan kejadian
ini masyarakat tidak tinggi hati, sombong, takabur, jumawa, meremehkan,
merendahkan orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar