Minggu, 03 Agustus 2014

KISAH PENCIPTAAN NUR MUHAMMAD


 
star0013
      
 Suatu hari Sayidina Ali, karamallahu wajhahu, misan dan menantu Nabi Suci SAW bertanya,
"Wahai (Nabi) Muhammad, kedua orang tuaku akan menjadi jaminanku, mohon katakan padaku apa yang diciptakan Allah Ta’ala sebelum semua makhluk ciptaan?"
Beliau menjawab : "Sesungguhnya, sebelum Rabbmu menciptakan lainnya, Dia menciptakan dari Nur-Nya nur Nabimu."
Di Hadist yang lain, yang diiiwayatkan dari Abdurrazaq ra yang diterimanya dari Jabir ra, bahwa Jabir pernah bertanya kepada Rasulullah saw, "Ya Rasulullah, beritahukanlah kepadaku, apakah yang mula-mula sekali Allah jadikan?".
Rasulullah saw menjawab : "Sesungguhnya Allah ciptakan sebelum adanya sesuatu adalah nur Nabimu dari Nur-Nya."
Nur Muhammad itu sudah ada sebelum adanya segala sesuatu di alam ini. Nur Muhammad dianugerahi tujuh lautan : Laut Ilmu, Laut Latif, Laut Pikir, Laut Sabar, Laut Akal, Laut Rahman, dan Laut Cahaya.

Dia kemudian membagi Nur ini menjadi empat bagian Dari bagian pertama Dia menciptakan Pena. dari bagian kedua lawhal-mahfudz, dari bagian ketiga ‘Arsy”.
Kini telah diketahui bahwa ketika Allah menciptakan lawhal-mahfudz dan Pena. Pada pena itu terdapat seratus simpul, jarak antara kedua simpul adalah sejauh dua tahun perjalanan. Allah kemudian memerintahkan Pena untuk menulis, dan Pena bertanya, "Ya Allah, apa yang harus saya tulis?"
Allah berfirman, “Tulislah : la ilaha illallah,Muhammadan Rasulullah”.
Atas itu Pena berseru, "Oh, betapa sebuah nama yang indah, agung Muhammad itu bahwa dia disebut bersama Asma Mu yang Suci, ya Allah".
Allah kemudian berfirman, "Wahai Pena, jagalah kelakuanmu ! Nama ini adalah nama Kekasih-Ku, dari Nurnya Aku menciptakan ‘Arsy dan Pena dan lawhal-mahfudz; kamu, juga diciptakan dari Nurnya. Jika bukan karena dia, Aku tidak akan menciptakan apapun”.
Ketika Allah SWT telah mengatakan kalimat tersebut, Pena itu terbelah dua karena takutnya kepada Allah, dan tempat dari mana kata-katanya tadi keluar menjadi tertutup/terhalang, sehingga sampai dengan hari ini ujungnya tetap terbelah dua dan tersumbat, sehingga dia tidak menulis, sebagai tanda dari rahasia Ilahiah yang agung.
Kemudian Allah memerintahkan Pena untuk menulis "Apa yang harus saya tulis, Ya Allah?" bertanya Pena. Kemudian Rabb al Alamin berkata, "Tulislah semua yang akan terjadi sampai Hari Pengadilan !”.
Berkata Pena, "Ya Allah, apa yang harus saya mulai?". Berfirman Allah, "Kamu harus memulai dengan kata-kata ini: Bismillah al-Rahman al-Rahim."
Dengan rasa hormat dan takut yang sempurna, kemudian Pena bersiap untuk menulis kata-kata itu pada Kitab (lawh al-mahfudz), dan dia menyelesaikan tulisan itu dalam 700 tahun.
Ketika Pena telah menulis kata-kata itu, Allah SWT berfirman "Telah memakan 700 tahun untuk kamu menulis tiga Nama-Ku; Nama Keagungan-Ku, Kasih Sayang-Ku dan Empati-Ku. Tiga kata-kata yang penuh barakah ini saya buat sebagai sebuah hadiah bagi ummat Kekasih-Ku Muhammad. Dengan Keagungan-Ku, Aku berjanji bahwa bilamana abdi manapun dari ummat ini menyebutkan kata Bismillah dengan niat yang murni, Aku akan menulis 700 tahun pahala yang tak terhitung untuk abdi tadi, dan 700 tahun dosa akan Aku hapuskan.”
“Sekarang (selanjutnya), bagaian ke-empat dari Nur itu Aku bagi lagi menjadi empat bagian: Dari bagian pertama Aku ciptakan Malaikat Penyangga Singgasana (hamalat al-’Arsy); Dari bagian kedua Aku telah ciptakan Kursi, majelis Ilahiah (Langit atas yang menyangga Singgasana Ilahiah, ‘Arsy); Dari bagian ketiga Aku ciptakan seluruh malaikat (makhluk) langit lainnya.”
“kemudian bagian keempat Aku bagi lagi menjadi empat bagian: dari bagian pertama Aku membuat semua langit, dari bagian Kedua Aku membuat bumi-bumi, dari bagian ketiga Aku membuat jinn dan api.”
“Bagian keempat Aku bagi lagi menjadi empat bagian : dari bagian pertama Aku membuat cahaya yang menyoroti muka kaum beriman; dari bagian kedua Aku membuat cahaya di dalam jantung mereka, merendamnya dengan ilmu ilahiah; dari bagian ketiga cahaya bagi lidah mereka yang adalah cahaya Tawhid (Hu Allahu Ahad), dan dari bagian keempat Aku membuat berbagai cahaya dari ruh Muhammad SAW”.
Ruh yang cantik ini diciptakan 360.000 tahun sebelum penciptaan dunia ini, dan itu dibentuk sangat (paling) cantik dan dibuat dari bahan yang tak terbandingkan Kepalanya dibuat dari petunjuk, lehernya dibuat dari kerendahan hati. Matanya dari kesederhanaan dan kejujuran, dahinya dari kedekatan (kepada Allah). Mulutnya dari kesabaran, lidahnya dari kesungguhan, pipinya dari cinta dan kehati-hatian, perutnya dari tirakat terhadap makanan dan hal-hal keduniaan, kaki dan lututnya dari mengikuti jalan lurus dan jantungnya yang mulia dipenuhi dengan rahman.
Ruh yang penuh kemuliaan ini diajari dengan rahmat dan dilengkapi dengan adab semua kekuatan yang indah. Kepadanya diberikan risalahnya dan kualitas kenabiannya dipasang. Kemudian Mahkota Kedekatan Ilahiah dipasangkan pada kepalanya yang penuh barokah, masyhur dan tinggi di atas semua lainnya, didekorasi dengan Ridha Ilahiah dan diberi nama Habibullah (Kekasih Allah) yang murni dan suci.
Kemudian Allah SWT menciptakan sebuah pohon yang dinamakan Syajaratul Yaqin. Tangkainya berjumlah empat. Kemudian diletakanlah Nur Muhammad pada pohon tersebut. Namun, kehadiran Nur Muhammad, itu membuat pohon bergetar hebat hingga berubah menjadi permata putih. Sedangkan Nur Muhammad memuji bertasbih ke hadirat Allah Ta’ala 70.000 tahun lamanya. Pada permata tersebut, Nur Muhammad mencoba bercermin. Wajahnya begitu indah dilihat. Bentuknya seperti burung merak, dan pakaiannya demikian indah. Dihiasi dengan berbagai perhiasan. Kemudian ia bersujud lima kali.
Allah SWT melihatnya, membuat Nur tersebut merasa malu dan takut. Lalu keluar keringat dari kepalanya. Dari keringat tersebut Allah SWT menciptakan nyawa malaikat. Dari keringat wajahnya, diciptakanlah nyawa ‘Arsy, matahari, bulan, bintang, dan apa-apa yang ada di langit. Keringat dadanya menjadi bahan untuk menciptakan nyawa para rasul, nabi, wali, ulama, dan orang orang shaleh. Adapun keringat yang muncul dari keningnya, diciptakanlah nyawa orang-orang mukmin dari umat Nabi Muhammad saw. Dari keringat kedua telinganya, diciptakan oleh Allah SWT nyawa orang-orang Yahudi, Nasrani, dan orang-orang kafir, dan sesat. Sedangkan keringat kakinya di antaranya menjadi isi bumi.
Pada waktu selanjutnya Allah SWT menciptakan lentera akik yang merah yang cahayanya menembus ke dalam dan keluar. Lalu Nur Muhammad dimasukkan ke dalam lentera tersebut. Berada di dalamnya dalam posisi berdiri. Sementara nyawa-nyawa yang sudah tercipta berada di luar. Seluruhnya membaca "Subhanallaahi wal hamdulillaahi wa laa ilaaha illallaahu wallahu akbar". 1.000 tahun lamanya nyawa-nyawa itu diperintahkan Allah SWT untuk melihat ke diri Nur Muhammad.
Nyawa yang berhasil melihat kepala Nur Muhammad, maka ia akan ditakdirkan menjadi pemimpin/penguasa. Siapa yang melihat ubun-ubunnya, itulah mereka yang akan menjadi guru/pendidik yang jujur. Siapa yang melihat matanya, ia akan menjadi hafidz (penghapal Al Quran).
Mereka yang memandang telinganya akan menjadi mereka yang menerima peringatan dan nasehat. Adapun yang bisa melihat hidungngya, mereka itu akan menjadi ahli bicara atau dokter. Sedangkan mereka nyawa-nyawa yang berhasil melihat bibir Nur Muhammad, ia akan ditakdirkan menjadi seorang menteri. Nyawa yang melihat bagian giginya maka wajahnya kelak akan cantik rupawan, ia yang bisa melihat lidahnya, akan jadilah utusan/duta raja-raja. Apabila yang dilihat lehernya, ditakdirkanlah menjadi orang berdagang dan usahawan. Apabila tengkuk yang bisa dilihatnya, akan jadilah seorang tentara. Mereka yang berhasil melihat kedua lengan tangannya, maka akan jadi perwira. Jika sikut kanannya yang dilihat, Allah SWT akan menjadikan dirinya berkehidupan dalam dunia tekstil, sedangkan kalau sikut Kirinya, ia akan menjadi orang yang pernah membunuh. Serta, jika dadanya yang berhasil dilihat, maka ia akan menjadi ulama yang disegani. Bila bagian belakang, ia akan ditakdirkan menjadi para ahli sosial kemasyarakatan. Dan jika hanya bayangannya yang berhasil dilihat, maka ia akan menjadi orang yang berkecimpung dalam bidang seni.
Barang siapa melihat tenggorokannya yang penuh barokah akan menjadi khatib dan mu’adzin (yang mengumandangkan adzan). Barang siapa memandang janggutnya akan menjadi pejuang di jalan Allah. Barang siapa memandang lengan atasnya akan menjadi seorang pemanah atau pengemudi kapal laut. Siapa yang melihat tangan kananya akan menjadi seorang pemimpin, dan siapa yang melihat tangan kirinya akan menjadi seorang pembagi (yang menguasai timbangan dan mengukur suatu kebutuhan hidup).
Siapa yang melihat telapak tangannya menjadi seorang yang gemar memberi; siapa yang melihat belakang tangannya akan menjadi kolektor. Siapa yang melihat bagian dalam dari tangan kanannya menjadi seorang pelukis; siapa yang melihat ujung jari tangan kanannya akan menjadi seorang calligrapher, dan siapa yang melihat ujung jari tangan kirinya akan menjadi seorang pandai besi. Siapa yang melihat dadanya yang penuh barokah akan menjadi seorang terpelajar meninggalkan keduniaan (ascetic) dan berilmu.
Siapa yang melihat punggungnya akan menjadi seorang yang rendah hati dan patuh pada hukum syari’at. Siapa yang melihat sisi badannya yang penuh barokah akan menjadi seorang pejuang. Siapa yang melihat perutnya akan menjadi orang yang puas, dan siapa yang melihat lutut kanannya akan menjadi mereka yang melaksanakan ruku dan sujud. Siapa yang melihat kakinya yang penuh barokah akan menjadi seorang pemburu, dan siapa yang melihat telapak kakinya menjadi mereka yang suka bepergian. Siapa yang melihat bayangannya akan mejadi penyanyi dan pemain saz (lute).
Semua yang memandang tetapi tidak melihat apa-apa akan menjadi kaum takberiman, pemuja api dan pemuja patung. Mereka yang tidak memandang sama sekali akan menjadi mereka yang akan menyatakan bahwa dirinya adalah tuhan, seperti Namrudz, Firaun, dan sejenisnya.
Kini semua ruh itu diatur dalam empat baris. Di baris pertama berdiri ruh para nabi dan rasul, a.s, di baris kedua ditempatkan ruh para orang suci, para sahabat, di baris ketiga berdiri ruh kaum beriman, laki – laki dan perempuan. Di baris ke empat berdiri ruh kaum tak beriman.
Semua ruh ini tetap berada dalam dunia ruh di hadhirat Allah SWT sampai waktu mereka tiba untuk dikirim ke dunia fisik. Tidak seorang pun tahu kecuali Allah SWT yang tahu berapa selang waktu dari waktu diciptakannya ruh penuh barokah Nabi Muhammad sampai diturunkannya dia dari dunia ruh ke bentuk fisiknya itu.
Diceritakan bahwa Nabi Suci Muhammad SAW bertanya kepada malaikat Jibril , "Berapa lama sejak engkau diciptakan?" Malaikat itu menjawab, "Ya Rasulullah, saya tidak tahu jumlah tahunnya, yang saya tahu bahwa setiap 70.000 tahun seberkas cahaya gilang gemilang menyorot keluar dari belakang kubah Singgasana Ilahiah: sejak waktu saya diciptakan cahaya ini muncul 12.000 kali."
"Apakah engkau tahu apakah cahaya itu?" bertanya Nabi Muhammad SAW
"Tidak, saya tidak tahu," berkata malaikat itu.
"Itu adalah Nur ruhku dalam dunia ruh, jawab Nabi Suci SAW”.
Pertimbangkan kemudian, berapa besar jumlah itu, jika 70.000 dikalikan 12.000 ! 

Sakaratul Maut  
 
1600FG100_2_040
        Abul-Laits menwayatkan dengan sanadnya dan Albaraa* bin Aazib r.a. berkata: "Kami bersama Nabi Muhammad SAW keluar mengantar jenazah seorang sahabat Anshar, maka ketika sampai ke kubur dan belum dimasukkan dalam lahat Nabi Muhammad SAW duduk dan kami duduk di sekitarnya diam menundukkan kepala bagaikan ada burung di atas kepala kami, sedang Nabi Muhammad SAW mengorek-ngorek dengan dahan yang ada ditangannya, kemudian ia mengangkat kepala sambil bersabda: "Berlindunglah kamu kepada Allah dari siksaan kubur."
Nabi Muhammad s.a. w mengulangi sebanyak 3 kali. Lalu Nabi Muhammad SAW bersabda lagi: "Maka keluarlah rohnya mengalir bagaikan titisan dari mulut kendi tempat air, maka langsung diterima dan langsung dimasukkan dalam kafan dan dibawa keluar semerbak harum bagaikan kasturi yang terharum di atas bumi, lalu dibawa naik, maka tidak melalui rombongan malaikat melainkan ditanya: "Roh siapakah yang harum ini?" Dijawab: "Roh fulan bin fulan sehingga sampai ke langit, dan di sana dibukakan pintu langit dan disambut oleh penduduknya dan pada tiap-tiap langit dihantar oleh Malaikat Muqarabun, dibawa naik ke langit yang atas hingga sampai ke langit tujuh, maka Allah berfirman: "Catatlah suratnya di illiyyin. Kemudian dmembalikan ia ke bumi, sebab daripadanya Kami jadikan, dan di dalamnya Aku kembalikan dan daripadanya pula akan Aku keluarkan pada saatnya."

Maka kembalilah roh ke jasad dalam kubur, kemudian datang kepadanya dua Malaikat untuk bertanya: "Siapa Tuhanmu?" Maka dijawab: Allah Tuhanku. Lalu ditanya: "Apakah agamamu?" Maka dijawab: "Agamaku Islam" Ditanya lagi: "Bagaimana pendapatmu terhadap orang yang diutuskan di tengah-tengah kamu?" Dijawab: "Dia utusan Allah". Lalu ditanya: "Bagaimanakah kamu mengetahui itu?’ Maka dijawab: "Saya membaca kitab Allah lalu percaya dan membenarkannya" Maka terdengar suara: "Benar hambaku, maka berikan padanya hamparan dari sorga serta pakaian sorga dan bukakan untuknya pintu yang menuju ke sorga, supaya ia mendapat bau sorga dan hawa sorga, lalu luaskan kuburnya sepanjang pandangan mata." Kemudian datang kepadanya seorang yang bagus wajahnya dan harum baunya sambil berkata: "Terimalah kabar gembira, ini saat yang telah dijanjikan Allah kepadamu." Lalu bertanya: "Siapakah kau?" Jawabnya: "Saya amalmu yang baik." Lalu ia berkata: Ya Tuhan, segerakan hari kiamat supaya segera saya bertemu dengan keluargaku dan kawan-kawanku."
Nabi Muhammad SAW bersabda: "Adapun hamba yang kafir, jika akan meninggal dunia dan menghadapi akhirat, maka turun kepadanya Malaikat dari langit yang hitam mukanya dengan pakaian hitam, lalu duduk di mukanya sepanjang pandangan mata, kemudian datang Malaikat maut dan duduk di samping kepalanya lalu berkata: "Hai roh yang jahat keluarlah menuju murka Allah." Maka tersebar di semua anggota badannya, mana dicabut rohnya bagaikan mencabut besi dari bulu yang basah, maka terputus semua urat dan ototnya, lalu diterima akan dimasukkan dalam kain hitam, dan dibawa dengan bau yang sangat busuk bagaikan bangkai,
dan dibawa naik, maka tidak melalui malaikat melainkan ditanya: "Roh siapakah yang jahat dan busuk itu?" Dijawab: "Roh fulan bin fulan." dengan sebutan yang amat jelek sehingga sampai di langit dunia, maka minta dibuka, tetapi tidak dibuka untuknya. Kemudian Nabi Muhammad SAW membaca ayat: "Laa tufattahu lahum abwabus samaa’i. wala yad khuluunal jannata hatta yalijal jamalu fisamit khiyaath." (Yang maksudnya) "Tidak dibukakan bagi mereka itu pintu-pintu langit dan tidak dapat masuk sorga sehingga unta dapat masuk dalam lubang jarum."
Kemudian diperintahkan: "Tulislah orang itu dalam sijjin." Kemudian dilemparkan rohnya itu bagitu saja sebagaimana ayat "Waman yusyrik billahi fakaan nama khorro minassama’i fatakh thofuhuth thairu au tahwi bihirrihu fimakaanin sahiiq." (Yang bermaksud) "Dan siapa mempersekutukan Allah, maka bagaikan jatuh dari langit lalu disambar elang atau dilemparkan oleh angin ke dalam jurang yang curam."
Kemudian dikembalikan roh itu ke dalam jasad di dalam kubur, lalu didatangi oleh dua Malaikat yang mendudukkannya lalu bertanya ""Siapa Tuhanmu?" Maka dijawab "Saya tidak tahu". Lalu ditanya: "Apakah agamamu?" Maka dijawab: "Saya tidak tahu" Ditanya lagi: "Bagaimana pendapatmu terhadap orang yang diutuskan ditengah-tengah kamu?" Dijawab: "Saya tidak tahu" . Lalu ditanya. "Bagaimanakah kamu mengetahui itu?" Maka dijawab: "Saya tidak tahu" Maka terdengar suara seruan dari langit: "Dusta hambaku, hamparkan untuknya neraka dan bukakan baginya pintu neraka”, maka terasa olehnya panas hawa neraka, dan disempitkan kuburnya sehingga terhimpit dan rusak tulang- tulang rusuknya, kemudian datang kepadanya seorang yang buruk wajahnya dan busuk baunya sambil berkata: "Sambutlah hari yang sangat jelek bagimu, inilah saat yang telah diperingatkan oleh Allah kepadamu." Lalu ia bertanya- "Siapakah kau?" Jawabnya: "Aku amalmu yang jelek." Lalu ia berkata: "Ya Tuhan, jangan percepatkan kiamat, ya Tuhan jangan percepatkan kiamat."
Abul-Laits dengan sanadnya meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. berkata: "Nabi Muhammad SAW bersabda. "Seorang mukmin jika sakaratulmaut didatangi oleh Malaikat dengan membawa sutera yang berisi masik (kasturi) dan tangkai-tangkai bunga, lalu dicabut rohnya bagaikan mengambil rambut di dalam adonan sambil dipanggil: " Ya ayyatuhannafsul muthma’innatur jiila robbiki rohmatan mardhiyah." (Yang bermaksud) "Hai roh yang tenang kembalilah kepada Tuhanmu dengan perasaan rela dan diridhoi. Kembalilah dengan rahmat dan keridhoan Allah." Maka jika telah keluar rohnya langsung ditaruh di atas misik dan bunga-bunga itu lalu dilipat dengan sutera dan dibawa ke illiyyin. Adapun orang kafir jika sakaratulmaut didatangi oleh Malaikat yang membawa kain bulu yang di dalamnya ada api, maka dicabut rohnya dengan kekerasan sambil dikatakan kepadanya: "Hai roh yang jahat keluarlah menuju murka Tuhammu ke tempat yang rendah hina dan siksaNya, maka bila telah keluar rohnya itu, diletakkan di atas api dan bersuara seperti sesuatu yang mendidih kemudian dilipat dan dibawa ke sijjin."
Alfaqih Abu Ja’far meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdullah bin Umar r.a. berkata: "Seorang mukmin jika diletakkan di kubur maka diperluaskan kuburnya itu hingga 70 hasta dan ditaburkan padanya bunga-bunga dan dihamparkan sutera, dan bila ia hafal sedikit dari al-Quran cukup untuk penerangannya jika tidak maka Allah SWT memberikan kepadanya nur cahaya penerangan menyerupai penerangan matahari, dan di dalam kubur bagaikan pengantin baru, jika tidur maka tidak ada yang berani membangunkan kecuali kekasihnya sendiri, maka ia bangun dari tidur itu bagaikan masih kurang masa tidurnya dan belum puas. Adapun orang kafir maka akan dipersempit kuburnya sehingga menghancurkan tulang rusuknya dan masuk ke dalam perutnya lalu dikirimkan kepadanya ular segemuk leher unta, maka makan dagingnya sehingga habis dan sisa tulang semata-mata, lalu dikirim kepadanya Malaikat yang akan menyiksa yaitu yang buta tuli dan bisu dengan membawa puntung dan besi yang langsung dipukulkannya, sedang Malaikat itu tidak mendengar suara jeritannya dan tidak melihat keadaannya supaya tidak dikasihaninya, selain itu lalu dihidangkan siksa neraka itu tiap pagi dan petang."
Abu-Laits berkata: "Siapa yang ingin selamat dari siksaan kubur maka harus melazimkan empat dan meninggalkan empat yaitu:
-        Menjaga sholat lima waktu
-        Banyak bersedekah
-        Banyak membaca Al-Quran
-        Memperbanyak bertasbih (membaca: Subhanallah walhamdulillah walaa ilaha Ulatlah waltahu akbar, walahaula wala quwata ilia billah).
Semua yang empat ini dapat menerangi kubur dan meluaskannya. Adapun empat yang harus ditinggalkan ialah
-        Dusta
-        Khianat
-        Adu domba
-        Menjaga kencing, sebab Nabi Muhammad SAW pernah bersabda:
"Bersih-bersihlah kamu dari kencing, sebab umumnya siksa kubur itu karena kencing. (Yakni hendaklah dicuci kemaluan sebersih- bersihnya.)
Nabi Muhammad saw bersabda "Innallahha ta’ala kari ha lakum arba’a: Al’abatsu fishsholaati, wallaghwu filqira’ati, warrafatsu fisshiyami, wadhdhahiku indal maqaabiri. (Yang maksudnya) ‘Sesungguhnya Allah tidak suka padamu empat, main-main dalam sembahyang dan lahgu (tidak hirau), dalam bacaan qur’an dan berkata keji waktu puasa dan tertawa di dalam (pe)-kubur-(an)’."
Ali bin Abi Thalib r.a. berkata dalam khutbahnya: "Hai hamba Allah, berhati-hatilah kamu dari maut yang tidak dapat dihindari, jika kamu berada di tempat, ia datang mengambil kamu, dan bila kamu lari pasti akan terpegang juga, maut terikat selalu di ubun-ubunmu, maka carilah jalan selamat, carilah jalan selamat dan segera-segera, sebab dibelakangmu ada yang mengejar kamu yaitu kubur, ingatlah bahwa kubur itu adakalanya kebun dari kebun-kebun sorga atau jurang dan jurang- jurang neraka dan kubur itu tiap-tiap hari berkata-kata: Akulah rumah yang gelap, akulah tempat sendirian, akulah rumah ulat-ulat."
Tatkala mayat akan dimandikan, menyeru lagi sebanyak tiga kali suara dari langit: "Hai anak Adam, manakah tanganmu yang kuat. maka kini engkau menjadi lemah. Manakah lidahmu yang fasih, maka kini engkau menjadi kelu, hai anak Adam, manakah kekasihmu, maka kini mengapa mereka itu menjadi berpisah darimu."
Lalu saat kain kafan akan dibalutkan kepadanya, muncul lagi suara dari langit: "Hai anak Adam, pergilah engkau kepada pelayaran yang tidak berbekal. Maka keluarlah engkau dari rumahmu; tidaklah engkau akan kembali selama-lamanya, dan berjalanlah engkau kepada rumah huru- hara."
Ketika sang mayat tengah diusung di keranda mayat, suara itu berbunyi: "Berbahagialah engkau jika engkau taubat, dan berbahagialah engkau jika berpakaian yang dikasihi Allah, dan celakalah bagimu jika engkau berpakaian yang dimurkai Allah."
Apabila orang orang sudah mulai mensolatkannya, dikatakan: "Hai anak Adam, tiap-tiap amat yang engkau perbuat, sesaat lagi engkau akan lihat dia, jika terdapat amalan kebajikanmu, niscaya engkau akan lihat kebajikan itu."
Saat mayat hendak mulai dikuburkan, seruannya adalah: "Hai anak Adam, dahulu engkau tertawa-tawa di atasku, kini jadilah menangis di dalam perutku, dan adalah engkau di atasku berkata-kata, maka kini jadilah engkau keluar dari dalam perutku."
Sewaktu orang-orang sudah meninggalkan acara pemakaman, muncul suara: "Hai hamba-Ku, tinggallah engkau seorang diri, dan handai taulanmu meninggalkanmu di dalam kelamnya kubur, dan bahwasanya sesungguhnya engkau durhaka kepada-Ku. (Padahal) Aku (telah) mengasihi engkau dengan rahmat yang ajaib-ajaib dari segala makhluk dan Aku mengasihi engkau melebihi dari kasihnya seorang bapak kepada anaknya."
Dalam satu hadist Rasulullah saw dikatakan bahwasanya begitu terasa sakitnya terhadap mayat saat orang-orang hendak memandikannya, dan ditanggalkan pakaiannya, kemudian berserulah mayat itu dengan suara yang amat nyaring hingga didengar oleh makhluk-makhluk, kecuali jin dan manusia, katanya, "Hai engkau (yang) memandikan, demi Allah dengan perlahan-lahanlah kiranya engkau menanggalkan kainku. Maka bahwasanya saat itu badanku tengah istirahat, karena bekas diambilnya nyawa oleh Malaikat Maut."
Kemudian ketika orang-orang tengah menuangkan air ke tubuh mayat, menyerulah ia, "Hai yang memandikan aku, jangan engkau cucurkan air yang hangat terhadap badanku, dan hendaklah kau cucurkan air yang sejuk, karena badanku terbakar dari bekas keluar nyawaku."
Saat kain kafan mulai dikenakan, katanya, "Hai yang mengkafani, janganlah engkau ikat kafan dari bagian kepalanya/wajahnya, supaya kulihat muka isi rumahku dan anakku dan seluruh keluargaku, dan sesungguhnya inilah saat terakhir aku melihat mereka hingga datang hari kiamat."
Dan apabila keluar mayat dari rumahnya, maka berseru-serulah ia, "Hai para jamaahku, demi Allah, janganlah engkau segerakan membawa aku agar aku dapat meminta kepada rumah tanggaku dan isi rumahku dan segala budakku dan anak cucuku."
Selanjutnya ia menyeru lagi, "Hai para jamaahku, demi Allah, sesungguhnya kutinggalkan istriku dan seluruh anakku menjadi yatim. Janganlah kiranya kamu sakiti mereka itu, maka sekarang keluarlah engkau dari kampungku, dan tidaklah selamanya hamba akan kembali."
Sewaktu diusung jenazahnya, sang mayat berseru lagi, "Hai seluruh jama’ahku. janganlah kiranya kamu segerakan membawa jenazahku, agar dapat didengar suara isi rumahku dan keluargaku, bahwasanya inilar hari berkesudahan perpisahanku dengan mereka itu "
Tatkala jenazah sudah diantarkan oleh orang-orang, ia berbicara lagi, "Hai para kekasihku, dan seluruh anak anak dan saudaraku, janganlah kiranya engkau diperdayakan oleh dunia seperti diperdayakannya aku. ini Dan janganlah kiranya engkau dimainkan-mainkan oleh dunia seperti dimainkannya aku Dan hendaklah kamu mengambil perumpamaan dan insyaf dengan melihat keadaanku Dan karena kamu mengusung aku, maka hendaklah kamu tanggung dosaku juga walaupun hanya satu "
Dan saat orang-orang telah mensolatkan jenazahnya, ia pun berkata. "Demi Allah, hai seluruh wargaku, aku himpunkan harta yang sangat banyak, kemudian engkau tinggalkan aku dalam keadaan tidak berharta maka janganlah engkau melupakan berbuat amal kebajikan kepadaku, serta kuajarkan Qur’an dan kupesankan bahwa janganlah kiranya kalian melupakan dari mendo’akanku."
Dikisahkan bahwa apabila nyawa telah keluar dari badannya, setelah tiga hari ia akan menghadap kepada Allah SWT, katanya "Ya Tuhanku, berilah ijin kepada hamba-Mu hendak pergi melihat jasadku "
Allah SWT pun mengabulkan permintaan hamba-Nya itu. Si nyawa segera pergi melihat jasadnya. Dari jauh sudah terlihat jasadnya itu. Dari mulut dan lubang hidungnya terlihat air mengalir, nyawa pun menangis melihatnya. Katanya, "Hai kekasihku, engkau ingatlah tatkala hidupmu bahwa inilah tempat yang menyeramkan, penuh rasa sakit, duka cita, kesedihan dan penyesalan.
Tidak lama kemudian ia kembali lagi ke tempat nyawa-nyawa berada. Lima hari kemudian, ia meminta ijin kembali kepada Allah SWT agar dapat melihat kembali jasadnya.
Kini dari hidung, mata, dan telinga jasadnya keluar nanah dan darah, la pun kembali menangis yang memilukan. Katanya, "Hai jasadku yang hina dari segala yang hina, engkau ingat pada masa hidupmu, inilah tempat duka cita dan kepiluan, dan inilah rumah ular-ulat, dan kala. Juga telah dimakan oleh ulat kulitmu dan badanmu."
Tujuh hari kemudian datang lagi melihat jasadnya, setelah meminta ijin terlebih dahulu kepada Allah. Pada kali ini, nyawa melihat jasadnya telah dimakan ulat. Menangislah nyawa dengan sangat harunya, ucapnya "Hai tubuhku, engkau ingatlah pada masa hidupmu dahulu, manakah orang-orang kampungmu yang menangisimu hingga datang hari kiamat kelak "
Tempat nyawa itu berada setelah mati diriwayatkan adalah di lubang Sangkakala. Sehingga lubang Sangkakala berjumlah sebanyak adanya nyawa. Apabila ia calon penghuni sorga, maka ia akan mendapat kenikmatan di dalamnya, namun sebaliknya, apabila ia calon penghuni neraka, maka ia akan mendapat siksa.
Adapula diriwayatkar, bahwa nyawa orang-orang mukmin berada di dalam burung Seriranggas yang hijau di dalam surga pada tempat yang tinggi. Akan tetapi nyawa orang-orang kafir berada di Seriranggas atau Bukit Sijjin yang terdapat di sisi neraka
Di lain riwayat disebutkan pula bahwa nyawa orang beriman akan dibawa ke langit keempat oleh malaikat Rahmat, kemudian akan dibawa lagi ke Bukit llliyin, lalu akan dikembalikan ke bumi. Di bumi ini ia akan dikembalikan kepada jasadnya, namun sebelumnya ia akan dibawa terlebih dahulu ke suatu bukit. Kemudian di bumi ia akan diperlihatkan tempatnya di sorga kelak.
Sedangkan nyawa orang kafir itu apabila berpisah dari badannya, maka ia akan dibawa oleh malaikat azab ke langit dunia. Namun pintu langit ternyata ditutup baginya. Kemudian akan dibalikkan kembali ke dunia, dan dikembalikan kepada tubuhnya. Di tempat ini, ia akan diperlihatkan neraka tempat kembalinya nanti.
Nyawa dari para nabi berada dalam sorga Jannatu Adnan. Nyawanya bersatu dengan badannya, tidak seperti manusia lainnya. Orang syahid berada di dalam Seriranggas hijau di sorga. Burung ini akan pergi ke mana yang dikehendaki.
Adapun nyawa anak-anak orang muslim, berada di dalam Seriranggas Sifa di surga pada Bukit Kesturi. Berada di situ hingga hari kiamat kelak. Bagi nyawa yang masih berhutang dan orang yang telah menganiaya orang lain, maka ia akan berada di dalam Huyar. Tidaklah ia dapat pergi ke sorga dan ke langit hingga terbayar hutangnya dan dimaafkan oleh orang yang dianiayanya. Dan bagi nyawa orang-orang Islam yang memiliki banyak dosanya, maka ia akan berada di dalam kubur bersama jasadnya. 

Pertanyaan Ghaib untuk Syaikh Abu Yazid Al-Busthami

009
            Abu Yazid Al Busthami seorang ahli Sufi yang dikejutkan oleh mimpinya supaya pergi ke gereja Samaan. Tiga kali mimpinya itu berulang. Lalu
ia bersiap-siap dengan pakaian dan cara yang diberitahu dalam mimpinya. Ia masuk ke gereja Samaan tanpa disadari oleh Pendeta-pendeta yang hadir. Dia sama-sama menanti kedatangan ketua Pendeta.
Setelah ketua Pendeta datang, ketua Pendeta itu tidak dapat berkata. Dia tahu ada orang lain, orang Islam di dalam gereja itu.
Katanya, "ada orang yang percaya kepada syariat Muhammad di dalam gereja ini."
Semua pendeta menjadi gempar dan mereka akan membunuh orang tersebut. Namun ketua pendeta menghalanginya, sebaliknya ia meminta orang itu berdiri supaya mereka dapat mengenalinya.
Abu Yazid Al Busthami pun bangun, tanpa rasa takut. Ketua Pendeta berkata, "Wahai pengikut Muhammad, saya akan mengajukan pertanyaan kepada kamu.  Jika kamu dapat menjawab semuanya dengan benar, maka saya akan mengikuti agama kamu. Namun jika kamu tidak dapat menjawabnya, maka kami akan membunuhmu."
Jawab Abu Yazid, "Baiklah! Tanyalah apa saja yang kamu ingin tanyakan."
Adapun isi dari dialog ketua pendeta dengan Abu Yazid Al-Bustami adalah sebagai berikut : 
 

No
Pertanyaan
Jawaban
1
Yang satu tidak ada duanya
Kewujudan Allah Maha Esa. Dia Tuhan yang Tunggal tiada sekutu baginya.
2
Yang dua tiada tiganya
Malam dan siang. Apabila pergi malam datanglah siang dan apabila pergi siang datanglah malam.
3
Yang tiga tiada empatnya
Kursi, Kalam dan ‘Arasy Allah Subhanahu Wataala.
4
Yang empat tiada limanya
Taurat, Injil, Zabur dan Al- Quran.
5
Yang lima tiada enamnya
Islam telah memfardhukan solat lima waktu: Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya dan Subuh.
6
Yang enam tiada tujuhnya
Hari-hari Allah telah menciptakan langit dan bumi. Ini semua tersebut di dalam Kitab-kitab suci juga.
7
Yang tujuh tiada delapannya
Tujuh petala langit dan tujuh lapis bumi yang disebut di dalam Kitab Suci juga.
8
Yang delapan tiada sembilan
Bilangan Malaikat yang memikul ‘Arasy Allah Taala yang disebutkan di dalam Kitab Suci (artinya): dan akan memikul ‘Arasy Tuhan kamu pada hari (Kiamat itu adalah delapan Malaikat.
9
Yang sembilan tiada sepuluh
Bilangan kaum dari golongan manusia yang menjadi kerusakan bumi Allah, sebagaimana yang tersebut di dalam Kitab Suci (artinya): di dalam kota itu dahulu terdapat sembilan kumpulan yang menjadi perusak bumi, mereka tidak pernah melakukan yang baik.
10
Sepuluh yang sempurna
Kewajiban puasa sepuluh hari ke atas orang yang berihram haji sebagaimana firman Allah Taala (artinya): Maka hendaklah ia (orang yang berihram haji) berpuasa tiga hari semasa haji dan tujuh hari setelah kembali ke negerinya. Itulah dia sepuluh yang sempurna.
11
Yang sebelas
Saudara-saudara Nabi Yusuf Alaihissalam.
12
Yang dua belas
Bilangan bulan dalam setahun.
13
Yang tiga belas
Mimpi Nabi Yusuf Alaihissalam yang tersebut di dalam Kitab Suci: Sesungguhnya Aku melihat sebelas bintang, matahari dan bulan. Jumlahnya tiga belas.
14
Orang yang berdusta, kemudian dapat masuk Sorga
Mereka ialah saudara-saudara Nabi Yusuf Alaihissalam. Mereka memberitahu ayah mereka Nabi Ya’kub Alaihissalam bahwa Yusuf telah dimakan serigala. Mereka membawa pakaiannya yang dilumuri dengan darah kambing. Perkara yang mereka lakukan itu adalah suatu dusta.
15
Orang yang benar, tetapi mereka dimasukkan ke dalam neraka
Mereka ialah kaum Yahudi dan Nasrani, sesuai dengan firman Allah Ta’ala (artinya): telah berkata kaum Yahudi, ‘kaum Nasrani itu tidak benar’ dan berkata kaum Nasrani pula ‘kaum Yahudi itu tidak benar’. Kedua-dua kaum itu berkata benar pada tuduhan mereka antara satu dengan lain, namun mereka tidak mau tunduk. kepada kebenaran yang ada di hadapan mereka yaitu mempercayai agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasalam sebagai agama yang sebelumnya. Lantaran itu mereka menduduki neraka.
16
Tempat roh
Roh berada di dalam tubuh badan dalam badan manusia yang hanya diketahui hakikatnya oleh Allah Taala karena roh adalah merupakan urusan Allah Taala juga, berdasarkan firmannya (artinya): katakan roh itu dari perkara urusan Tuhanku.
17
Al Zariyati Zarwa
Nama empat macam angin.
18
Al Hamilati Wakra
Awan gemawan di dada langit.
19
Al Jariyati Yusra
Peranu-perahu yang belayar di laut.
20
Al Mukassimati Amra
Malaikat-malaikat yang bertugas membagi-bagikan rezeki kepada manusia pada malam Nisfu Sya’ban.
21
Yang empat belas
Tujuh petala langit dan tujuh lapis bumi yang sesuai dengan firman Allah Taala (artinya): "Maka Allah berfirman kepadanya yaitu kepada tujuh petala langit dan tujuh lapis bumi, datanglah kepada aku secara patuh terhadap perintahku ataupun secara terpaksa Maka berkata kedua-dua langit dan bumi, kami akan datang kepadamu secara patuh dan taat."
22
Kubur yang berjalan dengan penghuninya
Ikan besar yang menelan Nabi Yunus Alaihissalam. Nabi Yunus Alaihissalam dibawa oleh ikan ke mana-mana yang akhirnya dimuntahkan di pantai dengan izin Allah Taala.
23
Yang bernafas, tetapi tidak mempunyai roh.
Waktu subuh seperti firman Allah Taala (artinya): demi subuh apabila ia terlepas.
24
Air yang tidak turun dari langit dan tidak keluar dari bumi.
Air yang dikirim oleh ratu Balqis kepada Nabi Sulaiman Alaihissalam di dalam botol yaitu air peluh kuda.
25
Empat yang bukan dari golongan manusia, Malaikat dan bukan dari punggung lelaki dan dari perempuan.
Kibas yang dibawa Jibril Alaihissalam sebagai kurban pengganti Nabi Ismail Alaihissalam, unta Nabi Salleh Alaihissalam yang disembelih kaumnya, untuk Nabi Adam dan Siti Hawa Alaihissalam.
26
Satu ciptaan Allah, lalu diingkarinya sebagai satu yang buruk.
Suara keledai yang tidak sedap didengar, sesuai dengan firman Allah Taala (artinya):  sesungguhnya suara yang paling buruk ialah suara keledai.
27
Darah yang mula-mula mengalir ke bumi.
Darah Habil yang dibunuh oleh saudaranya Kabil.
28
Sesuatu ciptaan Allah, lalu diangkat sesuatu yang berat
Muslihat kaum wanita, seperti Firman Allah SWT : sesungguhnya tipu muslihat wanita adalah suatu muslihat besar atau berat.
29
Pada mulanya sebatang kayu kemudian menjadi roh
Tongkat Nabi Musa Alaihissalam
30
Wanita yang paling utama.
Hawa, ibu sekalian manusia, kemudian Khadijah dan Aisyah, Asiah (isteri Firaun) dan Maryam Binti Imran.
31
Gunung yang paling utama
Gunung Tursina
32
Binatang yang paling utama.
Kuda.
33
Bulan yang paling utarna.
Bulan Ramadhan.
34
Malam yang paling utama.
Lailatul Qadar.
35
Tentang Atta’mah 
Hari Kiamat.
36
Pohon yang mempunyai 12 ranting, setiap ranting ada 30 daun, setiap daun ada lima kembang, 2 bunga di matahari dan tiga bunga di tepi kegelapan.
Pohon itu "tahun" yang padanya ada 12 bulan, satu bulan ada 30 hari. Lima itu ialah lima waktu solat 
37
Satu benda yang pergi haji dan tawaf di Baitullah, tetapi tidak mempunyai roh dan tidak wajib haji.
Bahtera Nabi Nuh Alaihissalam
38
Empat jenis air yang lain rupanya dan rasanya, tetapi sumbarnya satu.
Air mata, air telinga, air hidung dan air mulut. Air mata manis, air telinga pahit, air hidung asin dan air mulut tawar.
39
Nakir, fatil dan kitmir.
Nakir ialah titik yang terdapat pada kulit luar benih, fatil ialah titik yang terdapat di dalam benih dan kitmir ialah kulit yang membaluti benih.
40
Sabid dan Labad
Bulu kambing biri-biri dan kambing kasi.
41
Sam dan Ram
Makhluk yang telah ada sebelum wujud Nabi Adam Alaihissalam.
42
Maksud keledai Makwak.
Keledai Makwak tanda ia melihat syaitan, lalu ia berkata: Allah melaknatnya.
43
Maksud anjing menyalak.
Anjing menyalak maksudnya: Awas! Celaka bagi penghuni-penghunin neraka dari kemurkaan Allah Yang Maha Berkuasa.
44
Maksud jeritan kuda
Kuda menjerit maksudnya: Maha suci Allah Yang memeliharaku ketika tentara berpadu menyerang musuh dengan penuh semangat.
45
Maksud jeritan unta.
Unta menjerit membawa arti: Hasbiyallahu Wakafa BiIlahi Wakila (artinya): Memadailah Allah bagiku dan cukuplah Dia tempat aku menyerahkan diriku.
46
Maksud nyanyian burung Bulbul.
Nyanyian Bulbul maksudnya: Maha suci Allah pada waktu pagi dan pada waktu petang.
47
Maksud bunyi katak.
Bunyi katak maksudnya: Maha suci Tuhan yang di sembah di mana-mana saja ada makhluknya dan di tempat-tempat yang tiada penghuninya.
48
Maksud kata-kata burung Nakus.
Maksud kata-katanya: Maha suci Allah sungguh-sungguh! Wahai anak Adam! Lihatlah di barat dan di timur di dunia itu, adakah makhluk yang menongkat langit?.
49
Kaum dari makhluk Allah yang diutus kepadanya, namun ia bukan dari kumpulan jin, manusia Malaikat.
Makhluk itu adalah lebih seperti Firman Allah Ta’ala (artinya): dan Tuhan kamu telah mewahyukan kepada dan lebih..!
50
Di mana malam ketika siang dan di mana siang ketika malam
Kedua-duanya berada di dalam ilmu Allah Ta’ala yang amat sulit.
 
Ketua pendeta itu mengemukakan 50 pertanyaan (lihat di tabel di atas). Dan Abu Yazid menjawabnya semua dengan tepat.
Kata Abu Yazid, "Saya sudah menjawab semua pertanyaan tuan. Sekarang ada lagikah pertanyaan-pertanyaan lain?"
Semua pendeta menjawab,"Tidak ada lagi."
Kemudian Abu Yazid mengemukakan pertanyaan kepada mereka, "Beritahu saya kunci sorga dan neraka langit."
Tidak seorang pun yang dapat menjawabnya dan mereka mengaku bahwa memang mereka tidak tahu jawabannya. Baru satu pertanyaan sudah tidak dapat dijawab sedangkan Abu Yazid telah menjawab berpuluh pertanyaan. Mereka meminta ketua pendeta menjawab, namun ia membisu.
Katanya, "Bukan saya tidak mau menjawab, tetapi saya takut kamu semua tidak setuju."
Mereka heran mendengar kata-kata ketua pendeta itu. Akhirnya mereka mendesak juga dan bersedia untuk menyetujui dan menerima kata-kata ketua mereka.
"Bahwa kunci Sorga dan kunci langit itu tidak lain ialah "LAAILAA HAILLALLAHU MUHAMMADDARRASULUULAH," tegas ketua pendeta. Mereka semua tersentak, terdiam.
Lalu Abu Yazid berkata, "Memang benar kata ketua kamu ini."
Abu Yazid menuntut janji kepada ketua pendeta dan persetujuan pengikut-pengikutnya.
"Sahabat-sahabat sekalian percayalah bahwa apa yang saya beritahu itu adalah benar. Saya tidak didesak oleh tekanan siapapun. Memang sudah lama saya pikirkan hendak menyampaikan perkara ini kepada sahabat-sahabat semua, tetapi saya bimbang sahabat-sahabat tidak akan percaya kepada saya lagi Saya hanya menunggu waktu."
"Dari mana tuan mengetahui perkara ini?" tanya salah seorang pendeta.
"Dari ketua sebelum saya." Jelas ketua pendeta.
"Sebelum ketua itu meninggal dunia dia telah bersumpah bahwa perkara yang dikatakan itu adalah benar," sambung ketua pendeta itu.
"Kalau begitu, apa lagi yang kita tunggu!"
Ketua pendeta dan pengikut-pengikutnya semuanya memeluk islam disebabkan oleh Abu Yazid.

Para Penghuni Bumi Sebelum Adam
 
1600_123 
             Pada saat bumi berumur delapan ribu tahun, keadaannya masih kosong. Di sini sudah terdapat banyak biji sawi yang putih. Kemudian Allah SWT menciptakan seekor unggas yang bernama Tabirunnasar.
Allah SWT berfirman kepada-Nya: "Hai, unggas Tabirunnasar, makanlah olehmu biji sawi itu. Apabila habis biji sawi itu, engkau akan Kumatikan."
Sang unggas pun memakan biji-bijian itu. Namun, cara memakannya diatur: Pertama, sehari satu biji yang dimakan. Setelah semakin berkurang, maka kini dimakannya hanya satu biji sebulan. Biji sawi itu semakin berkurang saja. Oleh karena begitu takutnya terhadap kematian, maka sang unggas hanya memakan satu biji dalam setahun. Namun, akhirnya, habislah biji-biji sawi itu. Tabirunnasar pun akhirnya mati.
Setelah kematian tersebut, Aliah SWT menciptakan makhluk lain sebagai penghuni bumi, yaitu tujuh pulun orang lelaki. Namun tidak semuanya langsung diciptakan, melainkan satu persatu Allah SWT menciptakannya. Apabila seorang meninggal, maka langsung diciptakan yang lain. Masing-masing dari mereka berumur 70.000 tahun. Konon, setahun pada masa itu sama dengan seribu tahun pada masa sekarang.

Tatkala telah mati tujuh puluh lelaki itu, kemudian Allah ciptakan jin. “Dan Dia menciptakan jin dari nyala api”. (Q. S. 55:1 5). Sebagian dari jin-jin itu ada yang berkaki empat, berkaki dua, dan terbang. Kemudian Allah SWT mengutus seorang yang bernama Yusuf untuk memberikan pengajaran ilmu dan syariat agama. Namun, jin-jin itu banyak yang mendustakan ajaran-ajaran tersebut yang menyebabkan Allah SWT mematikan semuanya.
Penghuni bumi berikutnya adalah suatu makhluk yang berpasangan. Rupanya seperti binatang. Keluar dan dalam neraka. Binatang itu pun beranak, dan anaknya dinamakan dengan Azazil.
Setelah cukup besar, Azazil mulai melakukan peribadatan kepada Allah SWT seribu tahun lamanya. Setelah itu, Allah SWT mengangkatnya ke langit pertama. Selama seribu tahun, di sini pun ia tekun beribadah. Allah SWT menganugerahkannya sayap yang terbuat dari manikam yang hijau.
Dengan ijin-Nya maka terbanglah ia ke langit kedua. Seribu tahun lamanya pula ia benbadah. Demikianlah, pada tiap-tiap lapisan langit ia beribadah selama seribu tahun lamanya, hingga ke lapisan langit ketujuh.
Sementara itu, di bumi saat itu sudah ada penghuni lainnya yaitu dari bangsa jin yang bernama janna. 70.000 tahun lamanya hingga lahir anak-cucunya. Kata ahli tafsir yang lain delapan belas ribu tahun mendiami bumi, yang kemudian menjadi sombong dan kufur. Allah SWT pun mematikan Janna.
Sebagai gantinya adalah yang bernama Banunal Janna. Ia mendiami bumi selama delapan belas ribu tahun lamanya. Ia juga dimatikan oleh Allah SWT.
Sementara itu, di atas langit sana, Azazil bersama para Malaikat masih khusyuk beribadah. Azazil menjadi penghulu para Malaikat selama tujuh ribu tahun lamanya dalam beribadah.
Hingga pada satu waktu, Azazil mengajukan suatu permohonan kepada Allah SWT, katanya: "Ya TuhanKu tujuh ribu tahunlah hamba-Mu ini berbuat kebaikan pada-Mu dalam tujuh lapis langit ini. Jikalau dianugerahkan oleh-Mu, hamba-Mu mohon hendak turun ke bawah ke langit keenam, berbuat kebaikan kepada-Mu."
"Pergilah engkau!", tegas Allah SWT.
Turunlah Azazil atau Iblis itu bersama tujuh ratus Malaikat pengiringnya ke langit keenam. Setelah merasa cukup, ia pun memohon ijin lagi kepada Allah SWT agar diturunkan ke langit kelima, Di langit kelima pun ia memohon diturunkan ke langit yang di bawahnya, dan demikian seterusnya hingga sampailah mereka di langit dunia.
Di langit dunia, Azazil atau Iblis mengajukan suatu permohonan pula: "Ya Tuhanku, hamba-Mu hendak memohon turun ke bumi dengan para Malaikat. Bahwasanya hamba-Mu hendak beribadah kepada-Mu di bumi itu. Ya Tuhanku, betapa Bananul Janna telah banyak berbuat kerusakan di muka bumi. Anugerahkanlah atas hamba-Mu ini bersama para Malaikat berbuat kebaikan ke hadirat-Mu di muka bumi itu."
Allah SWT pun mengabulkan permohonan Azazil itu Diturunkanlah ia bersama tujuh ratus Malaikat yang mengiringnya untuk beribadah di muka bumi, setelah sebelumnya Banunal Janna dimatikan karena banyak berbuat kerusakan.
Setelah delapan ribu tahun lamanya beribadah, Iblis mencoba mengemukakan ungkapan hatinya bahwa di muka bumi inilah ia begitu betahnya, dan tidak ada tempat lain yang membuatnya demikian betah. Dan memohon agar selamanya ia berada di muka bumi untuk berbakti kepada Allah SWT.
Sampai pada satu waktu, Allah SWT berkehendak menurunkan suatu keterangan kepada Azazil, firman-Nya,
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi". (Q.S. 2:30)
Mendengar firman tersebut Azazil (Iblis) menjadi berduka, disebabkan dengkinya. Mereka (para Malaikat) pun bertanya kepada Allah SWT mengenai siapa yang akan menjadi khalifah itu. "Adam namanya," jawab Allah SWT.
Mereka berkata, "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau.”
Tuhan berfirman: ”Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang engkau tidak ketahui’". (Q.S. 2:30). 

Dialog dengan Penghuni Kubur
 
1600_181
             Pada satu kesempatan, Nabi Isa a.s. pernah menjumpai seonggok tengkorak di tengah jalan yang jauh di luar pemukiman manusia. Kemudian beliau berdo’a kepada Allah SWT agar tengkorak itu dapat berbicara sehingga ia dapat melakukan dialog dengannya. Tengkorak itu adalah bekas seorang raja yang bernama raja Jumjumah.
Atas takdir Allah, tiba-tiba tedengar dari mulut kepala tengkorak itu suara, katanya, "Ya Nabi Isa, telah diperintahkan oleh Allah terhadap tengkorang kering ini agar dapat berkata kata denganmu, maka tanyailah apa-apa yang engkau kehendaki. Salam Allah Ta’ala kepadamu, ya Nabi Isa Ruhullah."
Nabi Isa berkata, "Hai tengkorak yang kering, kulit pun tidak ada padamu, maka apa-apa yang kutanyakan kepadamu, jawablah hai tengkorak yang kering."
Ujar sang tengkorak. "Tanyakanlah tuan apa-apa yang dikehendaki hati tuan; dengan takdir Allah hamba akan menjawab segala pertanyaan tuan."
Mulailah pertanyaan-pertanyaan dari Nabi Isa diajukan kepada tengkorak itu,
"Hai tengkorak yang kering, laki-laki atau perempuankah engkau, merdekakah, ataukah seorang budak; Islam atau kafirkah engkau; berbahagia atau sengsarakah engkau; mulia atau hinakah engkau, kaya atau miskinkah engkau, engkau pemurah atau kikirkah; raja atau menteri?"

Tengkorak kering itu pun menyahut, "Ya Nabi Isa ruhullah, hamba laki-laki bukan seorang perempuan; dan hamba ini merdeka bukan budak, dan hamba orang Islam bukan seorang kafir, dan hamba orang mulia, bukan orang hina, dan hamba orang celaka bukan orang bahagia di akhirat; hamba orang kaya, bukan orang miskin, dan hamba seorang pemurah bukan orang kikir, dan hamba seorang baik, bukan seorang jahat, dan hamba seorang tua, bukan anak muda; dan hamba berasal dari seorang raja, bukan seorang menteri”.
“Dahulu, ya Nabi Isa Ruhullah, rupa hamba sangat baik dan juga sangat menakjubkan lagi elok rupanya dari seluruh rupa. Sangat gemilang bercahaya. Demikianlah keindahan paras hamba, jika siapa pun melihat melihat rupa hamba, pastilah ia heran dan tercengang dengan postur tubuh hamba yang gagah. Ketahuilah bahwa hambalah yang pemurah di daratan Mesir dan Syam.
“Dahulu kerajaan hamba sangat besar. Pada waktu hamba hendak pergi berangkat atau bertamasya pergi berburu, mungkin berjumlah enam belas ribu budak pengiring. Belum termasuk hulubalang, menteri-menteri, tentara-tentaranya. Sedangkan rakyat hamba tidak terhitung jumlahnya, melainkan Allah SWT dan Rasul-Nya juga yang mengetahuinya. Gajah, kuda, dan unta hamba tidak terhitung banyaknya pula. Enam belas ribu budak hamba diberi pakaian yang beraneka ragam. Empat ribu orang mengenakan pakaian seragam yang berwarna kuning. Empat ribu lainnya memakai seragam berwarna merah. Empat ribu lainnya memakai seragam hijau. Pada pakaian mereka dikenakan emas, perak, dan kumuda. Emas yang bertahtakan mutu manikam. Ada pula hiasan burung rajawali dan burung merak. Di mana bulunya tersusun dari emas. Empat ribu orangnya memegang senjata dari emas”.
“Di sebelah kanan seribu orang memegang pedang emas. Di sebelah kiri seribu orang memegang keris. Di bagian belakang hamba memegang tombak. Empat ribu orang mengendarai kuda sembrani Di sebelah kanan hamba seribu orang penunggang kuda yang berseragam hijau. Di sebelah kiri penunggang kuda berwarna. Di hadapan hamba kuda yang berseragam putih. Para penunggang kuda tersebut mengenakan pakaian berwarna emas dan memegang senjata kerajaan, ya Nabi Isa Ruhullah. Adapun tentara dan rakyat hamba itu tidak terhitung banyaknya, melainkan Allah dan Rasul- Nya yang mengetahui”.
“Demikianlah kebesaran kerajaan hamba, ya Nabi Isa Ruhullah. Tidak seorang pun dari raja-raja melakukan perlawanan terhadap hamba. Dan tidak pula kerajaan-kerajannya menyamai kerajaan hamba dan kebesaran hamba. Dahulu, seluruh raja pada jaman hamba berada di bawah kekuasaan hamba, serta mereka diwajibkan memberi upeti kepada hamba. Dahulu, tiga puluh ribu unta di bawah kekuasaanku. Gajah, unta, dan kuda tidak terhitung jumlahnya."
Ujar Nabi Isa , "Hai Raja Jumjumah, berapa lama tuan tinggal dalam kerajaan tuan?"
Raja Jumjumah menyahut, "Ya Nabi Isa Ruhullah, empat ratus tahun lamanya berada dalam kerajaan hamba, ya Nabi Isa Ruhullah. Dengan dermawan hamba dalam sehari semalam hamba (pernah) memberikan sedekah sebesar sejuta dinar dan dirham kepada fakir miskin dan musafir. Pada waktu dahulu, setiap hari hamba memberikan pakaian kepada para alim. Demikianlah perihal perbuatan hamba di dunia senantiasa dilakukan”.
"Dahulu, seluruh mesjid dan mushola yang berada di daratan Mesir dan Syam yang perlu diperbaiki akan hamba perintahkan untuk diperbaiki. Demikianlah perihal dari perbuatan hamba di dunia. Akan tetapi Allah Ta’ala Tuhan semesta alam juga yang tidak disembah selain dari-Nya, hanya Dialah yang memberikan harta pada, hamba-Nya."
Nabi Isa bertanya lagi, "Hai Raja Jumjumah, bagaimana engkau merasakan kekurangan di dunia, dan bagaimana engkau merasakan sakaratul maut, dan bagaimana rasanya minum pada saat sakaratul maut, dan bagaimana merasakannya saat berada di dalam kubur?"
Raja Jumjumah pun menjawab, "Ya Nabi Isa Ruhullah, amat ajaib dan sangat sukar dan menyakitkan atas seluruh hal yang tuan tanyakan kepada hamba. Sekarang hamba akan ceritakan kepada tuan mengenai kematian hamba”.
"Pada satu kesempatan, hamba pergi mandi ke sungai Alhamd dengan seluruh hulubalang, menteri-menteri, tentara-tentara, dan sebagian rakyat hamba turut serta mengiringi. Setelah mandi, hamba naik ke darat, kemudian duduk di tepi sungai itu. Hamba pun merasakan kedinginan pada tubuh seperti hendak demam. Hamba segera pulang ke istana Para pengiring hamba pun terlihat berduka atas keadaan yang dialami hamba”.
“Setelah tiba di istana, hamba berbaring di atas permadani yang bersipuhkan emas dan bertahtakan ratna mutu manikam. Kata hamba kepada seluruh menteri dan para budak: ’Hai kalian, pergilah kepada tabib yang telah mengobati aku, karena selama empat hari demam masih dirasa’, dan aku pun menghentikannya atas penyakitku ini”.
"Kemudian datanglah orang yang akan mengobati. Namun pengobatannya dirasakan tidak memberi manfaat. Hingga selama lima hari demam hamba semakin terasa. Lalu hati hamba berkata, Wah badanku, akan berpisahlah nyawa dan badan, seperti seorang yang sangat mengasihi seorang yang lainnya. Kemudian berpisahlah keduanya, rasanya adalah bagaikan kehilangan kesadaran, dan terbakarlah hati keduanya. Dan apa pun yang dilakukan, bagi hamba tidak akan menjadikan penghibur, karena sangat cintanya kepada sang kekasih dan selalu teringat terhadap perpisahannya tersebut”.
"Demikianlah cintanya kepada nyawa hamba, saat berpisah dengan badan hamba. Dari kehendak yang memiliki kehendak itu, maka ridhalah hamba akan kehendaknya ini. Kemudian hamba pun berpikir dalam hati, Oh, niscaya aku akan mati juga, karena terlihat muka aku menjadi pucat tidak seperti biasanya, dan berduka citalah hamba”.
“Sesaat kemudian terdengar suatu bunyi, katanya, ‘Kenalkah engkau terhadap siksaan orang durhaka, karena ia tidak beribadah kepada Allah Ta’ala Tuhan semesta alam (sebagaimana mestinya)’. Dan hamba lihat seorang laki-laki amat besar datang ke hadapan hamba. Kemudian ditikamnya dada hamba begitu sakitnya hamba merasakan hal demikian”.
"Tersentaklah diri hamba dan lemah lunglailah dirasakan. Selanjutnya didengar lagi suara, ‘Keluarkanlah nyawa orang yang durhaka ini’. Maka seluruh tubuh hamba terasa seperti bercerai-berai. Seluruh sendi-sendi tulang hamba terbaring di atas bantal. Ketika itu, anak isteri dan keluarga hamba begitu menangisi karena cintanya kepada hamba. Oh, aku ini akhirnya mati juga pada hari ini, saat ini telah datang ajalku”.
“Waktu itu, tidak ada seorang pun yang dapat menolong hamba, dan tidaklah dapat menyertai hamba. Hamba pun melihat seluruh anak isteri dan seluruh keluarga hamba Maka hamba melihat seluruh anak isteri dan keluarga hamba menangis dengan sangat berdukanya, karena sayangnya kepadaku”.
"Pada saat itu, tidak seorang pun dapat memberikan faedah dan manfaat kepada hamba, melainkan karena apa apa yang telah diberikan kepada para ulama dan fakir miskin dahulu itulah yang menolong hamba. Sedangkan apa-apa  baik kenikmatan, makanan yang dimakan, pakaian yang terbuat dan emas yang dipakai dahulu, kini ia menjadi siksaan dan azab kepada hamba”.
"Kemudian datanglah Malaikat Maut kepada hamba dengan bunyinya yang berat. Kepala dan kakinya berada pada tujuh lapis langit hingga ke tujuh lapis bumi, serta sebelah sayapnya merupakan azab dan sayap lainnya adalah rahmat. Ketika itu, mukanya ada enam, ya Nabi Isa Ruhullah. Kesatu dari atas; kedua muka kanan; ketiga muka kiri; keempat di bagian depan; kelima di bagian belakang; dan keenam di bagian bawah."
Bertanyalah kembali Nabi Isa, "Hai Raja Jumjumah tengkorak kering, apa yang Anda pertanyakan kepada malaikat maut."
Jawab sang Raja, "Ada pertanyaan yang diajukan, yaitu, ‘Hai Malaikat, apa sebabnya mukamu itu ada enam. Sahut malaikat, Hai Raja Jumjumah, orang durhaka celaka. Ketahuilah olehmu, bahwasanya mukaku dari atas kerjanya mengambil nyawa seluruh nyawa anbiya. Mukaku dari depan, akan mengambil nyawa seluruh umat Nabi Muhammad SAW. Muka di bagian belakang berperan dalam mengambil nyawa orang-orang kafir. Mukaku di bagian kanan mengambil nyawa penghuni wilayah Masyrik dan sebelah kirinya mengambil nyawa penghuni wilayah Maghrib. Dan Mukaku di sebelah bawah mengambil nyawa segala jin dan setan”.
Nabi Isa mengajukan pertanyaan berikut, "Hai Raja Jumjumah, bagaimana kau merasakan  kedatangan kematian?"
Raja Jumjumah berucap, "Ya Nabi Isa Ruhullah, pada satu waktu, datanglah Malaikat maut kepada hamba, la datang mengambil nyawa hamba. Lalu kulihat ia beserta dengan tiga puluh malaikat yang disuruhnya untuk memegang lidah hamba agar jangan menjerit akibat dari rasa takut yang dahsyat, dan mendengarkan suara mereka, tulang belulang hamba lemah lunglai rasanya. Jika para penghuni wilayah Maghrib mendengarkan suara itu yang seperti halilintar yang membelah. Demikianlah suaranya itu”.
"Selanjutnya, ketiga puluh malaikat tersebut diperintahkan oleh Allah untuk memegang kaki hamba agar jangan bergerak. Kemudian diperintahkan oleh Allah untuk melontarkan tembaga ke dada hamba yang kemudian hancur. Begitu sangat sakit dan panasnya terasa di dada hamba. Sekali lagi . diperintahkan oleh Allah Ta’ala seorang malaikat untuk memegang leher hamba serta dipakaikannya rantai dan belenggu pada leher hamba, dan dipakaikannya tali kekang terbuat dari api pada mulut hamba oleh malaikat, dan disiksanya hamba. Begitu menderita hamba akibat sakitnya itu, maka ucap hamba kepada malaikat yang menyiksa hamba,’lepaskanlah hamba dari siksa ini, sebagai upahnya akan kuberikan seluruh harta, anak isteri, segala budak hamba’.
“Setelah mendengar perkataan hamba tadi maka disapunya mulut hamba oleh Mala’katul Maut dan dirasakannya oleh seluruh anggota tubuh seperti hancur lebur rasanya. Malaikat itu berkata, ‘Hai orang durhaka yang celaka, ketahuilah olehmu bahwa kami ini bukan (akan) mengambil upah dari kamu, karena kami mengerjakan perintah dari Tuhan kami dengan sesungguhnya. Begitulah kami yang akan mengerjakan dengan sebenar-benarnya. Kami bukanlah seperti kamu manusia yang bersaksi dengan dusta dan bersumpah dengan tidak sebenarnya, dan meninggalkan perintah Allah Ta’ala, serta mengerjakan larangan-larangannya. Oleh karena itu, laknat Allah kepada kamu, dan azab Allah yang menyiksa dengan tiada berkesudahan hingga hari kiamat’."
Pertanyaan berikut yang dilontarkan oleh Nabi Isa, "Hai Raja Jumjumah, ketika nyawamu lepas, bagaimana kau merasakan rasa sakitnya, dan tatkala tubuhmu terlentang setelah ditinggalkan nyawanya, bagaimana juga rasa sakitnya?"
Dijawab oleh Raja Jumjumah, "Ya Nabi Isa Ruhullah, ketika nyawa hamba diambil oleh malaikat maut, beribu-ribu sakitnya dirasakan oleh hamba melebihi seperti ditikam dengan senjata, dan melebihi sakitnya daripada kambing hidup yang dikuliti, dan seperti kain yang teramat tipis lalu dimasukkan ke dalam air, kemudian dibuang ke atas duri-duri, setelah itu ditarik oleh pemilik kainnya, maka luluh lantaklah rasanya ketika nyawa hamba diambil oleh Malaikat Maut, dan setelah itu badan hamba merasakan sakitnya, ketika nyawa sudah diambil oleh Malaikat Maut, dan terbaringlah tubuh hamba di atas tikar. Apabila bergerak lantai rumah hamba, dirasakanlah kembali rasa sakitnya. Ketika diangkat untuk dimandikan oleh orang-orang, dan ketika digosok-gosok saat memandikan, hamba merasakannya begitu sakit. Setelah itu, dikafanilah hamba,
kemudian diangkat untuk dimasukkan ke dalam keranda. Sambil ditanggung, diantarlah ke kubur. Dimasukkanlah aku ke dalam liang lahat, lalu bergoncanglah tanah kuburnya, dan dirasakan oleh aku begitu sangat sakitnya dan pedih dirasakan seperti hancur lebur daging ini. Berpisahlah seluruh persendian tulang dan habislah tak tersisa hilang rasanya, ya Nabi Isa Ruhullah."
"Hai Raja Jumjumah, bagaimana rasanya ketika masuk ke bumi dan (mendengar) suara dari pertanyaan Munkar dan Nakir?" tanya Nabi Isa kembali.
Raja Jumjumah menyahut, "Ya Nabi Isa Ruhullah, setelah selesai hamba dikuburkan oleh jama’ah, kemudian datanglah dua malaikat, pertama bernama Munkar, dan yang kedua bernama Nakir yang diperintahkan oleh Allah untuk menanyai orang-orang di dalam kubur. Kemudian kata kedua malaikat tersebut kepada hamba. Hai orang durhaka yang celaka, tutiskan olehmu perbuatan yang telah engkau perbuat di dalam dunia, baik jahat maupun baik semuanya. Seluruhnya tuliskan olehmu; jangan kau sembunyikan, agar di hadirat Allah semuanya itu dibalas”.
"Kata hamba, untuk menulis itu, apa tintanya, kalamnya, dan kertasnya untuk hamba. Ujar Malaikat itu, ‘Hai orang durhaka yang celaka, sebagai tintanya adalah air mulutmu, kalamnya adalah telunjukmu, dan kertasnya itu adalah kain kafanmu. Maka seluruh perbuatanmu yang baik dan jahat; dosa besar dan dosa kecil seluruhnya tuliskan olehmu; segeralah kautuliskan. Mengapakah, hai orang durhaka yang celaka, dirimu diam, apakah itu keinginanmu?’. Oleh karenanya, ditulislah oleh hamba”.
"Dalam pikiran hamba mengatakan bahwa ternyata banyaklah dosa hamba, dan sedikit saja pahala hamba. Ah, tidak akan kutulis dosa-dosanya. Malaikat berkata. ‘Hai orang durhaka yang celaka, tuliskan seluruh dosamu yang kauperbuat. Dari dosa besar maupun dosa kecil jangan engkau sembunyikan. Selanjutnya hamba tuliskan semuanya baik jahat maupun baik. Kata hamba, ‘Wah, sekarang dosaku sangat banyak tidak terhitung lagi, ya Nabi Isa Ruhullah. Segala hal perbuatannya tidaklah dapat hamba katakan kepada tuan, melainkan Allah SWT juga yang amat mengetahuinya”.
"Tiba-tiba ada dua malaikat yang sangat hitam, amat tinggi dan besar seperti pohon kurma. Dari mulutnya keluar api yang menyala-nyala. Kemudian berkata kepada hamba, katanya, ‘Hai orang durhaka yang celaka, siapa Tuhanmu, siapa nabimu, apa agamamu, siapa imammu, apa kiblatmu, dan siapa saudaramu”?
"Lalu sahut hamba, ‘Engkaulah Tuhanku”.
"Setelah didengar jawaban tersebut oleh malaikat, ia sangat marah. Kemudian dipecut dengan cemetinya yang bercabang-cabang. Setiap cabangnya keluar api yang menyala. Kalau saja cemeti yang bercabang itu dipukulkan ke atas bumi ini, maka akan ratalah ia atau bukit pun akan rata dan terlihat hancur.
"Demikianlah, hamba dipukulnya, yang menyebabkan tubuh hamba hancur. Persendian-persendian tulang pun cerai-berai. Dagingnya juga hancur-lebur. ibarat awan yang ditiup angin kencang. Demikianlah rasanya; dipukul tiga kali berturut-turut. Malaikat berkata lagi, ‘Hai bumi, jepitlah orang durhaka yang celaka itu. Makanlah olehmu dagingnya sebagai suatu rejeki, karena ia orang yang durhaka kepada Allah Ta’ala’. Setelah itu, dijepitlah hamba oleh bumi. Habislah luluh lantaklah tubuh hamba, serta daging pun hancur tercerai-berai. Persendian-persendian tulang juga hancur-remuk. Ujar bumi, ‘Hai orang durhaka yang celaka, tatkala engkau tinggal di atasku. seluruh keinginanmu yang durhaka kaulakukan di atasku, seperti zina, dan lain-lainnya yang dilarang oleh Allah SWT”.
"Setelah dijepit oleh tanah tersebut, bumi berkata kembali, ‘Hai orang celaka yang durhaka, sekarang engkau masuk ke dalam perutku, maka akulah rupa yang buruk, dan akulah rumah yang berisi siksaaan akulah juga rumah yang berisi seluruh bau busuk dan anyir”.
"Selanjutnya, hamba melihat dua orang yang sangat hitam rupanya. Kepalanya sangat besar seperti bukit di negeri Syam. Kedua orang itu yang ternyata adalah malaikat, kemudian membawa hamba”.
"Setibanya di bawah ‘Arsy Allah Ta’ala, terdengarlah oleh hamba satu suara, yang mengatakan, ‘Hai Malaikat-Ku, bawalah orang durhaka yang celaka itu ke dalam neraka. Buanglah ia ke dalam siksa yang sangat menyiksa itu’. Kemudian hamba dibawa oleh malaikat itu ke neraka. Sesampainya di pintu neraka, hamba diserahkan kepada Malaikat Zabaniyah, seraya mengatakan, Hai Malaikat Zabaniyah, masukkan orang yang celaka ini ke dalam neraka Siksalah dia dengan siksaan yang sangat menyiksa”.
"Setelah itu, hamba pun dimasukkan ke dalam neraka yang amat sangat menyiksa itu. Terlalu banyak macamnya siksaan dan azab yang hamba lihat. Hamba sering menangis dan mengerang menyaksikan keadaan siksa neraka itu. Ucap hamba, ‘Oh, siapa lagi yang hamba harapkan, dan siapa lagi yang akan mengasihi hamba. Oh, bagi hamba sangat diharamkan sekali-kali untuk berbuat dosa, seandainya hamba berada di dalam dunia hanya sesaat saja lamanya”.
"Pada waktu itu, hamba tidak mengetahui lagi bagaimana nasib hamba selanjutnya. Namun, kemudian hamba melihat empat buah kursi tersimpan di kanan dan kiri ‘Arsy Allah Ta’ala. Lalu hamba menanyakan kepada malaikat yang menyiksa hamba mengenai siapa yang mendapatkan anugerah Allah Ta’ala Al Karim itu. Jawab Malaikat, Adapun satu kursi itu adalah dianugerahklan kepada Nabi Muhammad Rasulullah. Satu kursi berikut adalah untuk Nabi Ibrahim khalilullah. Satu  kursi lagi untuk Nabi Isa Ruhullah Dan satu kursi sisanya adalah bagi Nabi Musa Kalamullah”.
"Pada saat itu, hamba lihat seorang tua duduk di atas satu kursi dan dari hidungnya senantiasa keluar api. Beberapa malaikat diperintahkan oleh Allah Ta’ala untuk memasukkan orang tua itu ke dalam neraka, serta dirantai yang membelenggu dan tali. Setelah selesai menjalani segala macam siksaan, hamba lihat ia dibawa ke atas mimbar. Bawalah ia ke dalam neraka dan rantailah serta belenggulah dan kekanglah pada lehernya. Sesungguhnya orang ini durhaka yang celaka tidak mau menuruti perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya’.
"Dalam menjalani siksaan, rambut hamba habis terlepas dari kulit. Tulang hamba pun hancur dan patah-patah. Bibir hamba seperti bukit Haliyah besarnya. Tubuh hamba besarnya seluas seperti jauhnya orang yang mengendarai kuda sembrani selama tiga hari tiga malam. Seperti jarak itulah besarnya. Jika orang lari dengan kuda sembrani yang sangat tangkas selama tiga hari tiga malam, maka tebal bibir atas bawahnya sama seperti itu. Hidung hamba pun seperti bukit besarnya. Sementara mata dan telinga menjadi hamba tuli”.
"Hamba juga dikenakan pakaian yang terbuat dari kulit api neraka. Di dalam baju itu terdapat macam-macam binatang, seperti ular, kalajengking, dan lipan yang tercipta dari api neraka. Jika saja binatang-binatang itu diturunkan ke bumi, maka seluruh isi bumi dapat ditutupi oleh karena besar tubuhnya. Dan dengan marahnya binatang-binatang itu menggigit tubuh hamba”.
"Awalnya perut hamba diikat dengan tali dari api neraka, dan diikatkan kepada satu pohon yang tercipta dari api neraka juga. Selanjutnya kaki hamba disimpan di atas. Sedangkan kepala disimpan di bawah, seperti orang yang digantung sungsang andai saja penghuni dunia menyaksikan penyiksaan itu, niscaya seluruhnya akan sangat terkejut dan takut karena kedahsyatan siksaan itu. Setelah selesai dari tempat ini, hamba dibawa kepada saksi lain. Kemudian diserahkanlah hamba kepada Malaikat Zabaniyah”.
"Hamba disuruh untuk memakai suatu sepatu terbuat dari api yang panjangnya sepuluh gaz (+110 meter) dan tingginya empat puluh gaz. Apabila dipakai ke kaki sepatu itu, maka timbullah rasa hangus di dalam dada dan sangat meruyak hingga serasa hancur lebur. Asapnya naik sampai ke otak hamba. Ya Nabi Isa Ruhullah, makanan hamba dari tembaga dan timah yang melebur”.
“Setelah selesai menjalani siksan di tempat ini, kemudian hamba dibawa ke satu bukit api neraka Hamba lihat beribu-ribu bukit dari api neraka. Di atas bukit-bukit itu, terdapat batu-batu dari api neraka juga. Ada pula pepohonan yang tercipta dari api neraka pula, serta binatang-binatangnya yang terbuat dan api neraka juga”.
"Pada satu bukitnya, terdapat siksaan beribu-ribu macam, dan beribu-ribu macam  api. Terdapat pula sungai-sungai api yang airnya berasal dari tembaga, timah, dan besi yang telah melebur. Ada juga airnya yang berasal dari darah dan nanah yang berbau sangat anyir dan busuk.”
"Tiap-tiap sungai, airnya berputar-putar, dan bunyinya bagaikan guruh dan halilintar yang membelah angkasa. Demikianlah yang hamba dengar, terdengar hingga seribu tahun perjalanan manusia”.
“Ketika hamba sampai di atas bukit. Binatang-binatang itu disuruh oleh malaikat Zabaniyah menyiksa hamba beratus-ratus kali. Andai saja anak dari dari seekor ular di antaranya yang terjatuh ke bumi, maka hancurlah bumi karena bisanya”.
“Lalu hamba dibawa ke dalam sungai. Seluruh anggota badan dan persendian tulang rasanya seperti hancur lebur. Tiga ratus kali hamba digigit, kemudian di bawah bukit beribu-ribu siksaan dan azab Allah Ta’ala hamba rasakan lagi, dan tubuh hamba diikat dengan tali dan api dan dirantai yang terbuat dari api juga. Hamba pun diikatkan kepada sebuah pohon yang terbuat dari api neraka juga. Sedangkan rantai membelenggu hamba dan dililitkan pula kepada pohon itu. Hanguslah tubuh hamba dan hancurlah daging hamba rasanya”.
"Hamba sendiri ketika hidup kembali tidaklah ada bandingannya siksaan-siksaan yang telah dialami itu, ya Nabi Isa Ruhullah. Begitu menderitanya, hamba pun menangis dengan menjadi-jadi serta berseru-seru kepada Allah Azza wa Jala, ‘Ya Ilahi, Ya Robbi, Ya Saidi, Ya Maulayya, Ya Tuhanku, telah hanguslah segala tubuh hambamu dan hancur leburlah daging hamba, serta meluruh dari kulitnya hamba rasakan ya Tuhanku, perut hamba pun jadi melorot ke bawah, hingga hamba dapat duduk di atasnya’. Demikianlah seruan hamba ke hadirat Allah Ta’ala. ya Nabi Isa Ruhullah”.
"Hamba kemudian lihat banyak orang yang mendapat siksa, dan datanglah ular, kalajengking, dan lipan dari api menggigit mereka sama seperti yang menggigit tubuh hamba. Mereka pun meraung-raung karena terlalu sangat sakitnya. Dan menangis begitu memilukan. Hamba katakan, ‘Hai Malaikat Zabaniyah, apakah dosanya dari orang-orang itu hingga disiksa dengan yang demikian itu?”.
"Malaikat Zabaniyah menjawab, Hai orang durhaka yang celaka, ketahuilah olehmu bahwasanya orang itu tidak mau mandi junub serta tidak suci dirinya ketika ia pergi ke mesjid, demikianlah dosanya orang itu."
Raja Jumjumah berkata, "Ya Nabi Isa Ruhullah, hamba lihat orang-orang yang matanya dituangi dengan api yang menyala-nyala, la terbaring dan tergantung seraya berseru kepada Allah SWT. Hamba pun bertanya kepada Malaikat Zabaniyah, mengenai hal itu. la menjawab bahwa sesungguhnya orang itu ketika di dalam dunia sering mengintip aurat isteri orang lain, serta berusaha menggodanya.
"Ya Nabi Isa Ruhullah, hamba juga melihat seorang perempuan yang tengah muntah-muntah dengan lidahnya yang menjulur hingga ke kakinya. Dari mulutnya keluar nanah dan darah yang menggumpal-gurnpal. Kemudian disuapinya dengan daging dari api, serta digantung secara sungsang. Kepalanya di posisi bawah sedangkan kakinya berada di atas. Dan di bawahnya ada api yang menyala-nyala, la menyeru-nyeru dengan tangisannya yang sangat memilukan; suaranya begitu ramai menyayat. Hamba pun bertanya kepada Malaikat Zabaniyah, ‘Apakah dosa dari orang itu’? Malaikat menyahut, ‘Mereka itulah yang telah melakukan aborsi”.
“Sebagian yang hamba lihat lehernya tergantung pada rantai dari api yang menyala-nyala, dan hamba bertanya lagi kepada Malaikat Zabaniyah, Apa dosanya orang itu?’ ‘Orang itu tidaklah sekali-kali mau mengambil air untuk, sembahyang ketika hidupnya di dalam dunia’, ujar Malaikat Zabaniyah."
“Seluruh persendian hamba pun lemah dan letih rasanya. Tubuh hamba pun bergemetar, karena kedahsyatan dan ketakutan hamba menyaksikan azab Allah Ta’ala tersebut, ya Nabi Isa Ruhullah. Lalu hamba pun bertanya kepada Malaikat Zabaniyah, Siapa yang mandi dan siapa pula yang meminum air sungai tersebut? “
"Dijawab oleh Malaikat Zabaniyah, Hai orang durhaka yang celaka, adapun yang mandi dan minum air sungai itu adalah orang-orang yang disiksa di dalam neraka”.
"Ya Nabi Isa Ruhullah, hamba lihat di dalam neraka itu beribu-ribu selokan dari api neraka, dan dari selokan tersebut terdapat beribu-ribu rumah; dari satu rumah, terdapat beribu-ribu pintunya; dan dari satu pintunya, terdapat beribu-ribu bilik dan beribu-ribu bangku; dan dari satu bangku terdapat beribu-ribu ambalan; dan dari satu ambalan, terdapat beribu-ribu hamparan dan bantal dan beribu ribu azab Allah Ta’ala; dan seluruh siksaan tersebut, berasal dari api juga”
Nabi Isa Ruhullah, hamba lihat di dalam neraka itu ada mahligai dari api dan pada satu mahligainya terdapat beribu-ribu pintu, dan pada satu pintu terdapat beribu-ribu bilik dan bangku; dan dari satu bangku terdapat beribu-ribu hamparan dan bantal. Bahwasanya pada tiap-tiap barang tersebut, kainnya berasal dari api neraka”.
"Ya Nabi Isa Ruhullah, hamba lihat di dalam neraka itu ada bermacam-macam
binatang, ada yang seperti gajah, kuda, singa, keledai, kalajengking, lipan, burung, babi, anjing, dan kucing. Seluruhnya berasal dari api yang bermacam-macam. Sesungguhnya seluruh binatang tersebut kerjanya adalah untuk menyiksa penghuni neraka”.
"Sesudah hamba merasakan dan melihat berbagai macam siksaan neraka, hamba dibawa oleh malaikat Zabaniyah ke atas bukit yang bernama bukit Sakuna. Sampai ke atas bukit tersebut dapat ditempuh oleh manusia biasa adalah selama 70.000 tahun. Dan terdapat 70.000 tempat pemberhentian. Terdapat pula 70.000 macam siksa di tempat itu, ya Nabi Isa Ruhullah”.
"Di bukit Sakuna terdapat 70.000 malaikat yang pekerjaannya adalah menghancurkan tembaga, timah, dan besi sebagai bahan untuk menyiksa orang yang tidak mau menuruti akan perintah Allah Ta’ala dan Rasul Nya, juga menyiksai hamba di bukit itu Hamba rasakan tidak ada sesuatu pun yang menyamai azab tersebut”.
"Ya Nabi Isa Ruhullah, seluruh siksaan yang ada di dalam dunia, tidak ada satu pun yang sama dengan siksaaan yang ada di akhirat. Di bukit itu hamba lihat dan hamba dengar, penuh dengan ular dan kalajengking, dan binatang-binatang buas isinya”.
Ucap Raja Jumjumah, "Ya Nabi Isa Ruhullah, adalah bermacam-macam siksaan yang hamba lihat yang tidak mungkin habis hamba ceritakan kepada tuanku mengenai siksaan itu. Setelah selesai hamba menjalani siksaan-siksaan, maka datanglah seorang malaikat untuk menyampaikan amanat dari Allah kepada Malaikat Zabaniyah bahwa Allah Ta’ala telah mengampuni dosaku. Allah Ta’ala telah menganugerahi kasihnya. Penyiksaan kepadaku dilakukan karena perintah Allah semata. Dan kini aku telah diampuni oleh Allah Ta’ala terhadap seluruh dosaku."
Nabi Isa berbicara, "Hai Raja Jumjumah, berbahagialah tuan telah begitu besar dianugerahi Allah SWT telah melepaskan azab. Sesungguhnya segala perbuatan jika tidak benar niatnya, maka sembahyang dan ibadahnya pun tidak akan memberinya manfaat apapun”.
"Hai Raja Jumjumah, ceritakanlah oleh Tuan seluruh siksaan yang telah dialami kepada orang-orang agar mereka menjadi takut dan bertobat setelah mendengarkannya."
Kata Raja Jumjumah, "Ya Nabi Isa ruhullah, tidaklah hamba dapat merasakan penderitaan lagi, dan tidaklah pula dapat menceritakan lagi mengenai siksaan siksaan dan azab Allah Ta’ala. Karena tuan adalah Ruhullah, hamba mohonkan kepada Allah SWT agar dapat hidup kembali dan masuk ke dalam perut ibu hamba supaya dapat berbakti ke hadirat Tuhan RobbulArsyil Azim, maka semoga dapat terlepas dari siksaan yang telah hamba rasakan, dan hamba telah melihatnya juga. Akan tetapi terhadap kerajaan hamba, janganlah tuan mohonkan hamba untuk kembali lagi berkuasa."
Setelah Nabi Isa Ruhullah mendengar permohonan tersebut, ia segera mengambil segengggam tanah. Kemudian dibasuhkanlah kepada kepala tengkorak dan ditutupnya dengan kain putih.
Selanjutnya, Nabi Isa melaksanakan sholat dua rakaat. Lalu berdo’a kepada Allah agar keinginan dari Raja Jumjumah dapat terkabul. Allah SWT pun mengabulkan permohonan Rasul-Nya itu.

MUKJIZAT NABI MUHAMMAD SAW
 
star0015
       
 Disini dikisahkan beberapa dari sekian banyak mukjizat yang diberikan oleh Allah SWT kepada Mabi muhammad saw.
Dipotongnya Rambut Nabi SAW
Ketika Nabi Muhammad saw sedang membaca Al Qur’an pada malam Senin di rumahnya, datanglah Malaikat Jibril menemuinya.
Jibril segera berbicara kepada Rasulullah saw, "Aku membawa perintah dari Tuhan Yang Mahasuci, bahwa rambut Anda harus dipotong, dan jangan khawatir."
Nabi saw berkata, "Hai Jibril, siapakah yang akan menghadapiku nanti. Dan siapa yang mencukurnya. Dari mana pakaiannya yang akan kupakai nanti."
Malaikat Jibril menyampaikan pertanyaan tersebut kepada Allah SWT. Katanya, "Ya Tuhanku, aku datang akan mengabarkan bahwa kekasihmu benar-benar telah rela atas perintah keharusan dipotong rambut. Tetapi sekarang ini, ya Tuhan, ada permohonannya, bahwa siapa yang mendapat ijin menyaksikan ketika kekasihmu dipotong. Siapa yang memotongnya, dan juga dari mana Allah akan memberi pakaiannya."
Allah berfirman kepada Jibril bahwa yang akan memotongnya adalah Jibril, yang berdiri di hadapannya adalah cahaya Sang Pencipta langit dan bumi sedangkan pakaiannya diambil dari sorga, selembar daun pohon Tuba yang berwarna hijau dengan cahayanya yang bening. Anugerah Allah kepada Nabi Muhammad saw melebihi atas semua nabi dan rasul.

Jibril segera mengambil kain dari selembar daun pohon Tuba yang suci. Yang bercahaya begitu terang bagaikan sinar sang surya. Yang akan diberikannya kepada Rasul saw sebagai penutup badannya saat bercukur. Difirmankan dari Allah SWT bahwa daun Tuba itu sebagai anugerah dari Allah atas kenabian Muhammad saw.
Setelah tiba di hadapan Rasulullah saw, beliau kembali menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang pernah diajukan sebelumnya. Malaikat Jibril pun menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Jibril mulai memotong rambut Rasulullah saw pada hari senin tanggal 19 Ramadhan di hadapan para sahabatnya. Sesuatu yang menakjubkan bahwa helaian rambut beliau tidak ada yang jatuh ke tanah.
Nabi saw pun menanyakan hal itu, "Hikmah apa yang terkandung bahwa rambutku tidak ada yang jatuh satu helai pun ke atas tanah?"
Jibril menjawab, "Demi banyaknya rambut ini, jumlah rambutmu yang berada di kepalamu aku telah menghitungnya 126.666. Sementara itu, Bidadari-bidadari turun dari sorga untuk meminta rambutmu atas perintah Yang Agung."
Allah berfirman kepada para bidadari, "Kalian seluruh Bidadari, cepatlah turun ke dunia, Nabi-Ku sedang dipotong rambut. Kalian semua masing-masing mintalah rambut satu lembar. Hormatilah olehmu rambut Rasulullah. Ikatkan dengan baik rambut itu sebagai azimat agar diampuni dosamu,"
Bidadari-bidadari itu segera turun ke bumi untuk mengambil rambut Rasulullah saw. Kemudian mereka mengikatkannya ke jari kelingking kanannya masing-masing.
Nabi Muhamad Saw Menyusuri Langit
Bersama Jibril, Rasulullah saw mikraj menemui Allah SWT melalui tangga emas yang dihiasi mutiara dan permata yang berasal dari sorga. Perjalanan akan melalui langit yang tujuh lapis. Namun pada setiap anak tangga, mereka berdua telah menjumpai pemandangan-pemandangan yang menakjubkan bagi Rasulullah saw. Pada anak tangga pertama, Rasulullah saw melihat tujuh ribu barisan malaikat yang seluruhnya mengenakan mahkota emas seraya mengucapkan: ‘Subhanallah Wabihamdihi’.
Di anak tangga yang kedua dilihatnya pula barisan malaikat bermahkotakan emas, namun ada perbedaannya dengan malaikat-malaikat tadi, yaitu di dahinya tertulis ‘Subhanallahi Wabihamdihi, Subhanallahi Malikul Quddusi’.
Selanjutnya di anak tangga yang ketiga, mereka menjumpai malaikat yang berjumlah 300.000 berpakaian penuh ragamnya dan bermahkotakan emas pula. Dari mulutnya terpancar cahaya. Nabi Muhammad saw bertanya kepada Jibril mengenai mereka.
Dijawab oleh Jibril ‘alaihissalam, "Siapa saja umatmu yang membaca seperti yang dibaca oleh para malaikat itu yang berbunyi ‘Astaghfirullaah’, apabila mereka menguap, maka begitu pula cahaya yang akan keluar dari mulutnya”.
Pada anak tangga yang keempat, dijumpai malaikat-malaikat yang begitu banyak jumlahnya, yang hanya Allah saja mengetahui berapa banyak jumlahnya. Mereka senantiasa mengucapkan ‘La Ilaha lila Huwal Mubin’. Bacaaan itu, menurut malaikat Jibril, berfaedah menjadikan orang yang membacanya diampuni dosa-dosanya.
Di anak tangga kelima, mereka melihat para malaikat yang raut wajahnya bagaikan bulan purnama. Masing masing mengucapkan ‘Asyhadu An Laa llaha lllallaah Wa Asyhadu Anna Muhammadan Rasuulullaah’. Dan juga senantiasa mengucapkan tahmid (Alhamdulillah). Di sini, Rasulullah saw juga melihat dua cahaya yang berdampingan bagaikan dian yang tak kunjung padam. Gemerlapnya begitu dahsyat.
Rasul saw pun menanyakan mengenai hal itu, "Wahai Jibril, cahaya apakah gerangan yang kulihat itu. Dua berdampingan."
Jibril a.s. menjawab, "Wahai Muhammad, itulah tempatnya nyawa. Pada bagian sebelah timur, itulah yang disebut Baitul Mukmuran, yaitu tempat bersemayamnya nyawa yang tidak digunakan di dunia, adapun nyawa yang sudah digunakan, itulah yang dinamakan Jabatul Hannanu, yaitu tempat nyawa-nyawa yang sudah digunakan di dunia Kemudian tinggal tergantung di ‘Arsy."
Dalam sekejap mata seperti juga yang terjadi pada perjalanan sebelumnya mereka berdua telah sampai di anak tangga keenam. Lalu pada yang ketujuh. Anak tangga ini berjumlah tidak kurang dari 50 buah hingga langit ketujuh.
Kini, sampailah Rasulullah saw di langit yang pertama. Setelah meminta ijin terlebih dahulu kepada malaikat penjaganya, mereka berdua masuk ke langit ini. Para malaikat menghaturkan sujud penghormatan bagi makhluk mulia, Nabi Muhammad saw. Di sini, Jibril mengajak Rasulullah saw berjalan-jalan melihat keadaan sekitar. Di tempat ini, terlihat bintang-bintang yang gemerlapan di angkasa luas. Kemudian Jibril mengumandangkan adzan untuk melaksanakan shalat. Dengan diimami oleh Rasul saw, para malaikat bermakmum shalat sunat dua rakaat. Di langit pertama ini juga dilihat bulan oleh Rasulullah saw.
Kemudian perjalanan dilanjutkan ke langit kedua. Di langit ini, para malaikat mengucapkan shalawat ketika mengetahui kedatangan makhluk utama, Nabi Muhammad saw. Di langit kedua ini juga dilaksanakan shalat sunat.
Pada lapisan langit yang ketiga, Rasul SAW menjumpai seorang lelaki yang tengah duduk di atas kursi cahaya dengan dikelilingi oleh para malaikat yang bermahkotakan emas.
Nabi SAW pun mengucapkan salam kepada lelaki itu. Namun, ia tidak langsung menjawabnya, melainkan bertanya terlebih dahulu kepada Jibril, "Siapa yang memberiku salam?"
Jibril menjawab, "Tidakkah kamu mengetahui Muhammad, orang pilihan Allah Ta’ala serta diberi keselamatan."
Orang itu adalah Nabi Adam. Beliau sangat gembira mengetahui siapa yang memberi salam tadi. Segera Rasul saw dihampiri dan diciumnya. Rasulullah SAW belum mengetahui siapa orang yang tengah dihadapinya, dan ditanyakanlah kepada Jibril.
Nabi Adam a s. itu akan menangis ketika duduk kemudian menengok ke sebelah kiri, karena menyaksikan anak cucunya yang berada di dalam neraka. Dan akan tertawa, apabila melihat ke sebelah kanan, karena dilihatnya anak cucunya berada di sorga. Di tempat ini, Rasul SAW juga melaksanakan shalat sunat bersama para malaikat dan Nabi Adam a.s.
Kini perjalanan dilanjutkan kembali menuju langit keempat. Di langit ini mereka menjumpai seekor ayam berbulu putih. Mulut, mata, dan kakinya berwarna kuning. Di lidahnya dihiasi dengan permata yang berasal dari sorga. Di matanya dihiasi intan. Potoknya berwarna emas murni.
"Ayam apa gerangan itu, wahai Jibril," tanya Nabi saw.
Jibril menjawab, "Itulah ayamnya ‘Arsy. Kalau berkokok di sepertiga terakhir malam, akan mengikuti pula ayam-ayam yang ada di bumi. Kokoknya mengatakan, Wahai segenap yang tidur, bangunlah kalian semua. Lalu sampaikan puji-pujian kepada Allah Ta’ala, agar kamu semuanya diberi rahmat Allah Ta’ala di akhirat’."
“Adapun bunyi kokoknya di siang hari ialah, ‘Sadarlah kalian seluruhnya atas keesaan Allah Ta’ala’ Mudah-mudahan kamu semua tidak dimasukkan-Nya ke dalam neraka."
Di tempat lain, mereka menjumpai malaikat yang tengah duduk di atas kursi yang bercahaya api, dalam keadaan yang sangat marah seraya memegang sabuk yang berasal dari api neraka. Pada setiap sabuknya ada delapan puluh orang yang mendapat hukuman. Apabila sabuk itu disimpan di atas bumi, akan hancurlah bumi ini.
Nabi Muhammad saw menyampaikan salam kepada malaikat tersebut. Namun, ia tidak menanggapinya. Maka Allah Ta’ala pun mengingatkannya, "Wahai malaikat si penjaga neraka. Kenapa engkau tidak sudi menyahuti salam orang yang Kurahmati. Sesungguhnya Aku tidak menciptakan engkau bersama dengan neraka dan sorga beserta seluruh isinya, kalau bukan karena Muhammad. Maka dialah yang kuinginkan mendapat kebesaran dan kemuliaannya."
Bergetarlah malaikat penjaga neraka menerima teguran dari Allah Ta’ala tersebut. Berkata Malaikat Jibril a.s., "Wahai Malaikat, tidakkah engkau mengenal orang yang dirahmati Allah Ta’ala di dua dunia."
Malaikat Penjaga Neraka itu berkata, "Wahai Muhammad, mohon kiranya dengan sangat engkau memaafkanku. Sebab saya ditakdirkan oleh Allah Ta’ala berwajah pemarah yang kutunggu ialah umatmu yang tidak mengikuti kelakuanmu. Akan Kuambil seluruh perlakuan buruknya yang sudah dilakukannya di dunia." Kemudian Nabi saw meminta untuk dibukakanya pintu neraka.
Malaikat Penjaga Neraka itu berkata, "Wahai Muhammad, tidak akan kubiarkan pintu neraka dibuka sebelum dunia kiamat."
Namun tiba-tiba terdengar suara yang berbunyi, "Bukakanlah pintu neraka, sebab tidaklah kuciptakan dunia itu bersama isinya kalau bukan karena Muhammad."
Akhirnya pintu neraka itu pun dibukakan untuk Nabi Muhammad saw. Seandainya neraka bocor sebesar lubang jarum saja, maka akan gelaplah langit dan bumi.
Rasul saw dan Jibril a.s. masuk ke dalamnya. Pertama yang dijumpainya adalah seorang laki-laki yang tengah disiksa dengan cara direbus di dalam dulang api neraka lalu dikait dengan besi. Lidahnya terjulur hingga ke tanah. Ketika Rasul saw menanyakan kepada Jibril perihal orang itu, maka dijawabnya, "Itulah umatmu yang menganiaya sesamanya, dan ia tidak bertobat sampai meninggalnya."
Kemudian dilihat ada sebuah rumah di dalam neraka. Di dalamnya terdapat tujuh puluh orang yang tengah disiksa. Ada lagi seorang laki-laki yang tengah dirantai kakinya. Rantainya membara karena terbuat dan api neraka. Kedua matanya ditusuk dengan besi. Mulutnya dituangi dengan timah panas yang meleleh. Tulang-belulangnya terkelupas terbakar api dan seraya terpangganglah ia di atas api neraka. Nabi saw bertanya, "Siapa gerangan yang disiksa sedemikian itu?"
Jawab Jibril bahwa itu adalah umat Nabi saw yang selalu bertikai dan saling konflik di antara mereka.
Terlihat pula sekelompok orang yang tengah disiksa dengan cara kepalanya berada di bawah, wajahnya terbalik menghadap ke belakang. Mukanya diserupakan dengan wajah babi. Sementara kedua tangannya terpotong. Tiba-tiba ia terlontar ke dalam api neraka yang tengah menyala-nyala. Jelas Jibril bahwa itu adalah umat Nabi saw yang sering mangambil hak milik sesama, serta busuk hatinya terhadap sesamanya juga.
Di tempat lain, Nabi SAW menyaksikan seorang penghuni neraka yang meraung-raung yang suaranya terdengar hingga ke langit ke tujuh, la adalah orang muda yang mati tidak bertobat.
Ada juga orang yang disiksa mulutnya dikait dengan besi yang lidahnya menjulur ke tanah, la adalah orang yang durhaka kepada orang tuanya hingga matinya.
Disaksikan pula seorang wanita yang berada di tengah api neraka. Wajahnya menghadap ke belakang. Lidahnya dituangi dengan cairan timah yang yang sedang mendidih. Mulutnya ditusuk dengan besi yang membara. "Itulah umatmu yang berkunjung ke tetangganya (pergi ke luar) tanpa mengenakan kerudung (jilbab)," jelas Jibril.
Dilihatnya juga seorang wanita yang tengah berada di atas, sedangkan kemaluannya ditusuk dengan besi dan menembus hingga ke mulutnya. Sementara itu kedua tangannya memegang erat bara api. la disiksa demikian karena sering pergi ke luar rumah tanpa seizin suaminya.
Peninjauan di dalam neraka dirasa sudah cukup. Mereka berdua pun keluar. Selanjutnya didirikanlah shalat sunat bersama para malaikat.
Kini mereka pergi menuju ke langit kelima. Di langit ini mereka menjumpai seorang laki-laki berada di tempat yang terbuat dari besi bersama para malaikat yang bermahkotakan emas "Siapakah itu wahai Jibril," tanya Nabi saw.
"Itulah Nabi Isa alaihiasalam," ujar Jibril a.s.
Nabi saw pun menghampiri untuk menyalaminya. Namun, Nabi Isa belum menanggapinya, dan bertanya kepada Jibril mengenai siapa orang yang menghampirinya itu. Ketika mengetahui siapa yang tengah berada di hadapannya, Nabi Isa segera mencium Nabi Muhammad saw. Lalu mereka melaksanakan shalat sunat.
Kini, perjalanan mikraj sudah berada di langit keenam. Di sini mereka menjumpai seorang laki-laki yang duduk di atas kursi cahaya. Dikelilingi oleh para malaikat. Ia adalah Nabi Musa ‘alaihiasalaam.
Nabi Musa menanyakan orang yang ada di hadapannya tersebut "Itulah orang yang dirahmati oleh Allah Ta’ala. la hendak naik ke langit menjumpai Tuhannya," ucap Jibril.
Dihampirilah Nabi Muhammad saw oleh Nabi Musa a s. seraya berpesan bahwa apabila telah kembali dari ‘Arsy, hendaklah singgah terlebih dahulu di tempatnya. Agar diketahui mengenai apa-apa yang disaksikan dan diberikan oleh Allah Ta’ala kepada Rasul saw.
Kemudian Jibril mengumandangkan adzan tanda akan didirikannya shalat bersama Nabi Musa dan para malaikat.
Perjalanan pun dilanjutkan kembali. Menyeberangi lautan-lautan yang begitu luas dan daerah-daerah yang penuh cahaya terang benderang. Melewati pula daerah-daerah yang gelap. Tiap macamnya dipisahkan oleh jarak 500 tahun perjalanan, la melewati tabir-tabir keindahan, kesempurnaan, rahasia keagungan. Di balik itu, terdapat 70.000 kelompok malaikat yang tengah bersujud. Mereka akan sujud dan tidak meninggalkan tempat, hingga hari akhir kelak.
Nabi Muhammad saw dan Malaikat Jibril kini berada di langit ketujuh Mereka menjumpai sebuah pohon yang sangat besar. Selembar daunnya saja masih lebih lebar dari planet bumi ini. Rasul saw meminta buah pohon tersebut kepada Malaikat penjaganya, namun ia menolaknya karena takut kepada Allah yang menugaskan menjaga pohon tersebut.
Jibril menegur Malaikat penjaga itu, "Wahai Malaikat, kenapa engkau enggan memberikan buah pohon Katubi itu. Tidakkah engkau mengenal orang yang dirahmati Allah Ta’ala ini."
Jibril pun mengambil buah pohon tersebut. Ternyata, di dalam buah itu terdapat.seorang anak bidadari. Seorang wanita yang mengenakan pakaian yang beragam coraknya. Bidadari itu akan dianugerahkan juga oleh Allah Ta’ala kepada umat Nabi Muhammad saw yang mengikuti akhlak beliau.
Setelah diperintahkan oleh Rasul saw, bidadari itu pun masuk kembali ke buahnya. Setelah itu mereka berdua melanjutkan perjalanannya kembali. Di suatu tempat, dijumpai banyak malaikat yang berada di sekitar sebuah pohon.
"Pohon apakah itu, wahai Jibril," tanya Nabi saw.
"Itulah yang dinamakan pohon Sidratul Muntaha," kata Jibril.
Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada sorga tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. (Q.S. 53:13-16)
Pada daun-daunnya ditulis mengenai umur setiap yang bernyawa. Nabi saw menghampiri seorang malaikat yang menjaga pohon tersebut, dan memberinya salam. Namun malaikat tersebut tidak menyahutnya. Jibril segera menegur malaikat tersebut. Mengetahui mengenai keberadaan Nabi saw malaikat itu pun segera a menjawab salamnya.
"Wahai Malaikat, apakah engkau yang menjaga (pohon) Sidratul Muntaha?" tanya Nabi saw.
"Sayalah Malaikat Maut," ujar sang Malaikat.
"Betapa banyak orang yang meninggal dunia dalam sehari semalam. Engkaukah yang mengambil nyawa mereka seluruhnya," tanya Nabi saw.
"Wahai Muhammad, itulah sebabnya ada sebanyak 700.000 pimpinan laskar malaikat pencabut nyawa. Sedangkan tiap-tiap pimpinan itu membawahi 700.000 malaikat. Saya hanya tinggal memperhatikan dedaunan itu. Jika tulisannya tanggal, Aku perintahkan malaikat pergi menjemput nyawanya si fulan di negeri anu," kata Malaikat Maut. "Jika saya ingin melihat seluruh isi dunia, hanya bagaikan sebuah cangkir yang kulihat di hadapanku. Tidak satu pun isi dunia yang luput dari penglihatanku."
Mereka berdua menjumpai pula sekelompok malaikat. Malaikat-malaikat tersebut disapa oleh Nabi saw, namun mereka tidak menjawabnya. Kemudian Allah menegur mereka. Teguran itu menghentakkan hati para malaikat tersebut. Pintanya kepada Nabi Muhammad saw. "Mohon dengan sangat, sudikah engkau memaafkan diriku. Sebab saya sudah ditakdirkan untuk tidak berkata-kata sebelum dunia kiamat."
Ada lagi kelompok malaikat yang berjumlah tujuh ribu orang. Setelah diperhatikan oleh Nabi saw, mereka terdiri atas empat jenis wajah. Ada yang berwajah mirip kerbau, ayam, manusia, dan macan.
Malaikat berwajah mirip kerbau adalah kelompok malaikat yang bertugas untuk menyebarkan rezeki bagi setiap ternak yang dimakan dagingnya. Kelompok malaikat yang berwajah mirip manusia bertugas untuk menyebarkan rezeki bagi setiap manusia. Malaikat yang berwajah mirip ayam bertugas untuk menyebarkan rezeki bagi setiap hewan unggas. Sedangkan malaikat yang berwajah mirip macan menyebarkan rezeki bagi semua binatang buas.
Di tempat lain, Nabi saw melihat malaikat yang kepalanya berjumlah tujuh ribu. Setiap kepala memiliki tujuh ribu rupa. Setiap rupa memiliki tujuh ribu mulut Setiap mulutnya memiliki tujuh ribu lidah. Di dalam satu lidahnya memiliki tujuh ribu bahasa yang dikuasainya, seluruhnya senantiasa memuji Allah Ta’ala. Malaikat ini selalu mendoakan keselamatan bagi orang yang berangkat menunaikan shalat, orang yang tengah menuntut ilmu, dan mereka yang berpuasa di bulan Ramadhan.
Kini perjalanan sudah sampai pada tujuannya. Bumi dan langit menjadi terlihat satu, dan hampir tidak dapat dilihat. Berada di depan hadirat Allah Ta’ala. Jibril membawakan usungan dari sorga untuk membawa Nabi saw. Tidak memiliki tiang dan tidak ada gantungannya. Dindingnya terpasang sutera. Beralaskan ambal. Kemudian Rasul saw menaikinya untuk pergi ke ‘Arsy tempat bersemayamnya Allah SWT.
Beliau harus melewati delapan puluh dinding cahaya. Ada pula beraneka ragam cahaya lainnya yang dapat disaksikan. Yang membuat Rasulullah saw terkesima. Tujuan pun telah sampai. Di sini tidak ada timur dan barat; tidak diketahui pula utara dan selatan. Merendah dirilah Sang Nabi SAW di hadapan Allah SWT.
Firman Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi Muhammad SAW, "Wahai Muhammad, Aku sudah berada di hadapanmu. Tidak ada sesuatu yang mengantarai kita. Sama halnya dekatnya padi pada batangnya”.
Rasa takut mulai menyelimuti diri Rasul SAW, karena dirinya kini telah ada di hadapan Raja Segala Raja Alam Semesta. Beliau memuji Allah, "Attaahiyaatul Mubaarakaatuh Asshalawaatu Lillaah."
Allah Ta’ala berfirman, "Assalaamu ‘Alaika Ayyuhannabiyyu Warahmatullaahi Wa Barakaatuh”.
"Wa alaa Ibaadillaahis-Shaalihiina. AsyhaduAn Laa llaaha Ilallaah," ujar Nabi saw.
"WaAsyhadu Anna Muhammadan Rasuusullaahi. Kuberikan kepadamu shalat delapan puluh waktu sehari semalam. Bersama Qul Huwallaahu Ahad, QulA’uudzu, kedua-duanya, bawakanlah kepada umatmu”.
"Kujadikan alam beserta isinya hanya karena engkau, wahai Muhammad. Banyak sekali nabi yang Kuciptakan. Engkaulah yang paling Kukasihi. Engkau pulalah pengganti-Ku. Adapun Jibril, hanya Kujadikan utusan. Sedangkan engkau, wahai Muhammad, Engkaulah yang mewujudkan kemuliaan-Ku serta Kebesaran-Ku," firman Allah Ta’ala.
Pertemuan Tuhan dengan Makhluk-Nya itu pun berakhir. Beliau keluar dari lingkungan ‘Arsy. Usungan tadi membawa kembali dengan sendirinya kehadapan Jibril.
Nabi Muhammad saw mempersiapkan kembali perjalanannya untuk pulang ke bumi.
Dalam perjalanan pulang itu, Nabi saw menjumpai sebuah kota. Beliau mencoba melihat-lihat keadaan di dalamnya. Di sana dilihat ada sebuah rumah yang dindingnya terbuat dari emas dengan berhiaskan permata yang beraneka ragam. Tiangnya terbuat dari mutiara, dan Rasul saw mencoba melihat rumah tersebut dari atasnya. Ada sebuah gelas yang unik. Gelas itu tidak ada penyangganya, sedangkan di dalamnya terdapat seorang perempuan yang cantik jelita. Badannya bercahaya lebih terang daripada sinar matahari, apalagi bulan.
Setelah dijelaskan oleh sang perempuan itu, diketahuilah bahwa ia adalah bidadari yang dipersiapkan untuk para syuhada.
Dari tempat ini, Nabi Muhammad saw beranjak ke suatu tempat yang di dalamnya terdapat sebuah rumah besar. Dindingnya terbuat dari cermin yang beralaskan batu permata merah. Dan bubungannya terbuat dari permata zamrud. Kemudian ditemuinya pula empat buah sungai. Sungai madu,sungai susu, sungai tuak, dan sungai air bening. Di pinggir-pinggir sepanjang sungai tersebut berhamburan permata. Tidak lama kemudian ada seorang malaikat yang mengambil secangkir dari setiap air sungai itu. Kemudian dibawakan ke hadapan Rasulullah saw untuk dipilih sebagai minumannya.
Rasulullah saw pun memilih secangkir susu. Lalu diminumnya hingga tersisa setengah cangkir. Kemudian didengarlah ada suara yang mengatakan, "Wahai Muhammad, seandainya engkau meminum susu itu sampai habis, maka seluruh umatmu (akan menjadi) penghuni sorga."
Segera setelah mendengar suara itu, Rasulullah saw akan meminumnya kembali. Namun kata malaikat tadi, "Wahai Muhammad, sungguh sudah tidak diridhai Allah Ta’ala."
Suara tak berwujud itu terdengar lagi, "Sekiranya tuak itu yang engkau minum, maka umatmu berada dalam genggaman setan Wahai Muhammad, sekiranya madu itu yang engkau minum lebih dulu, maka umatmu akan lebih besar perhatiannya kepada dunia daripada akhiratnya."
Dari tempat itu, mereka berdua berjalan lagi dan menjumpai lagi komplek perumahan yang sangat banyak jumlahnya. Dinding-dindingnya terbuat dari cermin Di dalam setiap rumah itu terdapat empat puluh kamar. Setiap kamarnya ada empat puluh anak bidadari yang tengah menari-nari. Menurut Jibril, itu semua diperuntukkan bagi umat Nabi Muhammad SAW yang memiliki iman yang tebal. Yang senantiasa memuliakan alim ulama. Serta berakhlak mulia terhadap sesama muslim dan manusia lain.
Selanjutnya Nabi SAW dan Jibril menyaksikan jenis tumbuh-tumbuhan yang memiliki empat puluh rupa. Setiap rupanya berbuah empat puluh butir. Setiap buahnya memiliki empat puluh rasa.
Rasul saw penasaran mencoba menanyakannya kepada Jibril, "Rumah apa namanya itu, sedemikian banyak tanamannya."
"Itulah nantinya yang bakal dijanjikan untuk menjamu mereka vang mencintai agamanya. Serta senantiasa melaksanakan shaum di bulan Ramadhan. Serta murah hatinya terhadap sesama makhluk ciptaan Allah," jawab Jibril.
"Ceritakanlah kepada kaummu, sepanjang yang engkau lihat."
"Niscaya tidak akan percaya orang-orang Arab itu," ujar Rasul saw.
Menyahutlah Jibril, "Walaupun orang-orang Arab tidak akan mempercayaimu, dan biarkanlah pula kaum Nasrani itu mendustakanmu.”
Akhirnya mereka berdua turun ke langit berikutnya. Di tengah perjalanan, mereka bertemu kembali dengan Nabi Musa a.s Beliau bertanya, "Apa saja yang diberikan Tuhan kepadamu”.
Nabi saw menjawab “Shalat delapan puluh kali sehari semalam, bersama Quran sebanyak tiga puluh Juz dan (termasuk) Al Fatihah."
"Hai Muhammad, umatmu tidak akan mampu menunaikan shalat delapan puluh kali sehari semalam," sahut Nabi Musa as.. "Mintalah yang ringan dalam shalat."
Mendengar saran dari Nabi Musa itu, Rasul saw menyetujuinya dan kembali lagi ke hadirat Allah untuk mengajukan permohonan keringanan, Allah SWT berkenan untuk mengurangi jumlah rakaat shalat menjadi lima puluh rakaat.
Dalam perjalanan turun kembali, mereka berdua bertemu lagi dengan Nabi Musa a.s., dan ia menanyakan mengenai hasilnya. Setelah diberitahu, Nabi Musa as. menyarankan lagi kepada Rasul saw, agar diberi keringan lagi, karena umatnya masih akan tetap belum sanggup. Rasul saw lagi-lagi menerima usulan tersebut. Dan naiklah kembali ke ‘Arsy.
Di ‘Arsy, Allah SWT kembali menerima tuntutan keringanan jumlah rakaat shalat yang diajukan oleh Nabi saw. Saat itu rakaat shalat menjadi 45 rakaat. Namun ada tambahan perintah, yaitu puasa di bulan Ramadhan, puasa sunat enam hari di bulan Syawal, dan beribadah haji.
Setelah itu, Rasul saw kembali turun hendak meneruskan perjalanannya ke bumi. Namun, ketika berjumpa dengan Nabi Musa a.s., dan mengetahui jumlah rakaat yang telah diterima oleh Rasulullah saw, beliau menyarankan lagi agar minta keringanan kembali. Akan tetapi Nabi saw merasa malu untuk kembali meminta keringanan.
Kemudian terdengar suara, "Wahai hamba-Ku, sudah layaklah ditunaikan oleh umatmu shalat lima waktu dalam sehari semalam."
Dalam perjalanan pulang, mereka bertemu lagi dengan Nabi Adam a.s. dan Nabi Isa a.s. Para Nabi itu meminta kepada Nabi Muhammad saw agar menceritakan apa-apa yang telah dialaminya itu.

TUMPAHNYA AIR LANGIT
 
1600_200
Banjir Merendam Dunia
 
              Nabi Nuh a.s. nama aslinya adalah Syakirin bin Malik bin Manuskah bin Idris. Beliau hidup setelah 1056 tahun wafatnya Nabi Adam Dinamai Nuh karena sangat seringnya ia menangis menyaksikan kaumnya yang menyembah berhala dan penolakannya terhadap ajaran-ajaran Allah SWT yang dibawanya. Berhala-berhala sesembahan itu ada yang bernama Wadd, Suwa, Yaghuts, Ya’uq dan Nashr. Pada umur empat puluh tahun, ia dikaruniai nubuat (kenabian) Selama beberapa tahun hanya seratus laki-laki dan perempuan yang mau mengikuti seruannya untuk masuk agama Islam.
Nabi Nuh a.s. diperintahkan oleh Allah SWT agar pada setiap pagi selalu menyeru kepada kaumnya di Kufah. "Hai kaumku yang lalai dengan dunia dan permainan, katakan olehmu ‘Laa ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariikalah”, Tidak ada Tuhan selain Allah, dan tidak ada sekutu bagi Dia’," demikian ucap sang Nabi. “Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui" (Q.S. 71: 2-4).
Namun dakwah Nabi Nuh a.s. tersebut malah menimbulkan keheranan di kalangan kaumnya, sebab selama ini mereka hanya mengikuti keyakinan yang diterimanya secara turun-temurun dalam menyembah berhala. Ketika Nabi Nuh a.s. tengah berdakwah, sebagian dari kaumnya malah menutup telinganya, sebagian dari mereka menutupi kepalanya dengan kain, dan sebagian yang lainnya berlarian menghindari ajakan dakwah sang Nabi. Bahkan pernah di satu kesempatan dakwahnya, Nabi Nuh a.s. dihantam dengan palu oleh salah seorang kaumnya.

Tatkala sadar, ia pun berucap, "Hai seluruh manusia yang durhaka, ucapkanlah oleh kamu sekalian bahwasanya Allah Ta’ala Tuhan Yang Esa yang tiada sekutu baginya dan bahwasanya aku dijadikan oleh Alah Ta’ala sebagai nabi yang memberi tahu kamu terhadap siksa neraka. Dan kenikmatan sorga bagi seluruh manusia yang mengikuti seruanku, dan disiksa oleh Allah Ta’ala terhadap kamu yang tidak mengikutiku. Dan bahwa namaku Nuh bin Malik."
Perkataannya itu ternyata ditanggapi oleh kaumnya dengan hantaman palu lagi. Nabi Nuh a.s. pun jatuh pingsan, sehari semalam lamanya.
Setelah sadar, ia pulang ke rumahnya. "Ya Tuhanku, bahwasanya Engkau juga yang lebih mengetahui terhadap keadaan hambamu. Di mana setiap hari kusuruh kepada mereka untuk percaya padaku dengan mengerjakan pengabdian kepada-Mu, supaya Kau ampuni segala dosa mereka. Mereka (malah) menutup telinganya dengan jarinya, karena tidak mau mendengarkan perkataanku. Dan sebagian dari mereka berlari menghindariku. Kemudian kusuruh kepada mereka dengan perlahan-lahan, namun mereka memalingkan mukanya dariku, katanya, engkau ya Allah, bukanlah sebenarnya Tuhanku. Di lain kesempatan kukatakan kepada mereka bawa imanlah kamu kepada Tuhan Yang Esa. dan kepada nabi kamu supaya diampuni oleh Allah Ta’ala dosa kamu, maka mereka menutupi telinganya dengan jarinya. Dan sebagian lagi menutup mukanya dengan kainnya. Hambamu pun pada malam hari telah menyerukan kepada mereka dengan kubukakan rahasianya bagi mereka mengenai perkataanku bahwa percayalah kamu kepada Tuhan kamu yang bernama Allah Ta’ala. Dialah Tuhan yang sebaik-baiknya memelihara kamu sekalian. Maka larilah mereka dariku dengan keluarga mereka."
Firman Allah SWT kepada Nabi Nuh, "Sesungguhnya Tuhan kamu (mengetahui) bahwa seluruh kaum itu tidaklah akan membawa iman kepadamu, melainkan segala yang ada yang menyertaimu itulah yang mendengar perkataanmu."
Pada suatu hari, Nabi Nuh a.s. melihat kaumnya yang tengah mengadakan jamuan di suatu tempat. Nabi Nuh a.s pun mengingatkan kepada mereka bahwa itu semua merupakan anugerah Allah SWT kepada mereka. "Namun kalian tidaklah bersyukur terhadap Tuhan kamu yang menganugerahkan seluruh makanan itu kepadamu Katakanlah olehmu bahwa Allah Ta’ala juga Tuhan kamu yang Esa yang tidak ada sekutu bagi- Nya. Dan bahwasanya aku ini nabi kamu yang menceritakan kepada kamu mengenai pahala sorga, dan akan disiksa di dalam neraka jika kamu tidak percaya terhadap Dia. Dan jika kamu bersyukur akan nikmat-Nya dan kamu beribadah kepada Dia, niscaya akan dianugerahkan oleh Allah Ta’ala kepada kamu di dunia ini dengan kenikmatan selama hidupmu. Dan di akhirat,,diampuni oleh Allah segala dosamu dan kamu akan dimasukkan ke dalam sorga; kenikmatannya itu kekal; tidak lagi berkesudahan. Ya kaumku, tidak kupinta kepadamu upah atau sesuatu manfaat terhadap diriku dalam menyampaikan perintah Allah Ta’ala, melainkan kepada Allah yang amat tahu terhadap keadaanku. Bahwasanya aku ceritakan kepada kamu siksaan yang amat pedih, juga akan didatangkan kepada kamu jika tidak percaya kepada Dia," tutur Nabi Nuh a.s. kepada kaumnya.
Kemudian, setelah kaum kafir mendengarkan penuturan Nabi Nuh itu, mereka menghantam sang Nabi dengan palu, dan memerintahkan budak-budaknya untuk melempari Nabi dengan batu.
Untungnya, pada saat insiden itu, isteri Nabi Nuh datang dan berusaha menolong suaminya. "Jangan kamu palu dia, karena ia itu orang gila, apakah akan didengarkan kata-katanya?" katanya.
Orang-orang kaya dari kaum Nuh berkata, "Jika Engkau kasihan terhadap suamimu, enyahkanlah ia dari pertemuan ini, dan bencilah ia apabila mendengarkan kata-katanya yang tidak berguna itu." Dan salah seorang dari mereka berkata. "Sesungguhnya dia itu orang gila. Ingkarilah oleh kalian terhadap dia."
Nabi Nuh as. sedih terhadap perkataan isterinya yang mengatakannya gila. Nabi Nuh pun mengadu kepada Allah SWT, "Ya Tuhanku, bahwasanya Engkau juga Tuhan yang amat mengetahui terhadap keadaan hamba-Mu yang teraniaya oleh kaumku, maka aku meminta pertolongan kepada-Mu. Engkau juga Tuhan yang sebaik-baik pemberi pertolongan."
Nabi Nuh a.s. kemudian didatangi oleh Jibril a.s., katanya kepada sang Nabi, "Hai Nabi Nuh, kembalilah engkau dari mereka; pulanglah ke rumahmu bahwa Tuhan semesta alam menyampaikan salam kepadamu. Yang dipinta oleh hamba-Nya itu telah diperkenankan. Inilah anugerah Tuhanmu kepada kamu. Biji pohon di dalam sorga ini tanamlah olehmu. Sebelah cabangnya nanti adalah zamrud."
Nabi Nuh a.s. pun menuruti apa yang diperintahkan oleh Malaikat Jibril itu. Dan memang, sebagian dari cabang pohon yang telah ditanamnya tumbuh zamrud yang hijau warnanya,
Selama empat puluh tahun Nabi Nuh a.s. selalu berada di dalam rumahnya; tidak lagi berdakwah terhadap kaumnya. Lalu setelah itu, pohon itu pun tumbuh sekitar seratus gaz’ panjangnya dan besar pohon itu pun hampir sama panjangnya. Tumbuhnya pohon unik itu menjadi buah bibir di kalangan kaum Nuh a.s.
Mereka pun bertanya kepada Nabi Nuh a.s., "Dari mana engkau peroleh benih pohon ini".
Nabi pun menyahut, "Pohon inilah yang akan melepaskan kami dari siksaan Allah Ta’ala yang akan diturunkan terhadap kamu sekalian, karena karnu tidak percaya terhadap Dia." Mereka pun tertawa-tawa mendengar penjelasan dan Nabi Nuh a.s. ini.
Sementara itu, di muka bumi komunitas orang-orang kafir semakin meluas; di belahan bumi barat dan timur. Sang Nabi mengadu kepada Allah SWT, "Ya Tuhanku, telah penuhlah atas bumi ini dari orang-orang kafir, kemudian mereka memainkan ajaran yang aku diberikan, dan tidaklah mereka menuruti seruanku. Makin bertambah saja kekafiran mereka kepada-Mu. Dan setelah ia melalaikan dari jalan kebenaran, maka janganlah Kau tinggalkan di bumi ini seorang juga dari orang-orang kafir itu. Ya Tuhanku, Engkau juga Tuhan yang menyiksa orang-orang kafir dan melepaskan orang-orang mukmin dari siksaan. Dan ampuni oleh-Mu dan seluruh hamba-Mu yang percaya kepada-Mu dan aku sebagai nabi."
Jibril kemudian mendatangi Nabi Nuh a.s., dan mengatakan, "Salamullah atasmu ya Nuh, firman-Nya kepadamu, yaitu buatlah olehmu sebuah bahtera".
"Siapakah yang akan membuatnya, dan bagaimana cara membuatnya?" tanya Nabi Nuh.
"Tuan carilah orang yang tahu mengenai pelayaran. Maka pohon kayu yang Tuan tanam itulah yang akan Tuan buat sebagai bahan. Dan cabangnya yang dari zamrud itu jadikanlah sebagal tiang-tiangnya," ujar Jibril.
Allah SWT mendatangkan tukang-tukang pembuat perahu yang berjumlah empat orang kepada Nabi Nuh. Keempat orang ini sanggup mengerjakan pembuatan bahtera. Namun, mereka mensyaratkannya agar dinikahkan terlebih dahulu. Nabi Nuh menyanggupi permintaan mereka. Di lain pihak, sang Nabi cukup bingung untuk mencarikan calon isteri-isteri mereka, karena Nabi Nuh hanya memiliki seorang anak perempuan saja. Sebagai tanda persahabatan, keempat orang tukang itu dijamu oleh Nabi untuk makan terlebih dahulu sebelum dipersilakan pulang. Dan beliau meminta kepada mereka untuk datang lagi dua hari kemudian. Setelah beres acara makan-makan itu, pulanglah tamu-tamu Nabi Nuh a.s. ke rumahnya masing-masing. Nabi mengantar mereka hingga ke luar rumah.
Aneh, Nabi masuk kembali ke dalam, dilihat di dalam rumahnya ada empat orang wanita muda yang sangat cantik, dan semua wajahnya mirip wajah anak perempuan Nabi Nuh. Beliau sendiri tidak tahu yang mana anak perempuannya yang sebenarnya. Semuanya mengaku sebagai anak Nabi Nuh as. Sementara itu, hewan-hewan peliharaannya, seekor keledai, kuda dan kucing, lenyap entah ke mana.
Pada hari yang dijanjikan, keempat tukang pembuat perahu datang ke rumah Nabi Nuh. Mereka senang sekali permintaannya untuk dapat menikah dapat terlaksana. Setelah masuk agama Islam, Nabi Nuh a.s. menikahkan mereka. "Kita akan membuat bahtera yang tidak pernah ada orang yang membuat sebelumnya baik dahulu maupun di masa datang. Adakah kalian dapat merencanakannya?" ucap Nabi a.s. memulai pembahasan perencanaan bahtera. Para tukang itu pun menyanggupinya.
Pembuatan bahtera pun mulai dilakukan. Jibril sendiri yang memberikan arahan-arahan kepada Nabi Nuh mengenai bentuk bahtera yang akan dibuat. Pada tiap-tiap papannya dinamakan dengan nama-nama Nabi hingga ada empat ribu tiga ratus empat puluh nabi. Tinggi bahtera itu adalah seribu gaz, lebarnya empat ratus gaz, tujuh tingkat tingginya, dan pintunya ada seratus buah. sedangkan layarnya berjumlah lima puluh buah.
Akhirnya, selesailah pembuatan bahtera tersebut. Bahtera yang masih terhampar di daratan itu menjadi tontonan kaum Nabi Nuh.
Allah SWT berfirman kepada Nabi, "Hai Nuh, katakan kepada mereka bahwa kalian permainkanlah Kami nanti pada waktunya, akan datang kepada kalian bencana yang amat besar dari Tuhan kamu."
Kaumnya menyahut, "Hai Nuh. kau buat bahtera ini sebagai tempat menetapmukah di sini, ataukah kau bawa terbang ke udara?"
"Sesungguhnya Tuhanku yang menyuruhku membuat bahtera ini, dan bahwasanya janji Tuhanku akan menenggelamkan kamu sekalian. Sebentar lagi akan datang siksaan itu kepada kamu," ujar Nabi Nuh a.s.. Mereka pun tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan dari sang Nabi itu.
Waktu berlalu, hingga tibalah masanya persiapan untuk menaiki bahtera. Namun, ternyata masih ada beberapa bagian dari bahtera itu yang belum dilengkapi. Dan harus ditambah persediaan kayu lagi, akan tetapi bahannya sudah habis.
Nabi Nuh pun mengadukan kepada Allah SWT mengenai hal tersebut. "Ya Nuh, suruhlah dari anak cucumu pergi mengambil (kayu) untuk membuat papan itu. Ada sebuah pohon yang sangat besar di tepi Sungai Nil. Tumbangkanlah, kemudian olehmu perintahkan (supaya) dibawa untuk menarik bahtera itu," jawab Allah SWT.
Nabi Nuh lalu menawarkan kepada anak cucunya, siapa yang sanggup menebang pohon itu. "Siapa di antara kamu yang dapat membawakan kemari pohon, kayu yang berada di tepi Sungai Nil?".
Namun tidak ada seorang pun yang menyanggupinya. Seorang di antara mereka mengatakan kepada Nabi bahwa cobalah menyuruh Ajal untuk menebang pohon itu. Ketika ditanyakan kepada Ajal, oleh Nabi Nuh, ia pun menyanggupinya. Meskipun ia akan diberi upah, namun Ajal hanya meminta barang sekadar makanan saja. Nabi Nuh pun memberinya tiga buah kue (semacam) apem sebagai bekal.
Diberi kue sebanyak itu, Ajal malah tertawa, katanya, "Ya Nabi Allah, makanan hamba untuk sehari lima puluh buah apem banyaknya, maka apa jadinya tiga buah apem yang akan diberikannya itu padaku. Tentunya tidak akan mengenyangkan perutku."
"Hai Ajal, jangan engkau ringankan mengenai apem ini yang kekuatannya lebih dari tiga ratus apem, makanlah olehmu apem itu, tetapi hendaklah engkau sebut terlebih dahulu ‘BismiIlahir-Rahmaanir-Rahiim’," Nabi Nuh meyakinkan. Benar saja, baru saja sebuah kue yang dimakan oleh Ajal, ia pun langsung kenyang. Lalu pergilah ia untuk mengemban tugas dari Nabi Nuh ini.
Di pinggir Sungai Nil, Ajal mulai menebang kayu. Hasil tebangannya, ia bawa sendiri ke hadapan Nabi Nuh. Dalam perjalanan normal, perjalanan itu dapat ditempuh selama sebulan, namun Ajal bisa menempuhnya hanya dalam waktu lima hari.
Selesailah sudah dengan sempurna bahtera raksasa Nabi Nuh. Orang-orang kafir tidak hanya menertawakan bahtera tersebut, bahkan mereka membuang kotorannya di atas bahtera. Nabi Nuh tidak kuasa melarang mereka, karena sangat banyaknya mereka yang membuang hajat di situ.
Suatu hari, ada seorang yang cacat dan berpenyakit yang hendak membuang hajat di atas bahtera Nuh. Sambil merangkak, ia menaiki bahtera. Ketika sudah sampai di atas bahtera,, ia terjatuh, dan terjerembab tepat di atas kotoran tinja. Atas kehendak Allah SWT, orang itu sembuh. Kini ia dapat berjalan normal kembali, dan kulitnya pun menjadi bersih.
Setelah kejadian itu, gemparlah negeri Nabi Nuh dengan munculnya isu mengenai ‘khasiat’ dari kotoran manusia yang berada di atas bahtera Nabi Nuh. Berbondong-bondonglah orang mendatangi bahtera itu untuk mengambil kotoran manusia bagi penyembuhan penyakit-penyakit mereka.
Di satu hari, empat orang tukang pembuat bahtera datang bertamu ke rumah. Nabi Nuh a.s..
Nabi menanyakan mengenai perangai isteri- isteri mereka. "Ya Nabi Allah, adapun anak Tuan itu sangat indah parasnya, tetapi tingkahnya seperti keledai," jawab salah seorang di antara mereka.
"Ya Nabi Allah, anak Tuan itu terlalu indah rupanya, tetapi kalau marah tingkahnya seperti tingkah kucing, hendak menampar dan menggigit," jawab seorang yang lain.
"Ya Nabi Allah, anak Tuan itu terlalu baik parasnya, lagi amat bijaksana, namun ketika ia marah, ia akan menendang dan menggigit seperti perangai kuda," jawab yang lainnya.
"Ya Nabi Allah, anak Nabi itu sempurna akalnya lagi sabar dan murah. Satu pun tidak tercela," kata yang terakhir
"Jika demikian, yang terakhir itulah anakku, dan yang tiga orang lainnya itu dengan kudrat Allah Ta’ala-lah yang menjadikannya sebagai seorang manusia," ucap Nabi Nuh a.s.
Beberapa bulan kemudian, turunlah firman Allah SWT kepada Nabi Nuh a.s. yang berisi perintah kepadanya untuk mengunjungi Baitul Makmur. Disebabkan, Allah akan mengangkat Baitul Makmur tersebut ke langit untuk menghindarkannya dari terendam banjir.
Di tempat ibadah ini, Nabi dan kaumnya menangis pilu kepada Allah SWT. Jibril mendatangi Nuh a.s. untuk menyampaikan firman Allah SWT, Katanya, "Salamullah atasmu ya Nabi Allah, firman-Nya, rawatlah oleh Tuan sakinah Adam, dan bawalah ke bahteramu, yaitu pakaian Nabi Adam, Hawa, Nabi Syis dan Nabi Idris serta seluruh bekas perkakas rumahnya yang masih ada. Itu semua ditaruh di dalam suatu peti besar yang dinamakan tabut sakinah. Ya Nuh, himpunkan olehmu segala bibit pohon yang ada di bumi, binatang liar, dan binatang jinak, naikkaniah ke atas bahteramu."
Pada lantai pertama dari bahtera Nuh, disediakan untuk rerumputan, lantai kedua untuk manusia, binatang jinak pada lantai ketiga, binatang liar pada lantai keempat, binatang buas pada lantai kelima, dan biji-bijian disimpan di lantai ketujuh. Persiapan pelayaran terus dilakukan. Nabi Nuh memasak makanan apem sebagai bekal di perjalanan. Saat makanan tengah dimasak, terdengar bunyi mendidihnya yang keras, konon, itulah pertanda bencana banjir yang akan segera datang.
Kini seluruh binatang, biji-bijian, rerumputan, seluruhnya amat sangat banyaknya, dan orang-orang mukmin siap menaiki bahtera Nuh. Ada satu binatang yang tidak naik, yaitu Khar. Binatang ini sebenarnya adalah Iblis. Namun nabi Nuh menyuruhnya untuk naik juga, ia pun bersedia naik ke bahtera. Isteri Nabi Nuh, Wafilah, dan anaknya, Kan’an, juga disuruh untuk menaiki bahtera, namun sayang, mereka enggan pergi bersama ayahnya dan orang-orang mukmin.
Keduanya menyahut, "Tidaklah kami akan menaiki bahtera beserta Anda , kami akan naik ke atas bukit, niscaya terpeliharalah kami dari terendam air."
Hujan yang sangat deras mulai mengguyur bumi. Bumi terbelah mengeluarkan air yang begitu derasnya pula. Saat itu adalah tanggal 9 Rajab. Dan pada waktu Nabi Nuh berumur 600 tahun.
"Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mataair-mataair, maka bertemulah air-air itu untuk satu urusan yang sungguh telah ditetapkan. Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dan papan dan kayu.” (Q.S. 54: 11-13).
Dalam Surat yang lain dinyatakan: "Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah.” (Q.S. 71:25).
Ajakan dari Nabi Nuh itu tetap ditolak oleh anaknya Kan’an. "Aku akan naik dengan mereka ke atas bukit, maka terhindarkanlah aku dan terendam air," kata Kan’an.
Gelombang besar telah memisahkan mereka. Akhirnya, air sudah mencapai puncak bukit dan kemudian menenggelamkannya Menyaksikan kejadian itu, Nabi Nuh menyesali diri.
Munajatnya kepada Allah SWT, “Ya Tuhanku, sesungguhnya janji Mu-lah yang sebenarnya. Telah menyesallah hatiku menyaksikan keadaan anak cucuku yang telah tenggelam. Maka tidaklah dapat bersabar hamba-Mu, ya Tuhanku. Ya Tuhanku, jika kiranya Engkau kembalikan penghuni rumahku, dan isteriku, dan anak cucuku kepadaku maka sesungguhnya janji-Mu juga yang sebenarnya dan Engkau juga yang Maha Benar dan Engkau Tuhan vang Maha Pemberi Hukuman dan segala yang menghukum yakni yang Maha Tahu dari segala yang mengetahui."
Allah SWT menjawab, "Hai Nuh, bahwasanya mereka itu adalah bukan dari penghuni rumahmu, sesungguhnya mereka melakukan pekerjaan yang tidak baik, maka bukanlah ia dari anak cucumu. Adapun mereka yang percaya terhadap Aku itulah, yang merupakan termasuk anak cucumu. Maka janganlah kautanyai kepada-Ku terhadap apa-apa yang tidak engkau ketahui tentang hal itu. Dan Kuciptakan engkau, (maka) hendaklah engkau jangan termasuk orang yang bodoh”.
Nabi Nuh a.s. merasa bersalah atas munajatnya tersebut, ia pun memohon ampunan. “Bismillaahi majreha wa mursaha inna Rabbi laghafuururrohiim”.
Riwayat Lahirnya Babi, Tikus, dan Kucing
Bahtera yang membawa orang-orang mukmin dan makhluk-makhluk lainnya berlayar dengan tempat tujuan yang belum pasti. Sementara itu disebabkan oleh banyaknya makhluk hidup di atas bahtera, dan pengaturan pembuangan kotoran manusia dan binatang yang tidak memadai, akhirnya di atas bahtera dipenuhi oleh kotoran para penumpangnya. Nabi Nuh pun memohon kepada Allah SWT untuk menghilangkan kotoran yang menumpuk itu.
Melalui Jibril, Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Nuh untuk menyapu dahi seekor gajah. Setelah diikuti perintah itu, keluarlah dari belalai tersebut sepasang babi. Oleh binatang itu, kotoran-kotoran di dalam bahtera dimakannya. Para pengikut Nabi Nuh keheranan menyaksikan takdir Allah yang demikian. Namun oleh Iblis, yang ikut di dalam bahtera itu, bagian belakang dari babi itu disapunya. Lalu muncullah dari hidung babi tersebut sepasang tikus Tikus-tikus itu ternyata menggerogoti papan-papan bahtera dan barang-barang yang ada. "Dari mana sebab datangnya semua ini dihabisi seluruh isi bahtera ini," ujar Nabi Nuh heran.
Jibril mendatangi beliau, dan mengatakan, "Iblislah yang empunya kerjaan itu. Disapunya bagian belakang babi, kemudian keluarlah binatang itu, ya Nuh. Sapulah oleh Tuan bagian belakang harimau itu, niscaya dikeluarkan oleh Allah Ta’ala binatang yang membunuh tikus itu”.
Benarlah, tatkala Nabi mengusap bagian belakang harimau, maka keluarlah sepasang kucing yang kemudian segera memburu tikus-tikus sebagai makanannya. Demikianlah, sejak kejadian itu, tikus dengan kucing menjadi bermusuhan.
Nabi Nuh a.s. penasaran terhadap perbuatan Iblis, maka ia pun bertanya kepadanya, "Apa sebabnya engkau sapu bagian belakang babi itu, adakah firman Allah terhadap hal yang demikian itu?"
Iblis menyahut, "Kulihat Tuan menyapu belalai gajah, maka dikeluarkan oleh Allah Ta’ala sepasang babi. Maka kusapu pula bagian belakang babi, maka Allah mengeluarkan tikus. Bahwa kehendak Tuan pun dikabulkan, dan kehendak aku pun dikabulkan juga oleh Allah Ta’ala."
"Siapa yang menyuruh engkau naik ke atas bahtera ini beserta kami?" tanya Nabi Nuh kepada Iblis.
"Bahwasanya yang menyuruhku itu keinginan diriku sendiri juga. Telah berpuluh-puluh laksa2 kaumu hingga tidak terbilang banyaknya, dan mereka, menurutku, mereka dibinasakan oleh Allah Ta’ala karena sebab Tuan. Maka keinginan hamba hendak membinasakan seluruh isi bahtera ini., padahal hamba mengetahui tidaklah dapat melewati takdir Allah Ta’ala," jawab Iblis.
Nabi Nuh marah dan mengusir iblis ketika mendengar pengakuannya. "Mengapa sekarang Tuan mengusir, sedangkan dahulu Tuan suruh naik kepada binatang khar itu?" sergah iblis.
Nabi Nuh berada di dalam bahtera dimulai tanggal 9 Rajab hingga 10 Muharam. Di bulan Muharam itu, datanglah Jibril kepada Nabi Nuh, dan mengatakan, “Salamullah atasmu ya Nuh, telah jauhlah engkau dari orang- orang kafir, dan telah sejahteralah engkau terhadap kebinasaan seperti firman Allah Ta’ala: ‘Hai Bumi telanlah olehmu air itu. Dan, hai langit, tahanlah olehmu air itu’."
Maka redalah air hujan. Kemudian bahtera bertawaf, tujuh keliling di Ka’bah. Setelah selesai, rombongan melaju ke arah wilayah Syam. Daerah-daerah perbukitan yang ada di bumi telah dilaluinya. Bahtera kini berada di atas bukit Yudiy (Yudiy adalah salah satu bukit yang terletak di wilayah Armenia bagian selatan, berbatasan dengan Mesopotamia). Perlahan-lahan air pun mulai surut.
Firman Allah kepada Jibril, “Hai Jibril, belahlah olehmu bumi supaya cepat surut airnya, karena hamba-Ku, Nuh, dengan orang-orang yang menyertainya itu bertahan di dalam bahtera”.
Jibril pun menuruti apa yang Allah perintahkan itu. Dengan sayapnya ia membelah bumi sehingga terbentuklah tujuh samudera lautan yang sangat dalam hingga ke lapisan ketujuh dari bumi. Kemudian sampai kepada tempatnya ikan Nun yang bernama Bahrul Qudrat. Beberapa hari kemudian air pun mulai surut. Ketika air sudah, surut, Bahtera Nuh berlabuh di atas bukit Yudiy.
Mengapa Itik Tidak Bisa Terbang dan Burung Merpati Jinak?
Nabi Nuh menyuruh hewan itik agar melihat keadaan surutnya air. Sang itik sangat senang mendapat perintah demikian. Namun ia hanya terbang kesana-kemari tidak karuan, sehingga si itik melupakan perintah dari Nabi Nuh a.s. Sementara itu, Nabi tetap bersabar menanti kedatangan itik, namun hewan ini tidak juga datang. Kemudian Nabi pun menyuruh burung merpati untuk memeriksa surutnya air.
Tatkala merpati melihat merah kakinya yang direndam di air, barulah ia dapat mengetahui bahwa air sudah surut. Lalu dilaporkanlah apa yang sudah diperiksanya itu.
Nabi senang atas kerja dari burung merpati, ia pun memanjatkan do’a kepada Allah "Ya Tuhanku, kiranya Kaujinakan burung itu kepada manusia, dan manusia pun mengasihi kepadanya, dan peliharalah burung itu oleh mereka."
Sementara itu, beberapa hari kemudian datanglah itik kepada Nabi Nuh. Nabi cukup marah melihat kedatangan itik, ucapnya, "Hai hewan itik, kiranya akan diambil oleh Allah kekuatan sayapmu untuk terbang dan adalah engkau mencari kehidupanmu pada tempat-tempat yang kotor di tempat bawah manusia."
Oleh karena itu, sejak saat itulah itik tidak lagi bisa terbang tinggi, sedangkan burung merpati menjadi jinak.
Pembuatan Khamar Pertama oleh Iblis
Dengan surutnya air, rombongan Nabi Nuh mulai turun dari bahtera. Kemudian Jibril datang, dan berujar, "Ya Nabi Allah, keluarkanlah oleh Tuan segala benih pohon buah-buahan itu, kemudian tanamlah oleh tuan."
Seluruh biji pohon sudah dikumpulkan, namun Nabi Nuh tidak mendapati biji anggur. Ketika ditanyakan kepada Jibril mengenai kehilangan itu, dijawabnya bahwa biji tersebut telah dicuri oleh iblis, dan Nabi Nuh disuruh mengambilnya kembali.
Nabi Nuh pun menemui Iblis dan memintanya kembali biji anggur yang telah dicurinya. Namun Iblis mengelak dari tuduhan itu. Nabi sendiri bersikukuh bahwa iblislah yang mencuri anggur, karena Allah-lah yang memberitahunya Akhirnya Iblis pun mengakuinya.
Setelah minta perjanjian kepada Nabi Nuh agar ia ikut menyiram (memanen)-nya setelah Nabi menyiramnya dua kali, maka ia akan mengembalikan barang curian itu. Nabi pun menyanggupinya. Nabi Nuh menanam benih anggur yang sudah dikembalikan oleh iblis, dan menyiramnya (memanen) dua kali.
Giliran Iblis yang mengurusi pohon anggur selanjutnya. Namun iblis menyirami pohon anggur itu dengan air kencingnya sebelum tumbuh, dan dengan darah babi dan anjing setelah mulai tumbuh tinggi. Oleh karenanya, orang yang meminum anggur yang memabukkan, maka perangainya seperti babi dan anjing. Sehingga orang yang meminum arak, dirinya akan menjadi sombong dan menjadi jahat. Oleh karena itulah, Allah mengharamkan meminum arak.
Setelah selesai keinginan Iblis untuk memanen anggur dengan ‘gayanya’ sendiri, ia menghadap kepada Nabi Nuh. Nabi Nuh mengajukan pertanyaan, "Ya Iblis, dengan air apa kausiramkan pohon anggur itu?" Iblis menyahut,
"Ya Nabi Allah, telah kusiramkan dengan darah babi dan anjing. Bahwasanya keinginan Nabi Allah pun dilaksanakan, dan kehendakku pun terlaksana, yaitu dengan dikabulkannya seperti sekarang, dan tiadalah dapat berdusta hamba kepada tuan. Maka tanyalah kepada hamba apapun yang Tuan inginkan, dan tidak dapat tidak hamba akan katakan apapun yang sebenarnya”.
Iblis Membuka Rahasianya
"Hai Laknatullah, apa kesalahanku kepadamu maka engkau mendengki kepadaku, dan kepada anak cucu Nabi Adam, karena kulihat engkau ini lain dari apa yang diucapkan, dan hendak menimpakan kejahatan seperti orang yang mendengki," kata Nabi Nuh.
Iblis menyahut, "Bahwasanya aku tidak dapat durhaka kepada engkau, dan tidak berhasil tipu dayaku terhadap engkau dan para nabi Allah. Hanya saja, selain dari itu, dapat kuceritakan bahwa orang yang tidak berhasil terpedaya olehku adalah orang yang sangat ikhlas dan takut hatinya kepada Allah Ta’ala. Sesungguhnya telah kupinta do’a kepada Allah Ta’ala, dan telah dikabulkan Allah Ta’ala permohonanku itu hingga hari kiamat, dan telah berapa ratus ribu dari makhluk-makhluk yang dimatikan oleh Allah Ta’ala tetap dalam kekafirannya agar penuh neraka dengan mereka ini. Demikian itulah yang dikehendaki olehku."
Nabi Nuh a.s. menangis ketika diceritakan hal itu. Beliau menangisi nasib umatnya kelak yang akan banyak dijerumuskan oleh iblis ke dalam neraka. Iblis kembali berkata, "Hai Nuh, engkau bernama Syakirin yang artinya pandai bersyukur, itulah maka tidaklah dapat aku mendekatimu dan tidak dapat aku berdusta kepadamu, karena engkau bapak dari segala anbiya ‘alaihimussalaam."
Nabi Nuh menanggapinya, “Hai laknatullah Ta’ala atas kepalamu, kutukannya kepadamu oleh karena apa? Sehingga engkau bekerja membuat bencana terhadap anak cucu Nabi Allah Adam ‘alaihissalam, dan karena apa engkau mengajak kepada Nabi Adam a.s. sedangkan tidak seorang nabi pun yang berbuat jahat kepadamu. Kemudian kau tipu Nabi Adam, dan kau suruh ia memakan buah pohon yang dilarang untuk memakannya oleh Allah Ta’ala. Sehingga menjadi turunlah ia ke bumi dari tempat sebelumnya yang mulia.”
Iblis menyahut, "Tidakkah Tuan mengetahui bahwa oleh sebab Adamlah maka aku terkena laknat Allah. Oleh sebab itulah maka kuminta kepada Allah Ta’ala empat perkara yang kukenakan kepada anak cucu Adam. Pertama, saling mendengki di antara mereka. Kedua, tamak dan mengambil harta sesamanya dengan cara yang tidak benar. Ketiga, membesarkan dirinya, dan mengangkat dirinya dengari sikap takabur dan dusta. Keempat, kikir; karena sikap inilah yang terbanyak akan memenuhi api neraka."
Nabi Nuh berujar, "Hai Iblis, sesungguhnya engkau dimurkai Allah Ta’ala itu dikarenakan engkau mengabaikan perintah Tuhanmu Yang Maha Tinggi dan Maha Besar. Dan tidak karena perbuatan Nabi Adam atau perintahnya, sedemikian sehingga engkau menjadi kena laknat. Jika ada yang lain sebelumnya dari hal ini, katakan olehmu kepadaku supaya dapat kuketahui."
Iblis menjawab, "Ketahuilah olehmu Nuh, beberapa ratus tahun aku berbakti kepada Allah Ta’ala hingga kemudian aku sampai ke langit lapisan ketujuh. Kemudian aku bermohon pula kepada Allah Ta’ala untuk turun ke bumi untuk berbuat kebaktian bersama malaikat yang menyertaiku”.
"Beberapa ratus tahun aku sujud kepada Allah Ta’ala dengan segenap pengabdianku dan sikap takutku kepada Dia. Kemudian aku beserta para malaikat yang menyertaiku, diperintahkanlah oleh Ta’ala untuk sujud kepada Adam. Kemudian datang bencana bagiku bahwa di dalam hatiku tidak mau sujud kepada Adam. Maka dimurkailah aku oleh Allah Ta’ala dengan turunnya laknat. Akulah yang pertama yang mendengki dan akulah yang pertama kalinya pula menyombongkan diri terhadap Adam. Sehingga kulalaikan perintah Allah Ta’ala dengan tidak mau sujud kepada Adam disebabkan oleh sikap takaburku. Kukatakan terhadap diriku bahwa aku melebihi daripada Adam. Maka sejak hari itulah jatuh laknat atas kepalaku, disebabkan oleh perkataanku kepada Tuhanku, ‘Kauciptakan aku dari cahaya api, dan Kauciptakan Adam dari tanah. Sehingga tidaklah harus cahaya bersujud kepada yang kelam itu!”.
"Dalam perkataanku menyatakan bahwa akulah yang terbaik daripada Adam, kemudian tiba-tiba jadilah aku lebih jahat darinya dengan memperoleh murka dan laknat, sebab menyombongkan diriku kepadanya dan mendengki terhadap dia. Oleh sebab itulah, maka aku dikeluarkan oleh Allah dari kelompok para malaikat yang banyak itu. Demikianlah, tidak ada dosaku satu pun kepada Allah Ta’ala yang lain kecuali itu. Selanjutnya kuperbuat bencana kepada Adam dengan kutipu dia. Kusuruh memakan buah khuldi pohon yang dilarang oleh Allah Ta’ala kepada Adam untuk memakannya. Kataku kepada Adam bahwa jika engkau memakan buah pohon ini, niscaya kekallah engkau di dalam sorga ini, kemudian diturutinya perkataanku itu”.
"Setelah dimakan buah itu oleh Adam dan Hawa, disebabkan oleh rakusnya untuk mengharapkan tidak mati sekalipun, maka keluarlah ia dari dalam sorga. Kemudian ditemui oleh mereka duka cita dan kejahatan serta kematian di dalam dunia ini. Dan telah diturunkan ketetapan terhadap aku bahwa neraka sebagai tempatku selama-lamanya”.
"Ketika Allah Ta’ala menciptakan sorga Jannatul Firdaus dengan segala tanaman dan sungainya dan berbuahlah seluruh pepohonan itu dengan tidak berkesudahan. Maka firman Allah Ta’ala kepada sorga, ‘Sesungguhnya Kudapatkan engkau haram atas semua orang yang kikir dan takabur masuk kepadamu, dan enggan (merindukan) kepadamu’. Oleh karena itulah yang terbanyak masuk ke dalam neraka itu orang yang kikir dan takabur’.
Setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Nabi Nuh itu, Iblis pun memberi salam dan pergi meninggalkan Nabi.
Mendengar pengakuan dari Iblis itu, semakin mendalamlah kesedihan Nabi Nuh. Kemudian turun firman Allah kepadanya, melalui Jibril, "Hai Nuh, turunlah engkau dari bahteramu penuh dengan kesejahteraan, dan Kami beri berkah atasmu dan umat yang menyertaimu, dan seluruh umat yang kemudian dari golonganmu akan Kami anugerahi mereka kesenangan. Kemudian, akan Kami rasakan kepada mereka siksaan yang amat pedih di negeri akhirat (jika mereka durhaka). Hai Nuh, buatlah olehmu sebuah mesjid sebagai tempatmu beribadah kepada Aliah Ta’ala dari kayu bahteramu itu".
Mesjid pun segera dibuat oleh Nabi dan delapan puluh orang laki-laki yang menyertainya. Diceritakan bahwa tiga orang putra Nabi Nuh. Yafiah menurunkan anak cucunya menjadi bangsa Habsyah dan Hindustan; Syam menjadi bangsa ‘Azam, Masqulan, dan Turki; sedangkan Ham menjadi bangsa Romawi dan Arab.
Pada umur 1000 tahun, Nabi Nuh wafat. Sebelum wafatnya, beliau berwasiat kepada anak cucunya, "Hai seluruh anak cucuku, bahwasanya kulihat dunia ini seperti suatu rumah juga, kita masuk dari satu pintu, kemudian kita akan keluar dari satu pintu (lainnya). Hanya saja, janganlah engkau ubah janji Allah Ta’ala yang telah mengikat janji dengan kalian. Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak mengubah janji-Nya dengan kamu."
Setelah kepergiannya ke Rahmatullah, semakin menyebarlah anak cucunya ke penjuru dunia. Beberapa lama kemudian, banyak dari mereka yang berbuat durhaka kepada Allah Ta’ala.

Kisah Keluarnya Adam-Hawa dari Surga
 
fg_1600_003
Masuknya Iblis ke dalam sorga untuk memperdaya adam.
          
  Setelah Adam dinobatkan sebagai khalifah, beliau kemudian tinggal dalam sorga Janatul Firdaus bersama istrinya Hawa. Adam berpikir bahwa seluruh pintu sorga begitu kokohnya; tidak mungkin dapat dimasuki oleh Iblis. Di samping itu, katanya dalam hati, bahwa apa kesalahannya terhadap Iblis, lagi pula Iblis sangat jauh dengan dirinya yang berada di bumi, dan Adam as. di sorga.
Iblis senantiasa mencari jalan ingin memperdayakan Adam a.s., hingga membinasakannya. Iblis mulai mencari kesempatan untuk menyesatkannya. Iblis pun pergi dari bumi lapis pertama, menuju sorga yang melalui tujuh lapis langit.
Singkat cerita, iblis telah tiba di depan pintu sorga. Dengan sabar ia menanti terbukanya pintu itu. Tiba-tiba datang ke dekat pintu sorga seekor burung merak. Merak melihat ke luar melalui celah-celah dinding sorga, karena didengarnya ada suara tangisan di sana.
"Siapa engkau ini?" tanya merak.
"Aku ini seorang malaikat di antara para malaikat yang banyak. Dan aku sangat ingin bertemu dengan engkau," jawab Iblis.
"Mengapa engkau duduk di sini. Apa dayamu hendak bertemu dengan aku ini?" tanya merak lagi.

"Marilah engkau berdiri di pintu sorga ini, agar diajari padamu suatu do’a. Dan adalah do’a yang hendak kuajarkan ini tiga hal khasiatnya akan dianugerahkan oleh Allah Ta’ala kepada siapapun yang mengamalkannya. Pertama, muda selama-lamanya; kedua, tidak mati selama-lamanya; dan ketiga, ia tidak akan keluar sorga selama-lamanya," ujar Iblis.
"Aku tidak dapat membuka sorga, pintu sorga ini dikunci oleh Malaikat selama Adam di dalam sorga," tandas merak.
“Bicarakan juga olehmu mengenai (caranya) membuka pintu sorga," kata Iblis lagi.
Kemudian burung merak itu berlalu untuk memberitahukan kepada penghuni sorga yang lain mengenai kejadian yang telah dialaminya itu. Kebetulan makhluk pertama yang ditemuinya adalah ular. Setelah diberitahu, ular pun segera menghampiri ke dekat pantu sorga. Ternyata di luar, Iblis tengah menangis, maka ular pun menengokkan kepalanya ke luar melalui celah-celah dinding.
Melihat ada yang memperhatikan tingkah Iblis, ia pun bicara, "Hai ular, pelajarilah olehmu apa-apa yang berasal dari aku (berupa) do’a ini, agar engkau terhindar dari bahaya kejahatan, serta aku minta janji darimu untuk membawaku ke dalam sorga ini."
Ular menegaskan, "Aku tidak dapat membuka pintu sorga ini selama Adam berada di dalamnya, karena sorga ini dikunci oleh Malaikat, dan kuncinya berada pada dia."
"Aku tidak bisa menjejakkan kakiku (ke dalam) sorga, melainkan (hanya) pada pintu sorga ini. Tetapi bukalah mulutmu supaya aku dapat masuk ke dalam mulutmu," kata Iblis.
Gumam ular dalam hatinya, "la tidak akan dapat masuk ke dalam mulutku."
Ular pun akhirnya mau mengangakan mulutnya. Iblis segera melompat masuk ke dalam mulut ular. Iblis meminta kepada ular, "Hai ular, bawalah aku olehmu ke pohon khuldi itu."
Setelah sampai di tujuan, Iblis segera ke luar, dan duduk di pohon itu. Untuk menarik perhatian penghuni sorga, ia menangis dengan kerasnya. Terkejutlah para penghuni sorga yang mendengar suara tangisan tersebut. Disebabkan tidak pernah ada sebelumnya yang menangis di dalam sorga. Para Bidadari yang mendengarnya segera mendekati ke arah suara tangisan. Hawa, dari kejauhan melihat para Bidadari tengah berkerumun, ia pun mendekati mereka, seraya berkata, "Ada apa dengan kaiian berkerumun seperti ini?"
Sahut bidadari’itu, "Pada ular ini terdapat seseorang di dalam mulutnya. Siapakah ia, tidak ada seorang pun dari kami yang mengetahui."
Mengetahui ada Hawa di depannya, Iblis memalingkan wajahnya ke arah Hawa.
Hawa bertanya kepada Iblis, "Hai Orang Tua, siapa Engkau, dan dari mana datangmu, dan apa yang Engkau tangiskan itu?"
Jawab Iblis, "Hai Orang Muda, sesungguhnya aku ini (berasal) dari malaikat, dan yang aku tangiskan itu karena engkau akan dikeluarkan oleh Allah Ta’ala dari dalam sorga ini. Jika engkau hendak kekal di dalam sorga ini, makanlah olehmu buah pohon ini, niscaya tidaklah engkau akan keluar lagi di dalam sorga ini selama-lamanya." Lanjutnya, "Aku yang menunjukkan tempat pohon itu. Makanlah olehmu buahnya. Sesungguhnya jika engkau makan itu, niscaya kekallah engkau di dalam sorga ini. Tidaklah engkau ke luar dari dalamnya."
Tegas Hawa, "Aku dilarang oleh Allah Ta’ala dan memakan buah pohon itu. Bagaimana engkau ini, menyuruh aku untuk memakan buah pohon itu?"
"Ketahuilah olehmu bahwa itulah hikmah Allah hendak mengeluarkan engkau ke dunia lagi Engkau akan dijadikan tua oleh-Nya, jadi buruklah rupamu. Jika kau makan buah pohon itu, tidaklah engkau (akan) merasakan kejahatan lagi," bujuk Iblis mulai berupaya menyesatkan bangsa manusia. Seraya bersumpah dengan nama Allah dan beberapa sumpah yang besar-besar.
Hawa mulai luntur keyakinannya terhadap perintah Allah untuk tidak memakan buah khuldi. la mulai berpikir bahwa orang ini telah bersumpah dengan nama Allah Ta’ala yang Maha besar, tentunya karena ingin menunjukkan jalan kebaikan kepadanya. Dan dia (iblis) bersumpah kepada keduanya,
Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua". (Q.S. 7:21)
Akhirnya, Hawa pun berhasil dibujuk oleh iblis. Diambilnya tiga buah pohon khuldi yang dilarang itu. Satu telah dimakannya, sedangkan sisanya akan diberikan kepada suaminya, Adam a.s.
Tatkala diberikan kepada Adam as., ia pun bertanya: "Buah apa ini"
Sahut Hawa, "Inilah buah dari pohon yang dilarang oleh Allah Ta’ala itu. Tuan hamba, makanlah satu (saja). Hamba makan sebuah"
Adam bertanya lagi, "Bagaimana rasanya buah ini?"
"Amat baik cita rasanya," jawab Hawa.
"Aku tidak mau memakannya," ujar Nabi Adam a.s..
“Hamba sudah makan itu. Mengapa Tuan hamba tidak mau memakannya," bujuk Hawa.
"Karena aku sudah bersetia dengan Tuhanku, tidak boleh, bahwa aku dilarang memakan buah pohon itu, maka tidaklah aku mau mengabaikan perintah Tuhanku," tegas Nabi Adam a.s.
Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat. (Q.S. 20:115)
Hawa mencari akal agar Nabi Adam a.s. dapat memakan buah khuldi. Dicobanya satu cara yang dianggapnya bakal berhasil, yaitu dengan memberi khamar’ kepada Nabi Adam a.s.. Setelah diminum oleh Adam a.s., membuatnya menjadi lupa terhadap janji setianya kepada Tuhan mengenai larangan memakan buah khuldi. Hatinya pun tertutup. Mulailah diambil buah khuldi itu dari tangan Hawa. Adam a.s pun memakannya. Namun, baru saja sampai di kerongkongannya, maka terlepaslah mahkota yang dikenakan di kepalanya; jatuh, lalu terbang. Selurun perhiasan Adam dan Hawa pun tiba-tiba terlepas dan tubuh keduanya, lenyap tidak berbekas. Kursi kebesaran adam yang terbuat dari emas dengan bertahtahkan ratna-mutumanikam pun lenyap Lalu tubuh mereka kini tanpa busana sama sekali.
Maka keduanya memakan dari buah pohon itu. lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) sorga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. (Q.S. 20:121)
Lalu keduanya berlari-lari melihat kepada satu pohon yang akarnya terbuat dari zamrud, dan seluruh cabangnya dari emas, dedaunannya terbuat dari sundusin dan astabraqin. Adam pun berdo’a, "Ya Tuhanku, baik sekali pohon ini, indah nian rupanya. Kau anugerahkanlah kiranya kepada hamba-Mu ini."
Namun Allah SWT belum memperkenankan permintaannya itu. Lalu Adam mencari pohon lagi. Kali ini ia menjumpai sebuah pohon yang bernama Al-Jabbar. Namun, pada saat akan mengambil daunnya, si pohon tersebut tiba-tiba meninggikan dirinya. Ada lagi pohon yang bernama Ud. Adam meminta kepada pohon itu dedaunannya. Pohon Ud pun memberikan sebagian dedaunannya. Namun, terdengar suara: "Hai pohon-Ku, Ud, pertolonganmu itu akan sia-sia, karena yang kau tolong itu (telah) mengabaikan perintah-Ku."
Pohon Ud pun meninggikan dirinya. Sedangkan Adam dan Hawa berlari-lari di dalam sorga karena sangat kalutnya Ketika Adam dan isterinya tengah berlari-lari ketakutan, terdengar suara menyahutnya, "Hai Adam."
Namun Adam tidak menanggapinya. Dua kali lagi sahutan suara itu muncul. Lalu Jibril menyeru kepada Adam, "Hai Adam. Tuhanmu memberi firman kepadamu. Mengapa engkau tidak menyahut."
Lalu muncul lagi suara lain: "Larilah engkau dari-Ku."
Adam memelas sedih, "Malu sekali hamba ke hadirat-Mu, ya Tuhanku."
Allah berfirman, "Adam. tidakkah sudah Kutegaskan padamu bahwa jangan kau makan buah dari pohon itu. Tidakkah Kuajari kepadamu bahwa Iblis itu musuhmu yang nyata. Maka Adam berucap lirih:
Keduanya berkata, "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi" (Q.S. 7:23)
Adam dan Hawa Diturunkan ke Bumi
Allah SWT kemudian memerintahkan kepada Jibril untuk mengeluarkan Adam dan isterinya, merak, ular, dan Iblis yang masih berada di dalam sorga ke dunia
Mengetahui akan dikeluarkan dari sorga, Adam berdiri dan menyeru-nyeru sambil menangis, karena akan berpisah dengan tempat yang dicintainya itu. Namun apa mau dikata, takdir berbicara lain. Inilah awal dari perjalanan kehidupan manusia selanjutnya yang sangat berliku-liku dan begitu ragam corak dan dinamikanya hingga datang hari kiamat kelak. Sejarah kehidupannya menjadi pelajaran bagi anak cucunya. Kini ia dan
isterinya akan diturunkan ke muka bumi. Pada mulanya pun, di bumi akan diangkat sebagai khalifah pengganti Iblis adalah Adam. Namun tentunya, pada mulanya Tuhan berkehendak prosesnya tersebut sesuai dengan harapan-Nya. Namun, sejarah berbicara lain: Adam ‘dipaksa’ segera menempati bumi, karena kekhilafannya sendiri. Jika Adam tidak memakan buah khuldi, mungkin saja proses turunnya ke dunia tidak akan secepat itu, dan tragedi perpisahan yang sangat lama mungkin tidak akan terjadi.
Sebagai kenang-kenangan dari sorga, ia mengambil sepenggal kayu sebagai tongkat – yang konon, tongkat ini nantinya akan menceritakan sangat banyak mukjizatnya tersendiri. Berjalanlah mereka keluar dari sorga. Adam paling depan, menyusul Hawa, kemudian merak serta ular di belakangnya, dan terakhir adalah Iblis. Adam diturunkan di Sarandeep (India). Hawa di Jeddah, merak di laut, ular di Isafahan, dan iblis di Basrah (Irak).
Dengan diturunkannya ke bumi, Adam selalu menangis, karena penyesalannya telah melanggar perintah Allah SWT. Konon, sampai dua ratus tahun atau tiga ratus tahun lamanya ia menangis. Seraya mengucapkan do’a pengampunan:
‘Robbanaa zolamnaa an fuusanaa wa Ham taghfirlaanaa wo tarhamnaa lankkuunanna mi nal khoosiriin’.
Begitu banyak air matanya yang mengalir, terbentuklah menjadi aliran-aliran sungai. Dan tebing-tebing sungai itu terbentuk pula kurma, delima, gahru, ababar, cendana, kayu, dan qarnafal. Seekor binatang yang bernama Tha’irun-nassar melihat Adam menangis, ia ikut pula menangis. Binatang-binatang lain yang mengetahuinya ikut pula menangis. Sementara itu, Hawa pun sama pula menangis. Dari air matanya, jadilah celak dan hinai. Sedangkan yang mengalir ke laut menjadi mutiara yang nantinya menjadi perhiasan.
Hingga pada satu hari, Jibril datang kepada Nabi Adam a.s., dan berkata: "Hai Nabi Allah Adam, hajja qobla minal maut, naik hajilah engkau terlebih dahulu sebelum mati."
Begitu mendengar kata mati, Nabi Adam as. bergetar ketakutan. "Ke mana jalanku Jibril?" tanya Nabi Adam.
"Ka’bah Allah Ta’ala” jawab Jibril
Menerima perintah itu, Nabi Adam a.s. pun berangkat menunaikan ibadah haji. Konon, wilayah yang menjadi tempat pemberhentian Nabi Adam a.s., kelak akan menjadi negeri yang makmur.
Berapa waktu lamanya Adam a.s. mengadakan perjalanan. Akhirnya, sampai juga di Baitul Makmur. Di sana Adam a.s. berjumpa dengan banyak Malaikat. Mereka berkata kepada Adam as., "Ya Nabi Allah, Adam, dua ribu tahun tahun lamanya kami Thawaf pada Baitul Makmur ini."
Datang pula ke Padang Arafah, lalu ke Jabal Rahmah. Di sini dia duduk seraya melihat ke arah Padang Arafah. Dari kejauhan terlihat ada seseorang yang tengah berjalan ke arahnya. Semakin dekat wajahnya semakin dikenal. Ternyata yang dilihatnya adalah Hawa, isterirya. Digandengnya Hawa ke sampingnya. Keduanya pun menangis haru, takut terhadap Allah SWT, dan sedih telah meninggalkan sorga. Para Malaikat di langit yang menyaksikan kejadian tensebut, turut pula menangis haru.
Allah SWT pun berkenan menyingkapkan hijab dari penglihatan Nabi Adam a.s. untuk melihat ‘Arsy Allah. Di tiang ‘Arsy itu Nabi Adam a.s melihat tentera kalimat "Laa ilaha illallaah Muhammadan rasuulullah."
Sembah Nabi Adam a.s., "Ya Tuhanku, demi kemuliaan nama-Mu yang tersurat pada tiang ‘Arsy itu, hamba bertobat kepada Mu, dan bukakan pintu tobat kepada hamba-Mu ini."
Firman Allah SWT turun melalui Jibril, "Ya Adam, telah diperkenankan oleh Tuhanmu terhadap tobatmu itu. Hai Adam, jika tatkala engkau di dalam sorga itu minta syafaat kepada yang empunya nama itu, niscaya tidaklah engkau akan dikeluarkan dari dalam sorga. Ketika dikerjakan oleh mereka amal saleh, maka mereka itu Kumasukkan ke dalam sorga. Dan barangsiapa tidak percaya terhadap Aku, dan rasul-Ku, di samping itu menyembah kepada selain Aku, maka sesungguhnya akan Kumasukkan dia ke dalam neraka. Hai Adam, tidakkah dahulu telah Kularang terhadap engkau bahwa hendaklah jangan kau dekati pohon khuldi itu, dan hendaklah kau ambil Iblis itu sebagai musuh bagi kamu berdua? Namun, kamu tidak ikut terhadap perkataan-Ku, maka jadilah engkau sekarang bersama-sama dengan dia di dalam dunia ini.
"Hai Adam. tidaklah Aku akan mencegah seseorang tatkala ia berbuat durhaka kepada-Ku, karena telah Kularang kepada dia sebelumnya. Hai Adam, sekarang pun Kuingatkan engkau, jangan diperdayakan oleh iblis sebagaimana halnya diperdayakannya engkau tatkala ada di dalam sorga, dan lagi akan diperdayakannya anak cucumu seperti diperdayakannya engkau."
Bergetar ketakutan Nabi Adam a. s. dan Hawa mendengar firman Allah SWT tersebut. Bersujudlah mereka ke hadirat Allah SWT seraya menangis. Menghiba-hiba, "Ya Tuhanku, Engkau juga Tuhan yang Maha Pengampun terhadap dosa kami, dan mengasihi kami maka peliharalah oleh-Mu kami dari bencana Iblis alayhi laknat itu Dan jauhkanlah kami darinya"
Lalu Allah SWT memanggil Malaikat-Nya. yaitu Hajarul Aswad, "Mana Hajarul Aswad?"
Mendapat panggilan itu, Hajarul Aswad pun datang bersembah kepada Allah SWT. “Pergilah engkau berjanji setia dengan Adam ke bumi, tuliskan olehmu seluruh janji-Ku dan janji Adam dan anak cucunya," perintah Allah SWT.
Hajarul Aswad pun turun ke bumi. Dituliskanlah seluruh anak cucu Adam yang kemungkinan akan mengisi sorga dan neraka. Setelah selesai, surat itu diperintahkan oleh Allah SWT kepada malaikat-Nya untuk dimasukkan ke dalam mulut Hajarul Aswad.
Selanjutnya, Hajarul Aswad dikehendaki oleh. Allah SWT menjadi batu. Pada awalnya batu itu berwarna putih. Oleh karena proses alamiah (seperti terkena hujan dan panas matahari), maka beberapa lama kemudian batu itu berubah warna menjadi berwarna hitam. Kelak, di hari akhirat, Hajarul Aswad akan kembali menjadi malaikat, dan memberitahukan apa yang ada di tulisannya itu.
Ruh-ruh Anak Cucu Nabi Adam
Nabi Adam a.s. kemudian melaksanakan tertib ibadah selanjutnya. Ketika ia berada di dekat Ka’bah, Jibril mendekatinya. Jibril mendapat perintah dari Allah SWT untuk membawa Adam a.s. ke satu sungai. Dahulu dinamakan dengan sungai Na’mal. Sesuai dengan perintah Allah SWT, Jibril menyapukan tanah dari dasar sungai itu ke bagian belakang tubuh Nabi Adam a.s. Adam a.s. pun penasaran ingin bertanya, "Hai Jibril, hikmah apakah ini?"
Jawab Jibril, "itulah anak cucumu yang akan dijadikan oleh Allah Ta’ala."
Setelah proses itu, mata Nabi Adam as. dibukakan hijabnya. Dilihatnya ruh yang begitu banyak. Memenuhi angkasa di atas Nabi Adam a.s.
"Hai Jibril, apa yang datang begitu sangat banyaknya" tanya Adam as.
"Itulah ruh seluruh anak cucumu," jawab Jibril.
"Jika demikian banyaknya anak cucu hamba, di manakah tempatnya di dalam dunia ini?" tanya Adam a.s. Lagi.
"Hikmah Tuhanmu yang Mahakuasa terhadap ciptaan-Nya. Hai Adam, sebagian diciptakan-Nya, sebagian lagi di dalam rahim ibunya, dan sebagian lagi di sulbi bapaknya. Dan mereka yang telah ada sebelumnya sebagian dimatikan," jelas Jibril.
Firman Allah SWT: "Sebagian Kuciptakan anak cucu Adam, dan sebagian lagi tersebar pada tulang belakang Adam, dan sebagian pada rahim Hawa, dan sebagian lagi terhampar di dalam bumi."
"Anak cucuku ini kulihat bermacam-matam perilakunya, sebagian Is­lam, sebagian kafir, sebagian mukmin, sebagian perusak, sebagian bahagia, sebagian sengsara, sebagian kaya, dan sebagian miskin," ujar Nabi Adam a.s.
"Hai Adam, "firman Allah SWT, "lihatlah olehmu anak cucumu yang kaya itu, tidaklah ia mengatakan anugerah-Ku, dan yang miskin itu, tidaklah sabar dan syukur terhadap-Ku."
Kemudian Allah SWT memerintahkan kepada seluruh arwah tersebut bershaf-shaf, teratur dari Masyrik hingga ke Maghnb. Berkat hikmah Allah, mereka yang berada pada shaf sebelah kanan itulah orang-orang beriman, sedangkan yang di sebelah kirinya adalah mereka yang munafiq dan zandiq, dan sombong. Mereka yang di hadapan Adam a s. itu adalah para nabi dan wali. Sedangkan yang di bagian belakang Adam a.s. adalah orang-orang kafir dan musyrik.
Allah SWT berfirman: "Alastu bi Rabbikum, (bukankah Aku Tuhan kamu)?"
Arwah-arwah itu pun berkata, "Bahwasanya Engkaulah Tuhan kami".
Firman-Nya lagi, "Sujudlah kamu sekalian pada Tuhan kamu yang menciptakan kamu itu!"
Maka shaf yang di sebelah kanan Nabi Adam itu seluruhnya sujud. Sedangkan yang di sebelah kirinya tidak mau sujud. Datanglah firman Allah SWT lagi, "Sujudlah kamu sekalian sekali lagi!"
Maka shaf yang sebelah kanan sepertiganya tidak mau sujud, dan dua pertiganya masih tetap sujud. Dan yang di sebelah kiri Adam a.s. itu dua pertiga bagian merendahkan dirinya, lalu, akhirnya mau sujud.
Mereka yang kali pertama bersedia bersujud, kemudian menjadi tidak mau bersujud, itulah mereka yang pada awalnya memeluk Islam, kemudian di hari kematiannya telah menjadi kafir. Adapun mereka yang tidak bersujud pada kali pertama, dan kemudian akhirnya bersedia bersujud, mereka adalah orang yang pada awalnya kafir, namun akhir hidupnya telah menjadi muslim. Sedangkan mereka yang pada awalnya sujud, kemudian bersujud lagi, mereka adalah orang yang pada awalnya beragama Islam dan akhir hayatnya masih tetap beragama Islam. Dan arwah-arwah yang tidak sujud sekalipun, merekalah yang selama hidupnya tetap dalam kekafiran.
"Ya Adam, seluruh (ruh) yang berada di sebelah kanan itu adalah umat Islam yang akan mengisi sorga, dan seluruh (ruh) yang berada di sebelah kiri itulah yang akan mengisi neraka. Hai Adam, bahwasanya tidak ada artinya terhadap Ku kebaktian mereka itu, dan tidak ada artinya terhadap-Ku segala kedurhakaan mereka itu." tegas Allah SWT.
Mendengar firman tersebut, menangislah Nabi Adam a.s., seraya berucap, "Ya Tuhanku, tidakkah Kau jadikan mereka seluruhnya juga satu beragama Islam, dan seluruhnya menyembah Engkau."
"Hai Adam, oleh karena itulah, Kuciptakan mereka itu. Barangsiapa yang percaya terhadap segala tanda (kebesaran)-Ku, dan rasul-Ku, serta Ismail dan Ishak pun tahu terhadap anaknya Ya’qub menjadi nabi, dan Ya’qub pun tahu terhadap anaknya Yusuf menjadi nabi, dan Yusuf pun tahu terhadap Musa menjadi nabi, dan Musa pun tahu terhadap saudaranya Harun menjadi nabi, dan Harun pun tahu Daud menjadi nabi, dan Daud pun tahu terhadap Sulaiman yang menjadi nabi, dan Sulaiman pun tahu terhadap Yunus menjadi nabi, dan Yunus pun tahu terhadap Zakariya menjadi nabi, dan Zakariya pun tahu terhadap Ayub menjadi nabi, dan Ayub pun tahu terhadap Yahya menjadi nabi, dan Yahya pun tahu terhadap Isa menjadi nabi, dan Isa pun tahu terhadap Muhammad SAW menjadi nabi serta rasul, dan beliaulah akhir dari segala nabi"
Bahwasanya telah diketahui oleh para nabi itu mengenai siapa lagi yang menjadi nabi setelahnya.
Mendengar begitu banyaknya anak cucu Nabi Adam as. yang akan masuk neraka, hati Nabi Adam as. sangatlah berduka. Sebagai tempat tinggalnya, Allah SWT memerintahkan kepada Adam a.s. dan isterinya ke Sarandeep. Di tempat ini, Jibril datang kepada mereka dengan membawa tujuh keping besi Dengan besi inilah akan banyak memberi manfaat kepada manusia. Masing-masing besi itu memiliki manfaatnya tersendiri: Pertama, besi untuk memukul besi lagi; kedua, linggis besi; ketiga, gurdi besi; keempat, beliung besi; kelima, cangkul besi; keenam, sepit besi: dan ketujuh, perkakas besi. Lalu Adam a.s. menanyakan mengenai kegunaan besi-besi tersebut, dan dengan apa ia memasak makanannya.
"Akan dianugerahkan lagi oleh Tuhanmu untukmu api," jelas Jibril.
Jibril lalu diperintahkan oleh Allah SWT pergi ke dalam neraka untuk mengambil sepercik dari bunga apinya, dan diberikannya kepada Adam as. Nabi Adam a.s. mengambil api tersebut langsung dengan tangannya, tentunya dia kepanasan, dan secara reflek api dilepaskannya. Api pun terjatuh ke tanah, namun terus jatuh ke lapisan bumi yang terdalam hingga ke lapisan ketujuh, dan kembali lagi ke neraka. Diambillah lagi oleh Jibril untuk diberikan kepada Adam a.s.. Namun, ketika akan diambil, api terlepas lagi dan kembali jatuh seperti tadi, dan akhirnya ke neraka kembali.
Allah SWT melihat kejadian tersebut segera berfirman kepada Jibril. "Hai Jibril, katakan kepada Adam, hendaknya diambil olehnya batu dengan besi, lalu palu keduanya, niscaya akan terpeciklah api dari keduanya. Atau kayu dengan kayu, jika digesek keduanya, niscaya terperciklah api dari keduanya."
Kini Adam a.s. dapat menyalakan api. Namun, ia masih penasaran mengenai kejadian yang tadi, ia pun bertanya kepada Jibril, "Ya Jibril, api yang dahulu itu tidak dapat hamba pegang. Namun terhadap api ini hamba dapat mendekatinya."
Jibril menyahut, "Ya Adam, bahwa api yang dahulu itu (berasal) dari api neraka. Maka yang ini pun merupakan pancaran dari api neraka juga Tatkala api itu terlepas dari tangan Tuan, lalu la kembali lagi ke tempatnya, tidak singgah pada tempat yang lain juga. Maka, dari uapnya itu meresap pada seluruh batu dan kayu."
Nabi Adam a.s. diajarkan oleh Jibril menempa besi. Diberikannya pula seekor lembu kepada Adam a.s., namanya adalah ‘Ainul baqara, agar dapat membawakannya air. Maka ujar Jibril, "Hai Adam, buatlah huma, dan tanamlah pohon gandum itu untuk makanan diri supaya jadi manfaat segala yang diperintahkannya itu. Dan tanamlah benih kapas, maka buahnya itu dapat dibuatkan pakaian untuk menutupi diri." Nabi Adam a.s. pun mengerjakan apa yang diajarkan oleh Jibril.
Setelah lama menetap di Sarandeep, Nabi Adam a.s. dikarunia dua orang anak kembar pada kelahiran pertama isterinya. Anak laki-laki, bernama Abdullah, dan yang perempuan bernama Ummatillah. Kelahiran kedua, berjumlah dua orang juga Anak laki laki bernama Abdurrahmaan dan anak perempuannya bernama Ummaturrahmaan. Kemudian Hawa melahirkan dua puluh kali. Pada masa itu, seorang wanita begitu mudah melahirkan, dan cukup lambat kematiannya. Umur dari mereka waktu itu rata-rata seribu tahunan.
Pada satu waktu Nabi Adam sekembalinya perjalanan jauh, ia tidak melihat anak Nabi Adam yang lainnya, Habiel, di antara putera-puterinya yang sedang berkumpul. Bertanyalah ia kepada Qabiel, kembarannya, "Di manakah Habiel berada? Aku tidak melihatnya sejak aku pulang."
Qabiel menjawab: "Entah, aku tidak tahu dia ke mana! Aku bukan hamba Habiel yang harus mengikutinya ke mana saja ia pergi."
Melihat sikap yang angkuh dan jawaban yang kasar dari Qabiel, Adam dapat menerka bahwa telah terjadi sesuatu atas diri Habiel, puteranya yang soleh, bertakwa dan berbakti terhadap kedua orang tuanya itu. Pada akhirnya terbukti bahwa Habiel telah mati dibunuh oleh Qabiel sewaktu ditinggalkannya.
Menghadapi musibah itu, Nabi Adam hanya berpasrah kepada Allah menerimanya sebagai takdir dan kehendak-Nya seraya mohon dikaruniai kesabaran dan keteguhan iman baginya dan kesadaran bertaubat dan beristighfar bagi puteranya. Al-Quran mengisahkan cerita kedua putera Nabi Adam ini dalam surah "Al-Maaidah’ ayat 27 hingga ayat 32.
"Menyaksikan kejadian pembunuhan itu, sedihlah Nabi Adam a.s. dan Hawa. Allah berfirman kepada Adam, "Hai Adam, janganlah kamu berduka cita Aku akan menganugerahi kepada kamu seorang anak laki-laki yang serupa dengan Habil itu, dialah nyawa para nabi." Anak yang dimaksud itu adalah Syis.
Pada waktu berumur 950 tahun, wafatlah Nabi Adam pada hari Jum’at sore. Isterinya, Hawa, belum mengetahui perihal kematian suaminya tersebut. Disebabkan oleh adanya gerhana matahari saat itu. Begitu sangat sedihnya Hawa, ketika diketahui bahwa suaminya telah meninggal dunia. Selama empat puluh hari lamanya beliau berada di samping kuburan Nabi Adam a.s., hingga ia jatuh sakit. Tidak lama setelah itu, Hawa wafat menghadap ke Rahmatullah. Sebagai pengganti kekhalifahan, Allah mengangkat Nabi Syis.
Diriwayatkan bahwa anak cucu Adam yang ditinggalkan saat wafatnya adalah berjumlah 40.000 orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar