Chris Jackson/Getty Images
Es Kutub Utara Benar-Benar Mencair!!
Mencairnya es di laut Kutub Utara telah menyebabkan jalur yang mengelilingi daerah Barat Laut dan Timur laut terbuka bersamaan, ini adalah pertama kalinya dalam sejarah manusia dapat berlayar mengelilingi Kutub Utara.
Foto satelit daerah Kutub Utara yang
diumumkan baru-baru ini menunjukkan, es di kutub utara telah mencair dan
menyebabkan jalur Barat Laut dan Timur Laut di kutub utara terbuka
secara bersamaan minggu lalu, ini adalah pertama kalinya ma-nusia dapat
berlayar mengelilingi kutub utara dengan tanpa hambatan sama sekali,
namun hal ini juga menunjukkan bahwa proses pemanasan global menjadi
lebih cepat daripada perkiraan.
Bongkahan es terakhir pun telah lenyap
Harian Independent Inggris dalam
artikelanya pada 31 Agustus lalu memberitakan, ilmuwan dari Universitas
Bremen Jerman telah mengumumkan sejumlah foto yang telah diambil dari
satelit milik NASA yang menunjukkan bahwa jalur Barat Laut pada akhir
pekan minggu lalu telah terbuka, sementara bongkahan es terakhir yang
menutupi jalur yang menembus Laut Laptev-Siberia mengarah ke Rusia juga
telah mencair beberapa hari setelahnya.
Ini adalah pertama kali-nya kedua jalur
pintas tersebut terbuka setelah 125.000 tahun lamanya, juga merupakan
salah satu fenomena pemanasan global paling mencengangkan yang muncul di
kutub utara selama 1 bulan terakhir ini. Seorang professor tentang
pakar lautan es dari Pusat Informasi Es dan Salju Amerika (NSIDC),
mengatakan, ini merupakan suatu “Kejadian besar bersejarah”, dan semakin
lanjut membuktikan bahwa gunung es di kutub utara kemungkinan telah
memasuki “pusaran maut” yang tidak dapat diselamatkan lagi.
Pemanasan global semakin cepat, para ahli terkejut
Minggu lalu NSIDC pernah mengeluarkan
peringatan bahwa dalam beberapa minggu ke depan jumlah gunung es di
kutub utara kemungkinan akan menyusut bahkan lebih sedikit dari rekor
terendah tahun lalu. Ilmuwan asal Amerika, Moslowski, dalam laporan yang
dipublikasikan tahun ini meramalkan, dalam tempo 5 tahun musim panas di
kutub utara bakal tidak ada es sama sekali, selain itu kecepatan
mencairnya es kemungkinan juga akan bertambah cepat. Hal yang memicu
adanya argumen-argumen seperti ini adalah karena jumlah lapisan es yang
mencair di kutub utara telah mencapai skala yang seharusnya baru akan
terjadi pada tahun 2050 mendatang.
Keuntungan transportasi laut, jarak tempuh pelayaran berkurang ribuan mil
Jalur Barat Laut kutub utara ini melewati
Canada, dan jalur Timur Laut melewati Rusia mengelilingi kutub utara.
Tahun 2005 jalur Timur Laut pernah sekali terbuka, waktu itu jalur Barat
Laut masih tetap tertutup, tahun lalu keadaannya terbalik, dan sekarang
kedua jalur itu terbuka bersamaan. Pihak yang paling mendambakan
terjadinya hal ini seharusnya adalah perusahaan pelayaran, sebab dengan
terbukanya kedua jalur ini akan dapat memperpendek jarak tempuh
pelayaran sebanyak ribuan mil. Terbukanya jalur pelayaran Timur Laut ini
telah memperpendek jarak pelayaran antara Jerman dan Jepang sebanyak
4.000 mil, dan sudah ada perusahaan pelayaran yang bersiap-siap untuk
membuka jalur pelayaran Timur Laut tahun depan. (Guan
Shuping/lie/erabaru – http://www.indonesiaindonesia.com/f/36410-es-kutub-utara-mencair/
Kutub Selatan Mencair, Bongkahan Es Raksasa Terdampar di Australia
Kurang lebih Seminggu yang lalu Australia dikejutkan dengan
terdamparnya gunung es berdiameter raksasa di wilayah perairan
Australia. Bongkahan es raksasa tersebut diperkirakan berasal dari kutub
selatan. Bagaimana bisa??
Kita mengetahui “Global Warming” memang memberi pengaruh besar
terhadap kehidupan dan bumi kita terlebih dalam 10 tahun terakhir. Tapi
siapa yang menyangka kalau dampak besarnya sudah bisa terlihat sangat
jelas sekarang. Memang dalam beberapa tahun terakhir sangat banyak
dampak-dampak luar biasa dari Global Warming, seperti meningkatnya suhu
global secara drastis, cuaca dan iklim yang semakin kacau dan sulit
untuk diprediksi, El-nino yang semakin sulit untuk diatasi, meningkatnya
permukaan laut, dll.
Namun dampak terbesar yang baru saja
terjadi akhir-akhir ini adalah terdamparnya gunung es di perairan
Australia. Berikut keterangan yang saya kutip dari kompas.com
23 November 2009
Bongkahan
es raksasa yang jumlahnya ratusan bergerak dari Antartika menuju
pulau-pulau di Selandia Baru. Bongkahan es yang besarnya seperti stadion
itu dikhawatirkan Pemerintah Selandia Baru mengancam pelayaran. Hasil
pemotretan satelit menunjukkan, bongkahan besar es baru saja melewati
kawasan pulau Auckland dan menuju pulau utama South Island, sekitar 450
kilometer arah timur laut.
“Peringatan berlaku bagi semua kapal di
kawasan itu agar waspada terhadap keberadaan bongkahan es,” kata juru
bicara kelautan Selandia Baru, Ross Henderson, seperti dilaporkan AFP.
Keberadaan bongkahan es dalam kelompok besar itu disampaikan ahli
gletser dari Divisi Antartika Australia.
Mereka
terus memantau pergerakan bongkahan-bongkahan es tersebut. Menurut
mereka, bongkahan es itu merupakan bagian dari bongkahan raksasa yang
Oktober lalu terlihat di sekitar Pulau Macquarie, Australia.
Saat itu, dua bongkahan besar—yang
pertama selebar dua kilometer dan kedua sebesar stadion olimpiade
Beijing terpantau di sana. Sementara itu, yang terpantau menuju Selandia
Baru hari Senin lalu sudah terpecah-pecah dalam berbagai ukuran.
Beberapa di antaranya memiliki lebar 200
meter. “Semua berasal dari satu bongkahan besar, yang mungkin luasnya
30-an kilometer persegi di Antartika sana,” kata salah satu ahli
gletser, Neal Young. Meningkatnya suhu global dan muka laut karena
pemanasan global dituding sebagai penyebabnya.
Setelah tiga tahun Menurut Neal Young,
bongkahan es dalam jumlah besar terakhir terlihat mengapung di dekat
Selandia Baru pada tahun 2006 lalu. Saat itu, hanya berjarak 25
kilometer dari garis pantai—kejadian pertama setelah tahun 1931.Ia yakin
akan semakin sering melihat kejadian serupa bila suhu global terus
meningkat.
Sejumlah ahli tidak yakin akan hal ini.
Berkurangnya luasan es Antartika di Kutub Selatan telah teridentifikasi
beberapa tahun terakhir. Namun, berkurangnya lapisan es di kawasan
Antartika timur dalam jumlah besar, selama tiga tahun terakhir, dinilai
para ahli sebagai “kejutan”. Tidak seperti lapisan es di Antartika
barat, yang selama ini dikenal rentan dan tidak stabil, lapisan es di
Antartika timur dikenal sangat stabil.
Menurut kutipan diatas kutub selatan
mulai mencair dan bongkahan2 esnya memasuki kawasan Australia. Yang
membuat saya terkejut adalah Belum lama ini sebuah foto satelit
menangkap sebuah bongkahan dari pecahan gunung es di Antartika (Kutub
Selatan) telah hanyut hingga menuju perairan Australia sekitar Macquarie
Island di ikuti 100 potongan es kecil menuju arah Selandia Baru.
Diperkirakan bongkahan es yang ditandai
lingkaran merah pada gambar diatas adalah bongkahan es yang terdampar
di perairan Australia baru-baru ini. Besarnya bongkahan gunung es yang
larut terbawa arus tersebut setara dengan 2 kali luas Hongkong.
Ukurannya inilah yang membuat saya terkejut, bayangkan 2x ukuran
Hongkong?!.
Seorang Ahli Gunung Es Glaciologist Neal
Young dikutip AFP mengatakan hal ini pernah terjadi dahulu kala, namun
saat ini siklus ini terjadi kembali. Hongkong Memiliki Luas 49 km
persegi, sedangkan bongkahan gunung es tersebut memiliki panjang hingga
19, 2 (hampir 20 km) dengan lebar 5 km.
Untuk lebih jelasnya lagi berikut saya berikan beberapa gambar yang bisa saya peroleh.
Gambar diatas adalah gambar bongkahan es raksasa yang baru2 ini terdampar di perairan Australia
Gambar diatas adalah bongkahan es tersebut yang diambil dari satelit
Nah, ini dia yang membuat kita warga Indonesia patut merasa cemas.
Jika dilihat dari jalurnya seperti gambar diatas, bukan tidak mungkin
jika suatu saat bongkahan2 es tersebut memasuki perairan Indonesia dan
menyebabkan dampak yang negatif. (Sumber:http://rensenpelawi.blogspot.com/2009/12/kutub-selatan-mencair-bongkahan-es.html)
Semakin banyak es mencair
Semakin banyak es di Kutub Utara dan Selatan yang mencair
Walau terpencil dan tidak bersahabat, wilayah kutub sejak lama menarik perhatian para ilmuwan.
Jauh dibawah permukaannya yang beku, kutub menyimpan rahasia kuno bumi, ketika es menutupi sebagian besar permukaan bumi.
Tetapi bersamaan dengan besarnya keinginan para ilmuwan untuk
mempelajari daerah ini, makin meningkat pula kekuatiran bahwa es di
kedua kutub bumi mencair dengan tingkat yang sangat cepat.
Ini jelas terlihat di laut Artik, lautan yang sangat dingin, yang mengitari Kutub Utara, yang menimpa es abadi.
Ini jelas terlihat di laut Artik, lautan yang sangat dingin, yang mengitari Kutub Utara, yang menimpa es abadi.
Seperti diketahui, di Kutub Utara dan Selatan terdapat dua jenis,
yaitu es musiman, yang terbentuk saat musim dingin tiba, dan es abadi,
yang tebal dan tidak mencair sepanjang tahun.
Namun penelitian selama 10 tahun terakhir menunjukkan penurunan dramatis dalam es abadi.
Namun penelitian selama 10 tahun terakhir menunjukkan penurunan dramatis dalam es abadi.
Dr. Son Nghiem adalah ilmuwan di badan antariksa NASA, yang
menggunakan pantauan citra satelit untuk menentukan seberapa banyak es
abadi yang cair.
“Yang kami amati adalah penurunan drastis es abadi dan luas penurunan
bisa dikatakan sangat luas. Pada tahun 2005 terjadi pengurangan hingga
14 persen atau wilayah seluas Texas maupun Turki,” tuturnya.
Pola lama menghilang
Diperkirakan es di kutub mencair dlam waktu 40 tahun
Sementara itu laju mencairnya es musiman di kawasan Artik juga semakin meningkat saja dalam satu dasa warsa terakhir ini.
Biasanya setiap musim gugur, dengan arus dingin yang bergerak, maka
daerah yang mencair biasanya beku kembali. Tetapi pola seperti itu
ternyata tidak terjadi lagi terjadi.
Es musiman yang hilang di musim panas semakin sedikit yang bisa membeku kembali di musim dingin berikutnya.
Dr. Mark Serreze, seorang ilmuwan khusus yang mengawasi es lautan di
Universitas Colorado, mengatakan asumsinya adalah es Artik akan kembali
muncul di musim dingin.
“Tetapi yang kita lihat sekarang adalah musim dingin tidak mampu
mengembalikan es yang sebelumnya hilang. Kami melihat sendiri kejadian
itu pada tahun 2006,” tambahnya.
Pada Bulan November, menurut Dr. Mark Serreze, kawasan Artik
kehilangan 2 juta km2 persegi esnya dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
“Ini menjelaskan kepada kita bahwa sistem yang selama ini ada ternyata tidak lagi mampu menyembuhkan diri,” tuturnya.
Mengancam kehidupan
“Salah satu yang sangat menggoda adalah jalur pelayaran laut Utara karena akan langsung membawa kapal dari Eropa ke Jepang” – Dr. David Vaughan
Para ilmuwan mengatakan peningkatan suhu yang disebabkan oleh
peningkatan C02, karbon dioksida, di atmosfir bumi yang menjadi
penyebabnya.
Bagaimanapun ada juga faktor-faktor alam, seperti kencangnya angin
yang membawa es Laut Artik ke lautan yang temperaturnya lebih hangat.
Mencairnya lautan es ini merupakan persoalan hidup mati bagi kehidupan binatang laut di Kutub Utara.
Beruang Kutub, misalnya, seperti menyaksikan dengan mata kepala sendiri habitatnya dimusnahkan.
Situasi begitu mengkhawatirkan sehingga pemerintah Amerika Serikat
akhirnya mau juga mengakui bahwa pemanasan global yang menjadi penyebab
semakin banyaknya es yang mencair di kutub.
Dan ancamannya bukan terhadap ekosistem semata, tetapi juga pada penduduk asli yang hidup di pinggiran Laut Artik.
Apa yang terjadi belakangan merupakan ancaman bagi cara hidup masyarakat yang telah bertahan ribuan tahun.
Edward Itta, Walikota sebuah kota kecil di Alaska Utara, menjelaskan ancaman al bagi kehidupan mereka.
“Musim dingin menjadi lebih pendek, kurang menggigit, dan salju cair
lebih awal, sementara lapisan es lebih tipis. Semua ini menyulitkan
perburuan ikan paus, yang menjadi cara hidup kami selama seribu tahun
lebih.”
Edward Itta yang juga merupakan pemburu ikan paus menegaskan bahwa berburu ikan paus merupakan inti kebudayaan mereka.
Kepentingan ekonomi
Ada juga yang melihatnya sebagai kesempatan
Salah satu yang dituding mendorong pemanasan global adalah ketergantungan umat manusia terhadap minyak.
Namun di sisi lain banyak yang melihat melelehnya es di kawasan kutub
sebagai kesempatan bagus untuk melakukan eksplorasi minyak.
Soalnya, diperkirakan sekitar sisa 25% cadangan minyak dunia diperkirakan ada di dasar Laut Artik.
Dan perusahaan-perusahaan minyak sudah tak sabar untuk melakukan eksplorasi.
Selain itu melelehnya gunng-gunung es juga dianggap membuka jalur
perkapalan baru, yang diyakini akan memperbaiki perekonomian kawasan.
Dr. David Vaughan dari Badan Penelitian Antartika Inggris mengakui godaan keuntungan ekonomi terlalu kuat untuk diabaikan.
“Salah satu yang sangat menggoda adalah jalur pelayaran laut Utara
karena akan langsung membawa kapal dari Eropa ke Jepang. Kalau itu
terjadi maka akan menghemat uang dan waktu,” katanya.
Selama ini kapal-kapal dari Eropa yang menuju sebagian kawasan Asia harus memutar lewat Terusan Suez.
“Jadi memang ada keuntungan, tetapi juga konsekuensi negatif jelas tidak kalah besarnya dari pemanasan global ini.”
40 tahun lagi?
Memang persoalan Artik pada akhirnya bukan persoalan keilmuan saja,
melainkan juga persoalan kepentingan ekonomi dan teritorial dari
beberapa negara seperti Kanada, Rusia, Amerika Serikat, dan Norwegia.
Bagaimanapun dari bukti ilmiah, jelas bahwa Kutub Utara dan Seladan berada dibawah ancaman perubahan iklim yang hebat.
Dan kedua daerah ini sangat vital dalam menjaga agar planet tetap
dingin karena es di kutub menjadi perisai bumi dalam menangkis 90% sinar
matahari yang menimpa bumi, dan mengembalikannya ke angkasa luar.
Tetapi kalau es di kutub mencair maka 90% panas sinar matahari akan diserap lautan dan semakin meningkatkan pemanasan global.
Dengan tidak menghentikan tingkat emisi C02 saat ini, diperkirakan es abadi di kutub akan musnah dalam waktu tidak lama lagi.
Jika mengikuti model yang sudah dirancang para ilmuwan, maka es abadi akan meleleh sepenuhnya dalam waktu 40 tahun.
Apakah manusia harus menunggu 40 tahun lagi sebelum menyadari dampaknya bagi kehidupan di bumi? (Sumber: http://www.bbc.co.uk/indonesian/indepth/story/2007/02/070216_globalwarming1.shtml)
Es Kutub Utara Mencair
Pertama kali terjadi setelah 125 ribu tahun, akhirnya es kutub utara
mencair, foto satelit daerah kutub utara menunjukkan jalur Barat Laut
dan Timur Laut di kutub utara terbuka secara bersamaan minggu lalu, ini
adalah pertama kalinya manusia dapat berlayar mengelilingi kutub utara
tanpa hambatan sama sekali, namun hal ini berarti proses pemanasan
global terjadi lebih cepat daripada yang kita bayangkan.
Ilmuan dari universitas Bremen Jerman mempublikasikan sejumlah foto
yang diambil dari satelit milik NASA yang menunjukkan jalur barat laut
telah terbuka, sementara bongkahan es terakhir yang selama ini menutupi
jalur yang menembus laut Laptev-Siberia mengarah ke Rusia juga telah
mencair. Berita tentang hal ini juga dimuat di harian Independent
Inggris 31 Agustus yang lalu.
Para ilmuan asal Amerika memperkirakan jika pemanasan global tetap
terjadi maka dalam tempo 5 tahun musim panas di Kutub utara bakal tidak
ada es sama sekali!, perkiraan seperti ini bisa muncul karena jumlah
lapisan es yang telah mencair hingga saat ini seharusnya baru akan
terjadi pada tahun 2050 mendatang.
Pada tahun 2005 jalur Timur Laut pernah sekali terbuka, tetapi jalur
Barat Laut waktu itu tetap tertutup, dan tahun 2006 keadaannya berbalik,
tetapi pada tahun ini kedua jalur tersebut terbuka secara bersamaan.
Pihak yang paling mendambakan terjadinya hal ini adalah perusahaan
pelayaran, sebab dengan terbukanya kedua jalur ini akan dapat
memperpendek jarak tempuh pelayaran sebanyak ribuan mil.
Terbukanya jalur ini memperpendek jarak pelayaran antara Jerman dan
Jepang sebanyak 4.000 mil dan sudah ada perusahaan pelayaran yang
bersiap-siap untuk membuka jalur pelayaran melalui rute ini tahun depan.
Wow suatu saat nanti ketika bumi penuh bencana alam karena efek
pemanasan global ini, sebegitu pentingkah harta yg sekarang kita
kumpulkan dengan cara yang tidak baik untuk bumi kita ini ??? (Sumber:http://www.artiku.com/2008/09/20/es-kutub-utara-mencair/)
Lebih dari 2 Triliun Ton Es Kutub Mencair
Getty Images/Uriel Sinai
Es di Greenland yang kian menyusut karena pemanasan global
Es di Greenland yang kian menyusut karena pemanasan global
LEBIH dari dua triliun ton es di Kutub Utara dan Kutub Selatan
mencair sejak tahun 2003. Hasil pengukuran menggunakan data pengamatan
satelit GRACE milik NASA itu menunjukkan bukti terbaru dampak dari
pemanasan global.
“Antara Greenland, Antartika, dan Alaska, pencairan lapisan es telah
meningkatkan air laut setinggi seperlima inci dalam lima tahun
terakhir,” kata Scott Luthcke, geofisikawan NASA.
Dari pengukuran tersebut, lebih dari setengahnya adalah es yang
sebelumnya ada di Greenland. Selama lima tahun, es yang mencair dari
Greenland tersebut mengalir ke Teluk Chesapeake dan mengalir ke laut
lepas. Bahkan menurut Luthcke, pencairan es di Greenland akan
berlangsung semakin cepat.
Mencairnya es di daratan sebenarnya tak berpengaruh langsung terhadap
kenaikan muka air laut di seluruh dunia seperti mencairnya lautan beku.
Pada tahun 1990-an, pencairan es di Greenland tidak menyebabkan
peningkatan air laut yang berarti.
“Namun, saat ini Greenland turut meningkatkan setengah milimeter
tingkat air laut per tahun,” kata ilmuwan es NASA Jay Zwally. “Pencairan
terus memburuk. Ini menunjukkan tanda yang kuat dari pencairan dan
amplifikasi. Tidak ada perbaikan yang terjadi,” lanjut Zwally.
Para ilmuwan NASA mempresentasikan temuan baru mereka pada konferensi
American Geophysical Union di San Fransisco minggu lalu. Dengan
menganalisis perubahan iklim, secara umum para ilmuwan akan melihat yang
terjadi beberapa tahun untuk menentukan tren secara keseluruhan.
(Sumber:http://sains.kompas.com/read/2008/12/29/16204469/lebih.dari.2.triliun.ton.es.kutub.mencair)
Es di Kutub mencair dan runtuh: akibat pemanasan global.
Nah… sebelum terlambat, mari kita peduli
Tanamlah pohon sebanyak-banyaknya, kurangi pemakaian kertas atau tissue, hematlah terhadap energi.
Tanamlah pohon sebanyak-banyaknya, kurangi pemakaian kertas atau tissue, hematlah terhadap energi.
jangan biasakan menggunakan kendaraan saat bepergian dengan jaak yang dekat.
siapa lagi yang akan menyelamatkan bumi selain kita yang menghuninya, demi masa sekarang dan masa yang akan datang, masa dimana anak-anak kita akan tumbuh.
let’s start global cooling…(Sumber: http://yukez.wordpress.com/2009/01/25/es-di-kutub-mencair-dan-runtuh-akibat-pemanasan-global/)
siapa lagi yang akan menyelamatkan bumi selain kita yang menghuninya, demi masa sekarang dan masa yang akan datang, masa dimana anak-anak kita akan tumbuh.
let’s start global cooling…(Sumber: http://yukez.wordpress.com/2009/01/25/es-di-kutub-mencair-dan-runtuh-akibat-pemanasan-global/)
Video Es di Kutub Utara Mencair
Betapa Dahsyat Bila Kutub Es Mencair
Image NASA
Dampak efek rumah kaca yang menyebabkan terjadinya pemanasan global
bukan permainan kata untuk menakut-nakuti manusia. Selain akan terjadi
hujan asam, di hampir sebagian besar belahan dunia, dampak paling buruk
peristiwa memantulnya sinar matahari sebelum sampai ke bumi, yaitu
mencairnya dataran es di dua kutub. Akibatnya jangan tanya. Gelombang
pasang air laut akan segera menyapu separuh daratan se jagad raya.
Peneliti di Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat, NASA dan
National Snow and Ice Data Center di Colorado, menipisnya lapisan es di
Kutub Utara, melansir temuan yang membuat kita was-was. Lapisan es di
Kukub Utara yang tadinya setebal 680.400 kilometer persegi menyusut
drastis 43 persen dibanding tahun lalu. “Tahun lalu jumlah es dengan
struktur bentukan kategori muda berkisar 70 persen, saat ini telah
mencapai 90 persen,” kata peneliti Ice Data Center, Walt Meier.
Padahal, masih menurut para peneliti ahli, pada musim dingin
bertambah 15 juta meliputi 150.000 kilometer persegi. Atau sekitar
720.000 kilometer persegi lebih kecil dibandingkan dengan kondisi
rata-rata daratan es di wilayah Kutub utara pada tahun 1979 dengan tahun
2000.
Kondisi semacam itu, papar Meier dalam makalahnya, menyebabkan air
laut meninggi dan akan menyapu hampir sebagian luas daratan pantai di
belahan bumi. Bisa dibayangkan bila ketebalan es tiga meter atau lebih
yang berada di Kutub Utara tiba-tiba mencair bersamaan akibat pemanasan
global, berapa meter persegi luas daratan terendam. “Kita tidak siap
menghadapi hal-hal terburuk ketika bencana itu datang pada musim panas
tahun depan. Kita benar-benar dalam situasi yang sangat genting saat
ini,” ujarnya.
Peringatan bernada mengancam dari para ilmuwan itu bukanlah
mengada-ada. Sebab mereka memiliki data akurat tentang proses melelehnya
es di belahan Kutub Utara. Kecerobohan para pemilik modal di
negara-negara industrialis dituding menjadi salah satu penyebab utama
melelehnya lapisan es di Kutub Utara maupun Selatan.
Mereka dituduh menjadi salah satu pelaku perusakan ekosistem global
yang mengakibatkan temperatur planet bumi semakin bertambah panas setiap
tahun. Mestinya, papar peneliti dan sekaligus Manager Program Wilayah
Kutub NASA Tom Wagner, mereka menyadari fungsi bongkahan es di dua Kutub
Utara-Selatan sebagai pemantul sinar matahari dari Bumi.
“Mestinya mereka menyadari kalau bongkahan daratan es, yang
menyerupai lautan, sebenarnya berfungsi sebagai pemantul alami sinar
matahari dari Bumi. Kalau esnya mencair, sinar matahari tidak akan
terpantulkan kembali ke udara. Dengan demikian panas matahari akan
langsung terserap oleh lautan dan menambah panas temperatur planet,”
tandas Tom.
Kecepatan melelehnya bongkahan es di Kutub Utara juga dialami di
belahan Kutub Selatan. Bahkan tidak sampai puluhan tahun, bongkahan
“cadas es” yang kokoh di kutub ini telah lenyap disapu panas. Cadas es
yang dulunya merupakan tonggak keperkasaan Kutub Selatan di ujung bumi
wilayah Selatan tampaknya tidak tahan terhadap gempuran sinar matahari.
Tidak hanya itu, gletser di daerah tebing pegunungan es Kutub Selatan
pun juga ikut-ikutan mencair terimbas pemanasan global. Kondisi semacam,
ujar peneliti kawasan kutub dari Inggris, tentu sangat memprihatinkan.
“Apalagi daerah Wordie Ice Shelf yang rontok sejak tahun 1960-an,
juga telah lenyap dari pandangan mata. Selain itu ditemukan di bagian
Utara “Larsen Ice Shelf” juga telah raib. Sementara itu luas daratan es
sekitar 8.300 kilo meter persegí, kini mulai terpisah dari induknya
“Larsen Shelf” sejak tahun 1986 lalu,” tulis laporan ilmiah US Global
Survey (USGS) dan British Antartic Survey.
Keadaan mencemaskan itu tak urung mengundang kecemasan kalangan
pemerintah Amerika Serikat, Australia dan Ingris sebagai negara
industrialis perusak lingkungan terbesar dunia. Menteri Dalam Negeri AS
Ken Salazar dalam suatu kesempatan dalam pertemuan kepala pemerintahan
negara-negara maju di London baru-baru ini, ia mengungkapkan
kecemasannya mengenai pemanasan global.
“Berkurangnya gletser di dua kutub yang sangat cepat, memperlihatkan
ancaman nyata yang sedang dialami planet kita. Kita tidak memperkirakan
perubahan ekosistem global lebih cepat dari yang diperkirakan
sebelumnya. Salah satu solusi mengerem dampak yang jauh lebih besar,
kita harus segera menghentikan efek rumah kaca,” kata Ken Salazar.
Imbauan Ken Salazar, sebagai Menteri Dalam Negeri AS, tentunya
tidak ngawur begitu saja. Sebab jauh-jauh hari, peneliti gletser ternama
dari US Global Survey (USGS) telah mewanti-wanti tidak lama lagi
gletser akan segera mencair dengan kecepatan tak terpikirkan oleh
manusia sebelumnya. “Kecepatan gletser mencair akibat pemanasan global
jauh dari perkiraan para ahli. Bahkan jauh lebih besar dari perhitungan
kami,” ujar Jane Ferrigno.
Itulah sebabnya dalam pertemuan para pemimpin negara-negara maju
dunia baru-baru ini sepakat untuk menekan emisi buangan yang dapat
memperparah efek rumah kaca. Sebab bila tidak dilakukan, efek yang jauh
lebih besar tentu akan melanda benua Australia dan dataran lain di
kawasan Asia. “Kalau ini terjadi, Australia dan dataran lain
negara-negara di kawasan Asia akan tersapu air pasang laut yang sangat
dahsyat,” kata Mc Kahin peneliti senior kawasan Antartika.
Laporan lain yang menguatkan efek mencairnya lapisan es di dua kutub
Utara-Selatan dalam waktu dekat datang dari National Oceanic and
Atmospheric Administration (NOAA) yang dilansir di jurnal Geophysical
Letters. Para ahli yang tergabung dalam NOAA memperkirakan es di Kutub
Utara diperkirakan akan mencair seluruhnya dalam waktu tidak terlalu
lama lagi.
“Kalau tidak ada upaya pencegahan pemanasan global, es di Kutub Utara
dapat dipastikan akan meleleh lebih cepat dari waktu yang diperkirakan
sebelumnya. Tidak akan lama lagi akan terjadi,” ujar peneliti kepala
Ekspedisi Kutub Utara Jane Ferrigno.
Dalam pertemuan UN Climate Panel memproyeksikan temperatur atmosfer
dunia akan naik 1,8 sampai 4,0 deratjat celsius akibat buangan gas rumah
kaca. Bila hal ini dibiarkan terus, ujar Jane Ferrigno, akibat yang
lebih dahsyat akan terjadi melibihi bencana badai Tsunami beberapa waktu
lalu.
“Bila tidak dicegah, bisa jadi badai Tsunami akan kalah dahsyat
dengan efek yang ditumbulkan mencairnya lapisan es di dua kutub. Selain
banjir, kemarau menyengat dan gelombang arus panas disertai badai akan
menyapu dataran rendah di beberapa belahan dunia. Sementara itu gletser
dan lapisan es mencair, keadaan itu dapat menaikkan seluruh permukaan
air samudra dan merendam daerah dataran rendah,” tandasnya. Nah bagi
berhati-hatilah. (Sumber: http://www.tabloidkampus.com/detail.php?id=281&edisi=21)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar