Vienna, Swiss – Ilmuwan mengklaim gletser
seluruh dunia telah mencair 100 kali lebih cepat dalam kurun 350 tahun.
Bahayanya, ini berdampak pada jutaan manusia yang bergantung pada air
tawar.
Klaim itu berdasarkan studi di Patagonia,
Amerika Selatan dengan 270 gletser Patagonia setara dengan 1.700 kali
kuantitas air di danau Windermere. Studi yang dilakukan Profesor Neil
Glasser dari Aberystwyth University menganalisis jumlah batuan yang ditinggalkan oleh gletser yang sudah lenyap.
Gletser
atau glasier atau glesyer adalah sebuah bongkahan es besar dan
terbentuk diatas permukaan tanah yang berjalan sangat lambet, kadang
berupa sungai es dan merupakan akumulasi dari endapan salju yang membatu
selama kurun waktu yang lama.
Sejak Zaman Es berakhir di Patagonia pada pertengahan abad 17,
kawasan itu sudah kehilangan 145 kubik es. Ini disebabkan peningkatan
suhu yang mencapai 1,4 derajat Celcius di kawasan itu. Demikian laporan
di jurnal Nature Geoscience.
“Gletser sudah sangat berkurang dalam kurun 30 tahun terakhir. Ini
melebihi perkiraan kami,” ujar Profesor Glasser. “Dan ini sangat
menakutkan,” katanya lagi.
Ia yang melakukan penelitian bersama dengan ilmuwan dari University of Exeter dan Stockholm University
mengatakan kawasan gletser Amerika Selatan, sama seperti gletser di
Pegunungan Alpen ataupun kawasan Bumi utara, mengalami pengurangan
gletser drastis.
“Ini pembunuhan bagi masyarakat Himalaya. Dalam jangka pendek memang
menguntungkan karena mereka mendapatkan air tawar lebih banyak saat
musim kemarau. Tapi, dalam jangka panjang, ini masalah besar,” kata
Profesor Glasser lagi.
Tak hanya berhenti sampai di situ, dilaporkan lapisan ozon di Kutub
Utara juga makin parah pada musim dingin ini, dikarenakan cuaca dingin
di bagian atas atmosfir.
Pada akhir bulan Maret, 40 persen lapisan ozon di stratosfir telah
rusak, naik dari sebelumnya yang kerusakannya masih berkisar 30 persen.
Demikian seperti yang diberitakan BBC News.
Lapisan ozon melindungi manusia dari kanker kulit, tapi lapisan gas
tersebut rusak karena polusi industri kimia. Kerusakannya adalah reaksi
dari kondisi dingin di stratosfir akibat polusi industri kimia.
Beberapa zat kimia sudah dilarang penggunaannya melalui perjanjian Montreal Protocol dari PBB, namun keberadaan zat-zat tersebut bakal bertahan lama di atmosfir hingga berpuluh-puluh tahun.
Meski mendinginnya suhu stratosfir merupakan peristiwa tahunan di
wilayah kutub selatan, akan tetapi gambaran mengenai kutub utara masih
belum bisa diprediksi.
Pada musim dingin, ketika wilayah kutub utara biasanya hangat di
daratnya, suhu 15-20 km di atas permukaan Bumi malah berbanding
terbalik.
“Tingkat kerusakan lapisan ozon pada musim dingin tergantung pada kondisi meteorologi,” ujar Michel Jarraud, Sekjen dari World Meteorogical Organization (WMO).
“Kerusakan lapisan ozon pada tahun 2011 menunjukkan bahwa kita harus
waspada dan membuka mata pada situasi di kutub utara dalam beberapa
waktu ke depan,” tambah Jarraud.
Rusaknya lapisan ozon membuat sinar ultraviolet-B yang berbahaya dari
matahari bisa masuk ke atmosfir. Hal ini bisa menyebabkan kanker kulit,
katarak, kerusakan sistem kekebalan tubuh. WMO telah memperingatkan
warga dunia untuk mewaspadai hal ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar